Oleh Sdri. Fransiska Idawati
“Tahai.”
Adakah yang pernah mendengar nama daerah itu? Ada satu nama “Tahai” yang cukup terkenal, yakni Danau Tahai di Kalimantan Tengah. Namun, kisah ini bukanlah tentang Danau Tahai itu, melainkan tentang perjuangan kami, legioner Kuria Serawai, mengunjungi stasi Tahai di pedalaman Kalimantan Barat untuk memperkenalkan Legio Maria.
Stasi Tahai adalah salah satu stasi di bawah Paroki Santo Montfort – Nanga Serawai dan termasuk ke dalam area kerja Keuskupan Sintang. Nanga Serawai sendiri terletak 340 kilometer di sebelah barat Pontianak. Dari ibukota provinsi kita bisa menempuh jalan darat selama kurang lebih 9 jam hingga Nanga Pinoh, kemudian dilanjutkan dengan naik speed boat menuju hulu Sungai Melawi selama empat hingga lima jam, tergantung pada kondisi arus dan ketinggian permukaan air.
Nanga Serawai adalah pusat dari Kuria Bunda Segala Bangsa yang membawahi presidium-presidium di paroki Kristus Raja – Sintang, stasi Maria Ratu Semesta Alam – Sei Durian, Paroki Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga – Nanga Pinoh, dan juga di stasi-stasi sepanjang aliran Sungai Melawi, yang menjadi area kerja Paroki Santo Monfort – Nanga Serawai. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar area kerja kuria terletak di pedalaman Kalimantan Barat yang cukup susah untuk dijangkau.
Pada akhir bulan Oktober lalu, kami berlima bersama Pastor Yohanes Ferry, CM, dan Suster Widhi, PK dari Nanga Serawai mengunjungi Stasi Tahai untuk memperkenalkan Legio Maria disana. Perjalanan dari Nanga Serawai menuju Tahai cukup panjang dan harus ditempuh dalam beberapa tahapan. Perjalanan tahap pertama kami tempuh menggunakan speed boat menuju Stasi Tontang selama kurang lebih 45 menit.
Di Stasi Tontang, kami dijemput oleh umat dari Stasi Tahai untuk menempuh perjalanan selanjutnya dengan menggunakan sampan cis. Speed boat sudah tak bisa digunakan lagi karena perjalanan telah memasuki anak sungai Demu yang lebih dangkal. Jika menggunakan speed boat maka akan terbentur dasar sungai. Kami menggunakan dua sampan dari Tontang karena satu sampan hanya bisa mengangkut 6 orang saja.
Perjalanan dari Stasi Tontang menuju Stasi Tahai mesti ditempuh kurang lebih 6 jam dan cukup menantang. Tak jarang sampan harus melewati bebatuan, tersangkut sampah, dan bertemu riam, sehingga kami harus turun dari sampan dan menariknya bersama-sama agar dapat meneruskan perjalanan. Meskipun banyak kesulitan yang ditemui sepanjang jalan, namun pemandangan asri : alam yang masih belum dikuasai perkebunan sawit, dan sungai yang belum terkontaminasi menjadi penyemangat kami semua.
Perjalanan yang melelahkan itu segera terlupakan ketika kami akhirnya tiba di Tahai dan disambut oleh umat yang sudah menantikan kami dengan sangat antusias. Sungguh sangat luar biasa! Ada banyak umat Katolik di desa yang sangat terpencil ini, bahkan anak-anak sekolah minggunya begitu aktif.

Anak-anak ini menyambut kami sambil menyanyikan lagu-lagu sekolah minggu dengan penuh semangat. Malam itu kami memperkenalkan Legio Maria kepada umat stasi. Puji Tuhan! Mereka sangat tertarik pada kelompok kerasulan ini sehingga malam itu juga bisa dibentuk sebuah presidium dan langsung terpilih juga perwira-perwiranya.

Keesokan harinya, yakni Minggu, 29 Oktober 2017, kami memberikan latihan kilat tentang pelaksanaan rapat presidium bagi presidium baru itu. Memang semuanya mesti serba kilat, karena kami hanya punya waktu yang terbatas di stasi ini. Kami pun tak bisa setiap minggu mengunjungi mereka ini karena jaraknya yang jauh dan biayanya yang besar, kurang lebih Rp. 300.000 per orang sekali jalan. Rencananya beberapa bulan lagi kami akan kembali berkunjung ke Stasi Tahai untuk meninjau presidium yang baru lahir ini.
Mohon doakan agar apa yang kami perjuangkan bisa berhasil. Kami percaya bahwa bersama Bunda Maria kami pasti bisa. Kami juga berencana memperkenalkan Legio Maria ke Stasi Merako dan Stasi Baras Nabun namun masih perlu memperhitungkan kebutuhan dana untuk kesana.
Sekali lagi mohon doakan perjuangan kami.
Sdri. Fransiska Idawati adalah koresponden Kuria Bunda Segala Bangsa – Nanga Serawai untuk Komisium Santa Maria Perawan yang Setia – Pontianak.