Kehormatan Seorang Legioner

Bacaan Rohani : Buku Pegangan Legio Maria Hal 114, Bab 17 “Jiwa-jiwa legioner yang sudah meninggal”

Kehormatan kita terletak pada tuntasnya menjalankan hidup sebagai seorang legioner. Untuk itu perlu dimengerti bahwa ber-legio bukanlah sekedar berkegiatan mengisi hidup, melainkan sebuah cara hidup.

Legio Maria sesungguhnya adalah wadah pendidikan, penyiapan, dan pembentukan bagi kita untuk dilayakkan menikmati kehidupan abadi kelak. Kadang kita tak mengerti mengapa Legio Maria penuh dengan hal-hal yang kurang mengenakkan. Hal serupa terjadi pada para murid Yesus (Mateus, Bartolomeus, dkk) pada awal mengikuti Yesus. Yesus mendidik, menyiapkan, dan membentuk mereka untuk kehidupan kekal. Kadang Yesus juga ‘tak mengenakkan’ bagi para murid. Pernah Yesus menghardik Petrus dengan kata-kata;”Enyahlah wahai kau iblis!”

Namun para murid itu kini menjadi orang-orang kudus, kita tak lagi menyebut mereka sebagai Mateus atau Petrus, tetapi Santo Mateus dan Santo Petrus, demikian pula dengan para kudus yang lain. Mereka menjadi santo sebagai buah nyata proses pembentukan yang dilakukan Yesus. Legio Maria pun mendidik kita seperti halnya Maria mendidik Yesus agar kita bertumbuh. Menghayati Legio Maria sekedar wadah ber-kegiatan yang penuh aturan adalah sikap keliru. Ber-legio harus menghasilkan pertumbuhan sehingga kita makin mirip Kristus dan layak menyatu dengan Kristus.

Oleh : RD Petrus Tunjung Kusuma

Asal usul Bulan Oktober ditetapkan sebagai Bulan Rosario

Penentuan bulan Oktober sebagai bulan Rosario berkaitan dengan peristiwa pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara- negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. Terdapat ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan terancam punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria.

Demikian juga, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto.

Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.

Sumber : katolisitas.org

http://www.katolisitas.org/faqs/mei-dan-oktober-sebagai-bulan-maria

Kunjungan ke Sekolah dan Pusat Rehabilitasi Anak Yayasan Bhakti Luhur

Kunjungan ini dilakukan oleh Presidium Regina Coelorum, Paroki Santo Thomas Rasul, Bojong Indah, Jakarta Barat (Komisium Maria Immaculate-Barat 2). Berawal dari cerita salah satu anggota mengenai kondisi sekolah dan anak-anak yang memiliki cacat ganda yaitu fisik dan mental, maka kami pun tergerak untuk datang berkunjung.Terletak di JL RE Martadinata 50B, Ciputat,Tangerang, sekolah yang juga memiliki Panti Asuhan ini cukup luas dan suasananya sangatlah asri.

Di lobi sekolah terpajang hasil mewarnai anak-anak akan Bunda Maria, Rosario, dan St Vincentius A Paulo serta prakarya mereka dalam memperingati Bulan Kitab Suci Nasional yang lalu dan juga jejeran piala atas hasil prestasi para murid. Terasa sekali bahwa mereka didik dengan baik secara spiritual maupun akademis.

Ketika tiba kami langsung menemui Sr Caecilia yang merupakan pimpinan di tempat ini. Kami dibagi berpasang-pasangan datang ke kelas-kelas dan mengikuti proses belajar di sana. Di kelas yang saya ikuti, ada 6 orang anak. 2 di antara mereka belajar mewarnai, ada yang membaca komik, dan ada yang menyusun peralatan sekolahnya. Mereka dibagi menurut hasil tes IQ dalam kelas tersebut ada 2 anak yang hanya mampu mengenal angka 1, namun gurunya bilang “Jika itu kemampuan mereka, ya sudah tidak perlu dipaksa”. Belajar menerima kekurangan orang lain dan tidak memaksakan kehendak kita, itulah pesan moral yang saya petik ketika mengikuti kelas ini.

Sesudah itu anak-anak dan kami yang berkunjung dikumpulkan di Aula, ternyata ada juga Umat Lingkungan Santa Katarina dari Paroki St Andreas yang datang berkunjung. Di Aula, anak-anak mempersembahkan lagu buat kami yang berkunjung. Di situ saya melihat bahwa Tuhan Maha Adil, anak-anak yang secara fisik dan mental memiliki keterbatasan, ada yang tdak bisa melihat namun bisa bermain keyboard dan drum dengan sangat baik serta ada juga yang bisa menyanyikan lagu Mandarin dengan lafal yang baik. Selain itu, mereka memiliki kemampuan lain yang luar biasa, yaitu kemampuan untuk bersyukur. Ketika ditanya, Siapa yang luar biasa baik?Mereka pun serempak menjawab: Tuhan Yesus!

Kami yang awalnya datang berkunjung dengan maksud menghibur mereka malah kami yang terhibur dan kami yang diteguhkan. Kami merasa sungguh bersyukur bisa diberi kesempatan berkunjung, bisa belajar dari mereka yang dengan segala keterbatasannya namun dapat merasakan berkat Tuhan yang begitu melimpah atas diri mereka. Semoga kami yang datang berkunjung tidak hanya berhenti sampai pada kunjungan ini namun juga bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk dapat membagikan kunjungan ini kepada yang lain sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung dan berbagi kasih dengan mereka.