In Memoriam (23 Okt 2006 – 19 Juni 2014) Emmaku, Legionerku, Tugas Legioku

“Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (Yoh 9:3)

Telah lima tahun berlalu Emma meninggalkan kami sekeluarga dan meninggalkan keluarga besar Legio Maria. Hidup bersama Emma adalah hidup dengan pengudusan diri terus menerus, kesabaran, kerja keras, berjeri lelah, dan doa yang tak putus-putus adalah tugas pengudusan Legio Maria untuk kami sekeluarga dan Emma bagiku adalah seorang Legioner sejati.

Tujuh tahun (23 Oktober 2006 – 19 Juni 2014), kami diijinkan Allah untuk hidup bersama Emma, penderita Cerebral Palsy (kelumpuhan otak). Jika kami menengok ke belakang dan merenungi sejenak, ternyata kami tidak mengubah Emma, dia tetap tidak bisa berjalan, tidak bisa tegak, tidak bisa berbicara dengan baik. Tetapi dia yang mengubah orang tuanya jauh lebih baik. Emma menguduskan keluarganya, Emma menyucikan keluarganya dengan berbagai misteri kejadiannya yang ajaib.

Emma adalah orang yang sangat menghargai sentuhan kasih. Jadilah ia sangat mengenal mamanya dan selalu merasa aman dalam perlindungan mamanya.

Seorang pribadi yang cacat mungkin adalah seorang pribadi yang bukan siapa-siapa, mereka tidak punya suara untuk berterima kasih kepada orang yang melayani mereka, mereka tidak punya harapan. Pribadi yang cacat sering kali diperlakukan sebagai bukan siapa-siapa.

Apakah cacat merupakan hukuman dari Allah karena dosa yang tersembunyi? Pikiran semacam itu hanya mungkin timbul kalau kita berpikir bahwa Allah itu seperti kita: Anda menyakiti saya, saya akan membalas menyakiti anda. Mata ganti mata, gigi ganti gigi.

Kita sering mengira bahwa kalau orang berhasil, kaya, mempunyai pekerjaan yang baik, dan keluarga yang baik, itu semua adalah tanda bahwa mereka diberkati Tuhan. Sementara itu kegagalan, relasi yang retak, dan kesehatan yang buruk adalah sesuatu yang salah dan jelek dalam hidup mereka.

Apakah pandangan Yesus seperti itu? Tentu bukan. Itulah sebabnya Ia menjawab pertanyaan para murid yang bertanya “Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya sehingga ia dilahirkan buta?” Yesus menjawab “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (Yoh 9:3).

Peranan Legio

Orang-orang cacat adalah seperti orang-orang lain. Setiap pribadi adalah istimewa dan penting. Apapun budaya dan agamanya, entah sehat entah cacat, Setiap pribadi diciptakan oleh Allah dan untuk Allah. Kita masing-masing dilahirkan agar karya-karya Allah dapat disempurnakan dalam diri kita.

Emma mendapatkan hadiah ulang tahun ke-7 tgl 23 Oktober 2013 yang sangat special, berupa Komuni Pertama langsung dari Bapa Uskup Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo.

Orang-orang cacat memang mempunyai banyak sekali kelemahan, kalau hanya dikaitkan dengan kemampuan akan pengetahuan dan kekuasaan.

Namun dalam kaitan dengan hati dan hal-hal yang berhubungan dengan kasih, banyak yang mempunyai hal yang baik. Mereka membutuhkan bantuan dan mendambakan kehadiran serta persahabatan. Dengan cara yang penuh misteri, mereka tampaknya terbuka terhadap Allah Sang Kasih.

Mengenai diri saya sendiri, saya harus mengatakan bahwa ketika Emma hadir dalam keluarga kami, saya berpikir bahwa saya harus melakukan segala kebaikan untuk memperbaiki tubuh dan otaknya yang tidak sempurna itu. Saya harus melakukan kebaikan untuk Emma.

Saya tidak berpikir sama sekali bagaimana Emma akan berbuat baik bagi saya dan kami sekeluarga yang kuat dan sehat. Adalah hal biasa jika kita mengatakan bahwa kita harus berbuat baik kepada orang-orang yang kurang beruntung seperti Emma. Tetapi sekarang saya mengatakan bahwa Emma yang kurang beruntung ini telah berbuat baik bagi kami yang beruntung, yang kuat, dan sehat ini. Emma yang sedang kita sembuhkan ternyata sebenarnya sedang balik berbuat baik secara tersembunyi untuk menyembuhkan kita, walau terkadang kita tidak menyadarinya. Dia sedang menguduskan diri kita. Dia ternyata juga Legioner!

Legio Maria dengan segala doa dan devosi terhadap Bunda Kristus, juga membawa kami untuk berpikir lebih jauh tentang misteri penyelenggaran ilahi. Legio Maria berperan dalam mendorong kita untuk mencintai dan menghidupkan hal yang paling berharga dalam diri kita: berbela rasa.

Legio Maria Keluargaku yang Kedua

Ada kalanya dalam segala kesulitan hidup, kita menjadi lemah dan terkadang kita merasa ditinggalkan seorang diri. Di saat-saat seperti itulah, Komunitas Legio Maria sangat berperan dalam menjaga kekuatan prajurit-prajuritnya supaya menang dari segala godaan jahat dan mencapai tujuan legio, yaitu: menguduskan anggotanya.

Sungguh Legio Maria adalah keluarga kami yang kedua. Keluarga Emma yang paling setia, yang mendoakan Emma sedari dia mempunyai masalah otak di dalam rahim ibunya, disarankan untuk aborsi, dalam sakit-sakitnya, dalam kejang-kejangnya, dan sampai napas terakhirnya, Emma selalu dalam perlindungan Bunga-Bunga Rohani dari Bunda Kristus.

Sentuhan Kasih

“Yesus meludah ke tanah dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya kepada orang buta tadi dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam” (Yoh 9: 6).

 Yesus adalah pribadi yang sangat berbela rasa. Ia menyembuhkan orang itu tidak hanya dengan kata-kata tetapi menyentuhnya juga. Suara dan Sentuhan sangat penting bagi anak berkebutuhan khusus seperti Emma. Sentuhan adalah indera yang terpenting dalam kelima indera kita.

Sentuhan adalah ungkapan kasih, karena sentuhan mengandaikan kehadiran, kedekatan, dan kelembutan. Kelembutan adalah lawan dari kekerasan,

Untuk hidup dan berkembang menjadi utuh, seorang bayi membutuhkan kelembutan. Seorang yang sakit membutuhkan kelembutan agar ia bisa percaya. Kelembutan tidak pernah menyakiti atau menghancurkan orang yang lemah, namun menyatakan kepada mereka nilai dan keindahan mereka.

Sentuhan menghadirkan ungakapan kasih, bahwa kita dekat dan kita lembut

Kelembutan mecakup sikap hormat. Kami pun harus menyentuh Emma dengan kasih dan hormat yang dalam.

Jika dalam tugas-tugas Legio, kita bertemu anak-anak yang berkebutuhan khusus (buta, tuli, lumpuh) senyumlah dan sentulah mereka, pegang tangan dan ciumlah mereka. Mereka akan merasakan kasih dari Allah melalui kita.

Karena dengan sentuhan kasih dan dengan kata-kata lembut, anak-anak yang berkebutuhan khusus senang bahwa mereka disayang dan dicintai. Bahwa mereka benar-benar bermartabat sebagai Anak Allah karena mereka dilahirkan segambar dengan Allah. Melihat Emma lebih dalam akan membuat kita melihat Kristus sendiri di hadapan kita.

Sentuhan Kasih juga diberikan para Panglima Legio Maria, Kardinal Romo Julius dan Almarhun Mgr. Pujosumarto dalam kunjungan mereka ke rumah Emma
Sentuhan kasih terakhir dari Bapa Uskup setelah misa arwah. Mgr. Suharyo sangat menyayangi Emma dan selalu hadir dalam suka dan duka Emma.

Dalam kunjungan ke rumah Emma, tanggal 12 November 2012, Romo Kardinal Julius Darmaatmaja mengatakan  “Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain daripada kemuliaan tubuh duniawi” (1 Kor 15:40). Tubuh duniawi Emma mungkin banyak kelemaban dan tidak sempurna, tetapi Tubuh sorgawinya lebih suci dan sempurna daripada kita karena Emma sungguh jujur dan berserah dalam hidupnya.

Ternyata Emma juga terus bekerja memuliakan Tuhan dengan membantu orang tuanya sebagai anggota Legio Maria di paroki Kristoforus. Tujuan Legio Maria adalah menguduskan anggota dan sesama dengan memakai Bunda Maria sebagai teladan hidup sehari-hari.

Setiap hari Emma mengajar kasih, memberi pengertian tentang hidup, mengajar bagaimana berdoa, mengajar apa itu berbela rasa, dan mengajar bagaimana hidup taat dan berserah diri sepenuhnya kepada Bapa, sama seperti Bunda Maria. Emma sungguh menguduskan dan menyembuhkan kami. Emma juga ternyata melakukan tugas legionya.

Dia menjadi contoh prajurit maria kecil yang sejati dan jujur, yang berserah dan tidak pernah takut menghadapi berbagai kesulitan dan masalah hidup. Emma ternyata menjadi tugas legioku setiap hari dan Emma adalah Prajurit Mariaku.

Emmaku, Putriku, Hiduplah selalu dalam damai di rumah Tuhan, berlarilah kencang di sana, bermainlah bersama Para Kudus di Sorga. Dan peluk erat Bunda Maria di sana.


Ecce Mater Tua

Jakarta, Hari PW Santa Perawan Maria Bunda Gereja, 10 Juni 2019,

Petrus Kanisius Erwin Rinaldi