Sumpit

Bacaan Rohani : Buku Pegangan Bab IX “Legioner dan Tubuh Mistik Kristus”, point 2 “Maria dan Tubuh Mistik” (hlm. 58-60)

ADAKAH SUMPIT MAKAN HANYA SATU BUAH?

Marilah kita memulai alokusio pada hari ini dengan pergi ke rumah makan mie. Lokasinya di Pecenongan atau dimana pun yang penting kita makan di rumah makan mie. Mie tentunya dapat dimakan dengan banyak macam cara. Ada orang yang makan mie dengan menggunakan sendok saja atau dipasangkan dengan garpu. Tapi ada juga yang makan mie dengan menggunakan sumpit. Sumpit itu selalu dan dimana pun pasti berjumlah dua tidak pernah hanya satu. Kalau kita hanya diberikan satu sumpit maka kita pasti akan mengeluh, karena bagaimana kita akan memakan mie jika hanya ada satu sumpit satu sumpit saja. Itu berarti jika kita ingin makan mie kita harus menggunakan dua buah sumpit. Gerakannya pun harus sejalan. Tidak mungkin satu ke depan dan satu ke belakang, bagaimana makanannya akan terjepit? Jika kedua-duanya digerakkan ke depan secara bersamaan maka mie dan mungkin bakso akan terjepit. Sehingga kalau ditanyakan adakah sumpit makan hanya satu buah? Jawabannya pastilah tidak ada.

Legioner, Bacaan Rohani hari ini mengajak kita juga untuk mengingat kisah sumpit di atas tadi. Pertama, kalau kita semua di dalam presidium adalah pasangan sumpit-sumpit maka kita tidak dapat mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan anggota yang lain. Tidak ada sumpit yang hanya satu buah, demikian juga di dalam presidium tidak ada satu orang yang sendirian. Kalau begitu jadilah pasangan sumpit bagi yang lain dalam presidium dan satukanlah gerak masing-masing agar dapat “menjepit” mie dan bakso sehingga kita semua merasa enak ketika memakan mie dan bakso. Dan ingat gerakannya harus maju ke depan bukan ke belakang. Apa artinya? Artinya : tataplah ke depan dan bergandengan tangan bersama menuju kepada Allah lewat Maria. Bukankah kita sepakat bahwa di dalam presidium tidak ada orang asing, yang ada hanyalah semangat devosional kepada Maria dalam semangat iman, harap dan kasih Kristiani?

Kedua, kalau kita adalah salah satu sumpit dan pasangan sumpit kita adalah Tubuh Mistik Kristus, maka berlaku prinsip yang sama seperti yang di atas. Yang hendak saya sampaikan adalah manakala kita mengesampingkan, melalaikan, dan menjauhkan tugas doa dan karya kerasulan kita bukankah kita patut bertanya dimanakah pasangan sumpit saya yang satu? Atau bukankah hidup doa dan karya pelayanan kita kepada Maria pincang karena kita berperan sebagai satu sumpit saja?

Sumpit selalu berarti ada dua, tidak hanya satu. Sama halnya dengan kita, mengatakan kita adalah presidium berarti kita semua bukan individu-individu tertentu saja. Mengatakan melayani Tubuh Mistik berate tidak meninggalkan tugas doa dan karya kerasulan kita bagi Tubuh Mistik.

Jakarta, 23 Desember 2005

Oleh Fr. Christian Luly, MSC (saat ini sudah menjadi Imam di Banggai – Sulawesi Tengah), asisten pemimpin rohani Presidium Cermin Kekudusan – Paroki Bunda Hati Kudus Kemakmuran.

One thought on “Sumpit”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *