Wujud Nyata Peran Legio Maria dalam Tindakan Kepedulian Lingkungan Hidup (Laudato Si)
Sumber berita : Jeny T. Dewi (koordinator SAMBER,
gereja St. Petrus & Paulus, Mangga Besar, Jakarta)
Sampah menjadi masalah sangat serius baik sosial maupun ekonomi di Indonesia. Produksi sampah di Jakarta 7.800 ton lebih per hari yang bermuara di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang di Kota Bekasi (sumber : Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Sept 2019). Dengan jumlah itu, diprediksi TPST Bantar Gebang akan berhenti beroperasi pada tahun 2021 karena kelebihan kapasitas.
Hal ini bukan hanya menjadi masalah pemerintah, tetapi tanggung jawab seluruh rakyat Indoensia termasuk umat Katolik. Pada tahun 2016, Keuskupan Agung Jakarta mencanangkan Gerakan Silih Ekologis (Sileko) sebagai bentuk kepedulian pada lingkungan hidup, diwujudkan dalam bentuk gerakan menanam pohon, memilah dan mengolah sampah, gerakan Pantikfoam (pantang plastik dan styrofoam). Tahun 2020, KAJ menetapkan Tahun Keadilan Sosial dan salah satu penanda gerakan Tahun Keadilan Sosial adalah KAJ mengajak paroki / sekolah Katolik / komunitas untuk merumuskan bersama persoalan sampah dan dijadikan gerakan bersama.
Apa peran nyata kita sebagai umat Katolik khususnya Legio Maria ?
Berawal dari inspirasi pastor paroki Mangga Besar, Rm. Agustinus Purwantoro SJ (dikenal Romo Ipong SJ), dalam sebuah kesempatan melihat pengelolaan sampah anorganik dalam bentuk bank sampah di Paroki Keluarga Kudus, Rawamangun, Jakarta, sekitar pertengahan tahun 2019. Lalu Romo menyampaikan inspirasi ini pada beberapa legioner, dan harapannya ada komunitas yang mampu mewujudkan kegiatan bank sampah ini di Paroki Mangga Besar.
Didasari bahwa peran Legio Maria menjadi tangan kanan Pastor Paroki dan siap melaksanakan tugas sulit, maka setelah berdiskusi dengan perwira Kuria Bunda Pengharapan Suci, di mana presidium Mangga Besar ini tergabung, maka Legio Maria menyatakan kesanggupan untuk merintis dan mengkoordinir kegiatan bank sampah di paroki.
Kesanggupan menuntut konsekuensi besar yang tak pernah terpikir sebelumnya. Perlu persiapan matang, mulai studi banding ke paroki lain, bahkan harus melibatkan pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Suku Dinas Lingkungan Hidup untuk proses perijinan dan pelaksanaan. Sulit, namun dipermudah karena dibantu oleh pihak yang sudah berpengalaman, khususnya pemerintah Indonesia saat ini juga mendorong masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Pada prinsipnya, bank sampah ini perlu partisipasi dan kerjasama umat, serta membawa keuntungan untuk umat. Secara sederhana tahapannya sebagai berikut :
-
-
- Pilah sampah organik (basah) dan anorganik (kering), hal ini dilakukan di rumah/ sekolah
- Pengumpulan sampah dikoordinasi oleh lingkungan atau seksi masing-masing
- Penimbangan sampah dilakukan di paroki
- Menyalurkan hasil finansial dari penjualan sampah kepada lingkungan dan kategorial di paroki
Walau diiming-imingi keuntungan finansial, ternyata kata “sampah” bukan sesuatu yang menarik bagi banyak umat. Habitus memilah sampah rumah tangga belum menjadi habitus umum dari kita. Hal ini terbukti dari sosialisasi perdana kegiatan bank sampah di paroki yang kurang direspon dengan baik oleh umat, tetapi semangat Legio Maria adalah teguh dan pantang menyerah. Legioner melanjutkan sosialisasi lebih gencar hingga beberapa kali sosialisasi baik di paroki dan lingkungan.
Pelaksanaan Kegiatan Bank Sampah
Kegiatan bank sampah ini, kami beri nama SAMBER (Sampah Menjadi Berkat). Pastor paroki memberikan target agar kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan dalam rangkaian HUT ke-80 tahun Paroki St. Petrus & Paulus yang jatuh pada Januari 2020. Kegiatan perdana SAMBER pada Minggu (22/02/2020) (berdekatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional pada 21 Februari).
Awalnya Romo dan kami cukup ragu dan pesimis; Apakah ada umat yang setor sampah? Jangan-jangan truk sampah yang disediakan Pemprov hanya terisi 10% dari kapasitas, dan sebagainya.
Puji Tuhan, ternyata cukup banyak partisipasi umat dan menyetorkan sampah anorganik lewat pengurus lingkungan/ kategorial dan dibawa ke paroki. Terkumpul sampah anorganik sebanyak satu truk, 1,73 ton sampah, atau keuntungan finansial sebesar Rp 2.830.000,00. Dana tersebut dikembalikan kepada lingkungan/ kategorial sesuai jumlah sampah yang disetor dan dapat dipakai untuk kegiatan lingkungan (ziarah, solidaritas umat dan lainnya).
Kegiatan ini rencananya dilaksanakan dua kali setiap bulan, antusiasme umat semakin besar. Akan tetapi karena pandemi Covid-19, kegiatan bank sampah ini terhenti sementara. Namun kami yakin dan terus mendorong habitus pilah sampah dari lingkup keluarga sudah mulai terwujud. Sementara sampah anorganik belum dapat dibawa ke paroki, tetapi umat dapat memberikan kepada pemulung dan menjadi bentuk belarasa.
Semangat dan inspirasi bagi legioner
Jangan takut dan bersukacitalah ketika Legio Maria dikenal sebagai “Legio Maria kok jadi tukang sampah?”. Justru di sinilah Legio Maria berperan aktif mewujudkan kepedulian pada lingkungan hidup seperti seruan Paus Fransiskus dalam ensiklik “Laudato Si” dan Bapa Uskup KAJ – Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, yang mengatakan “Saatnya adil pada lingkungan, mengubah cara berpikir orang soal sampah, yakni sampah bukan untuk dibuang. BUATLAH SAMPAH MENJADI BERKAH.”
*Jika membutuhkan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi narasumber di jeny.triratna@gmail.com