Keluarga Kudus Dari Nazareth

Maria, Seorang Ibu dan Perempuan

Sumber berita : panitia 100 tahun Legio Maria

Desember menjadi bulan yang istimewa bagi kita. Tidak hanya karena ada moment Natalan dan tahun baru, tetapi juga karena ada hari ibu yang diperingati secara umum di seluruh dunia. Oleh karena itu, rangkaian kegiatan menjelang 100 tahun Legio Maria mengambil “Keluarga Kudus dari Nazareth” sebagai tema talkshow online pada hari Sabtu (19/12) lalu. Eits, moderator kali ini adalah seorang pastor loh. Beliau adalah RD Redemptus Pramudhiyanto, Pemimpin Rohani Komisium Bintang Timur – Bogor. Hadir juga sebagai pembicara awam adalah M. M. Endang Cahyanti yang membagikan pengalamannya sebagai seorang ibu di tengah keluarganya, dan pembicara imam RD Yohanes Driyanto, Vikaris Judisial Keuskupan Bogor.

Kita mengenal Bunda Maria melalui deretan gelarnya yang luar biasa. Sehingga terkadang kita berpikir bahwa kita tidak mungkin bisa meneladani Maria yang begitu tinggi. Padahal, semua gelar itu tidak lepas dari peran kodrati Maria sebagai seorang perempuan dan juga seorang ibu. Dan peran ini bisa dijalankan oleh setiap wanita di mana pun berada.

Maria sebagai seorang ibu memiliki kodrat untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui. Mengandung berarti memberikan kehidupan di dalam rahimnya. Melahirkan berarti menghadirkan kehidupan ke dunia. Dan menyusui berarti mengembangkan kehidupan. Ini adalah keistimewaan yang hanya dimiliki oleh seorang ibu, yang tidak terlepas dari kodrat sebagai seorang perempuan. Pada dasarnya, setiap perempuan memiliki keinginan untuk menjaga dan memelihara sesuatu dengan penuh rasa kagum tanpa keinginan untuk merusak. Dan karenanya, Allah menganugerahi setiap perempuan dengan kesabaran, ketenangan, serta kepercayaan yang mampu membuatnya untuk menyimpan segala perkara di dalam hati. Namun, ada satu kodrat perempuan yang mungkin tidak banyak disadari oleh banyak perempuan di dunia ini, bahwa mereka bisa menjadi martir putih yang tidak perlu menumpahkan darah. Ini adalah sebuah keistimewaan, karena setiap hati perempuan menderita siksaan yang sama beratnya dengan siksaan fisik hanya dengan melihat atau mendengar hal yang disayangnya dihancurkan, seperti saat Maria melihat Yesus disiksa.

Di dalam Gereja, sebagai seorang ibu, peran Maria adalah menjadikan kita semua menjadi satu keluarga besar dengan Yesus sebagai saudara sulung kita. Dan peran Maria sebagai seorang perempuan adalah menjadikan kita sebagai seorang manusia yang mengerti keindahan dan kelembutan hati. Keibuan dan keperempuanan itu adalah peran yang luar biasa dan hebat, yang sebenarnya menjadi kebanggaan oleh setiap wanita di dunia ini, sebagaimana telah diperlihatkan oleh Maria sendiri jauh sebelum Gereja memberikan banyak gelar tinggi terhadap Maria.

RD Yohanes Driyanto