Setiap Rapat Presidium Diatur Menurut Tata Letak yang Seragam

Buku Pegangan halaman 116 Bab 18 poin 1.
Alukosio oleh APR Octavian Elang Diawan – Rapat Senatus ke – 396 – E / Tahun ke – 33
.


Estetika Rohani dalam Rapat Presidium

Gereja Katolik memiliki khasanah estetika rohani yang sangat tinggi. Hal ini juga diikuti oleh Legio Maria. Dalam rapat presidium, kita menghadirkan sebuah altar rapat yang dibuat sedemikian rupa sehingga keindahan rohani dapat dihadirkan.

Altar rapat Legio Maria pada hakikatnya bukanlah sekedar hiasan belaka, melainkan sebuah sarana fisik yang berfungsi untuk menghadirkan Maria secara batin dalam rapat itu. Benda-benda yang ditaruh di meja altar seluruhnya mengandung simbolisasi semangat rohani berdevosi yang sangat dalam. Oleh karena itu penting sekali setiap legioner memahami makna altar rapat ini dan mengungkapkannya melalui tindak tanduk yang terpuji selama mengikuti rapat.

Di tengah meja diletakkan patung Ibu Maria. Patung itu tetaplah sekedar benda mati plastik atau tembikar yang bisa kita beli di toko. Namun kita harus mampu melihat sampai jauh, yaitu sampai pada kesadaran bahwa patung Ibu Maria yang diletakkan di tengah meja hendak mengajak para peserta rapat untuk menyadari kehadiran rohani Ibu Maria.

Dengan demikian rapat presidium bukan saja sekedar perjumpaan sosial antar teman anggota legio, melainkan perjumpaan rohani antar teman anggota legio dengan Ibu Maria sendiri. Setiap orang yang berhasil memahami makna ini akan mengagungkan rapat. Rapat menjadi sebuah doa yang tak tergantikan karena sifat keindahannya yang adikodrati. Perhatian anggota sepenuhnya akan tertuju pada Ibu Maria yang memimpin rapat, bukan sebatas Mister X atau Ms Y sebagai sang ketua presidium.

Rapat adalah Bagian Pembentukan Karakter Legioner

Kesungguhan mengikuti jalannya rapat juga akan terbangun. Kita melaporkan tugas dengan penuh semangat dan suara jelas. Secara alamiah kita juga akan merasa ‘malu’ bila tidak melaksanakan tugas dengan baik. Tetapi hal ini dilakukan karena penghormatan dan tanggung jawab kita pada Ibu Maria yang hadir, bukan karena sekedar instruksi dogmatis.

Pada akhirnya, kesadaran atas kehadiran Ibu Maria juga akan membantu kita untuk membentuk presidium sebagai komunitas. Sebuah komunitas adalah sebuah kebersamaan yang saling mendukung dan saling meneguhkan, untuk bersama-sama menuju Hati Yesus yang Maha Kudus. Kita bersama-sama membentuk presidium dan menjadikannya keluarga kecil dengan inspirasi keluarga kudus Nazaret masa kini.

Jadi marilah kita sungguh-sungguh menghormati dan menghayati kekayaan estetika rohani Legio Maria ini. Mari kita laksanakan rapat dengan menyiapkan patung Ibu yang baik, kita siapkan vas dengan bunga yang baik, kita siapkan taplak paling bersih, kita siapkan pula vexilum yang pantas. Meja altar bukanlah hiasan rapat semata, melainkan sebuah cara agung dan sakral untuk meningkatkan mutu karakter rohani kita sebagai anak-anak Maria.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *