Persekutuan Para Kudus

Sumber berita : panitia 100 tahun Legio Maria

Dalam rangka menyambut 100 tahun Legio Maria, Dewan Senatus Bejana Rohani dan panitia telah mempersiapkan acara Talkshow online sebagai salah satu rangkaian acara. Pada 21 November 2020, talkshow #3 telah berhasil dilaksanakan oleh Komisium Ratu Para Rasul – Jakarta Barat 1 dengan ditonton oleh ± 230 orang. Tema “Persekutuan Para Kudus” diangkat sesuai dengan liturgi Gereja Katolik yang memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus pada tanggal 1 November.

Talkshow dipandu oleh moderator, Sdri. Masro Intan Sinaga – legioner Presidium Cermin Kekudusan di Paroki Bunda Hati Kudus, Kemakmuran – Jakarta Barat. Dengan satu orang pembicara imam dan dua orang pembicara awam berikut ini.

  1. Pastor Agustinus Handoko HS, MSC– Ketua Tim Pembangunan Propinsialat MSC.
  2. Sdr. Fransiskus Junius Wijaya, OFS – APR Presidium Maria Tak Bernoda dan Presidium Pohon Sukacita di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Mangga Besar – Jakarta Barat.
  3. Sdri. Lucia Wenehen – legioner Presidium Bunda Para Kudus di Paroki Kristus Salvator, Slipi – Jakarta Barat.

Bagi kebanyakan orang, persekutuan para kudus adalah para santo santa atau para biarawan – biarawati. Padahal persekutuan para kudus itu sebenarnya merupakan perkumpulan ‘kita’ semua yang sudah dibaptis menjadi anggota tubuh mistik Kristus dan percaya pada Yesus Kristus sebagai juru selamat.

Yesus Kristus merupakan kepala dari persekutuan ini. ‘Kita’ dalam konteks ini didefinisikan dalam tiga status berikut:

  1. Kita semua yang masih berjuang dan hidup di dunia.
  2. Mereka yang telah meninggal dan masih dalam proses pemurnian di api penyucian.
  3. Mereka yang sudah berbahagia di surga.

Walaupun kita yang masih berjuang di dunia ini sudah termasuk dalam persekutuan para kudus, bukan berarti kita dapat hidup dengan tidak baik. Kita tetap harus menjaga kekudusan itu dengan tetap berusaha agar hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Yesus Kristus adalah kudus, Dia merupakan Injil yang Hidup atau kabar sukacita. Manusia dicipatakan menurut gambaran Allah, maka manusia dapat menjadi kudus apabila mampu menampakkan wajah Allah dalam setiap peran kehidupan di mana pun kita berada, baik dalam peran sebagai anak, orangtua, istri, suami, legioner, dsb. Jadi apapun peran atau profesi kita, kita sejak awal memang diajak untuk menjadi kudus. Menjadi kudus harus direalisasikan dalam hubungan yang harmonis dengan Allah dan juga dengan sesama.

Di tengah kehidupan saat ini, memang tidak mudah untuk menjadi kudus, namun itu bukan hal yang tidak mungkin. Mengusahakan kekudusan dapat dimulai dengan hal – hal sederhana dengan cinta yang besar dan tulus. Sebagai manusia biasa, apabila kita terjatuh maka coba selalu bangkit lagi untuk menjadi pribadi yang lebih baik/ kudus. Perjuangan ini tentunya dapat diperkuat dengan mengikuti komunitas di Gereja, salah satunya dengan bergabung dalam Legio Maria. Komunitas yang baik untuk kita adalah komunitas yang dapat membantu kita semakin bertumbuh dalam iman.

Selain itu, di masa kemajuan teknologi saat ini, salah satu jalan kekudusan adalah dengan bijaksana menggunakan internet. Kita dapat meneladani Beato Acutis yang memanfaatkan internet untuk menyebarkan kekudusan dengan membuat sebuah website mujizat Ekaristi dan ada banyak orang yang bertobat setelah membaca website ini. Atau dengan membuat status/ caption di media sosial yang isinya memberikan semangat/ajakan untuk melakukan hal positif.

Dalam talkshow ini, pembicara juga membahas mengenai: Mengapa umat Katolik menghormati Santo Santa atau memohon perantaraan doa dari mereka? Karya kekudusan apa yang dapat dilakukan oleh legioner selama masa pandemi ini? Mengapa umat Katolik mendoakan mereka yang berada di api penyucian? Bagaimana menyikapi umat agama lain yang ajarannya berbeda dengan Gereja Katolik dalam hal para kudus?

Selain itu, seperti hal nya dalam talkshow sebelumnya, talkshow ini juga disertai dengan live chat yang menerima berbagai pertanyaan dari para legioner. Beberapa pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: Mengapa jiwa-jiwa di api penyucian tidak bisa menolong diri mereka sendiri dan mereka butuh didoakan? Pada kehidupan manusia zaman dulu saat belum mengenal agama, apakah mereka menjadi bagian dalam persekutuan para kudus? Bisakah kita langsung menjadi para kudus yang berbahagia di surga tanpa melalui api penyucian?

Hmm…banyak pertanyaannya menarik bukan? So, kalau kamu ingin tahu semua jawaban pertanyaan di atas, jangan lupa nonton talkshow #3 di channel Youtube Senatus Bejana Rohani yaaahh… See you on talkshow #4 tanggal 19 Desember 2020 !

Jadilah Pelaksana, Bukan Pengatur

Sumber berita : panitia 100 tahun Legio Maria

Sabtu (24/10) malam yang lalu adalah salah satu malam minggu berfaedah bagi para legioner. Hari itu, Bapak Uskup Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap berkenan menjadi salah satu narasumber dalam sebuah acara talkshow online yang disiarkan langsung dari Medan, bersama dua orang pembicara awam Yustinus Sukisno sebagai legioner senior dan Yudith Kartini Sitohang sebagai legioner junior. Dimoderatori oleh Daniel Hutajulu, talkshow dengan tema “Fiat Voluntas Tua dalam Legio Maria” ini merupakan talkshow kedua dalam rangkaian kegiatan dari perayaan 100 tahun Legio Maria.

Fiat voluntas tua pasti sering didengar oleh mereka yang bergerak di dunia pelayanan. Bahkan kalimat ini menjadi tema perayaan 100 tahun Legio Maria di Indonesia. Terjemahan bebasnya kurang lebih berarti, “[aku ini hamba Tuhan,] terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”. Kalimat ini muncul dalam Injil Lukas, sebagai jawaban Maria atas tawaran keselamatan yang datang dari Allah
melalui kabar sukacita yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel.

Namun untuk dapat mengerti semangat dari kalimat itu, maka kita harus membaca ulang kisah kabar sukacita ini dari awal dan meresapi bagaimana respon Maria saat itu. Maria tidak bertanya “mengapa aku?”, melainkan bertanya “bagaimana hal itu dapat terjadi?”. Pertanyaan ini sesungguhnya mendahului kesediaan Maria akan kabar yang didengar Maria dari Malaikat Gabriel. Dan dengan menyatakan diri sebagai hamba Tuhan, Maria menyampaikan bahwa dirinya siap untuk melayani dan berserah penuh pada kehendak Tuhan. Lalu kemudian Maria dengan rendah hati mengharapkan agar
kebenaran itu dapat tergenapi, dengan kalimat penutup, “jadilah padaku menurut perkataanmu”.

Secara keseluruhan, Maria telah memberikan teladan kepada kita semua untuk selalu mencari kehendak Tuhan dalam doa-doa yang kita sampaikan pada Tuhan, dan bukan malah menyampaikan program-program kita pribadi untuk dikabulkan oleh Tuhan. Seorang hamba akan selalu siap sedia menerima perintah dan menjalankan tugas kendati beresiko membahayakan diri sendiri,
karena mengetahui bahwa Allah sudah mengatur semua hal.

Menjadi seorang legioner tidak melulu soal berdoa panjang-panjang seperti Rosario. Namun ada karya yang harus dilakukan, seperti kunjungan. Pada saat kunjungan inilah, kita tidak lagi menampilkan apa program kita kepada orang lain, melainkan mencari kehendak Tuhan untuk kita lakukan. Bersamaan dengan itu, kita membentuk karakter kita melalui penolakan-penolakan yang kita alami. Tidak mudah untuk menjadi seorang pelaksana yang baik, namun itulah yang harus kita lakukan.

Cara terbaik menularkan semangat adalah dengan teladan hidup. Dengan bertanya pada Tuhan apa yang Tuhan inginkan untuk saya lakukan, lalu melakukan
jawabannya dalam keseharian kita. Orang pasti akan bertanya apa yang menjadi sumber inspirasi kita, dan kita bisa menjawab Bunda Maria lah yang menjadi sumber inspirasi kita. Bunda Maria adalah teladan kita dalam hal beriman.

Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap

Sedikit bocoran, Bapak Uskup Medan juga pernah menjadi legioner. Bersama mas Yus dan Yudith, Bapak Uskup juga membagikan pengalamannya menjadi seorang legioner. So, pastikan dirimu menyimaknya melalui tautan link https://youtu.be/iaSVMXg4qxE, ya. Ave Maria.

Pecah Banget !!

Sumber berita : panitia 100 tahun Legio Maria

Yep, pecah banget!! Sebanyak 324 legioner mendaftarkan diri sebagai peserta kuis online Legio Maria, yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan perayaan 100 tahun Legio Maria. Mereka berasal dari Sabang sampai Merauke, dengan rentang usia yang beragam. Nggak cuma itu. Kuis online ini juga diikuti oleh legioner Indonesia yang berada di wilayah dewan Senatus Singapore, loh. Bedegh… pecah rekor nggak tuh?

Kuis serupa pernah diadakan bulan lalu oleh Komisium Maria Immaculata – Jakarta Barat 2 dan telah dimuat di E-Bulletin edisi September 2020. Masih sama, kuis Legio Maria ini masih mengajukan pertanyaan seputar Legio Maria, iman Katolik, dan pengetahuan kewarganegaraan secara umum. Media yang digunakan juga masih sama, aplikasi chat whatsapp. Niat panitia pun masih untuk menjaga persaudaraan di masa pandemi ini. Dan niat baik ini lah yang diberkati oleh Bunda Maria hingga bisa terlaksana dengan baik. Nih ya, kalau bukan karena berkat Bunda Maria, para peserta tuh nggak akan merasakan euphoria keseruan ini dari tempat masing-masing, padahal jelas-jelas beda waktu, beda jarak, dan beda usia. Nggak percaya? Cek halaman berikut yak. Ada titipan salam dari mereka ~

Terbagi secara acak ke dalam 16 kelompok yang berbeda, 324 legioner itu mengikuti segala tahap yang ada. Mulai dari tetiba diundang ke whatsapp grup beberapa hari sebelum hari H, hingga sabar nungguin pengumuman siapa aja yang lolos ke babak selanjutnya di hari Minggu (18/10) lalu. Meski kelihatannya nggak ada yang bertujuan untuk berkompetisi, tapi mereka mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin loh, sampe pada niat untuk bongkar catetan lama hingga buku pelajaran segala. Dan kerennya adalah, salah satu legioner dewan Senatus Singapore bahkan mencapai babak final. Begh… itu bukti bahwa berada di negri orang nggak lantas melupakan negara asalnya.

Serunya Bikin Nagih..!!

“Terima kasih atas undangan kuisnya. Lomba ini sangat bagus dan bermanfaat, karena bisa bertemu dengan peserta kuis se-Indonesia, sehingga bisa bertukar pikiran mengenai dewan legio masing-masing. Cocok banget jika setiap dewan bisa melakukan lomba begini secara berkala.” Sdr. Petrus, legioner Balikpapan – Kalimantan Timur

“Saya diingatkan untuk senantiasa memperbaharui dan membekali diri akan pengetahuan tentang Legio Maria dan kewarganegaraan. Saya juga menikmati dinamika dan antusias dari peserta lain. Semoga kegiatan ini dapat berlanjut di dewan masing-masing, sehingga legioner dirangkul untuk terus memperbaharui diri di masa seperti ini.” Sdr. Herdi, legioner Medan

Seneng, bangga gitu bisa berkenalan dengan legioner se Indonesia, bahkan hingga Singapore. Nggak nyangka banget bisa lolos ke babak dua, dan saya terharu karenanya.” Sdri. Caroline Kesya Putri Rahayu, legioner Batam

“Kuisnya bagus, ada manfaatnya. Mama saya sampe ikutan antusias untuk menjawab soal-soal yang ada. Semoga kuisnya bisa terus berlanjut dan nggak cuma kalau lagi ulang tahun legio aja.” Sdr. Antonius Cahyo Nugroho, legioner
Batam

“Biasanya membaca berkas legio ya baca saja, tetapi karena ada kuis ini jadi rajiiin banget buka-buka semua berkas yang sudah rapi tersusun di lemari. Semua bahan pelajaran bina iman pun kebaca juga. Kalau pun nggak menang, tapi saya jadi semangat membacanya.” Sdri. Irene, legioner Bekasi

“Kegiatan ini sangat luar biasa, seru, dan menegangkan karena waktu yang diberikan sangat singkat. Tapi bersyukur saya bisa ikut berpartisipasi dalam kuis online ini, walaupun apa yang sudah saya pelajari ada beberapa soal yang tidak keluar. Sungguh luar biasa.” Sdri. Prisca Renate Nadia Taek, legioner NTT

Tuh, euphoria-nya dapet banget kan? Sampe para pesertanya pada pengen diadakan lagi di dewan masing-masing. Kuy, mari kita menguduskan diri secara kreatif di masa pandemi ini.

100 Tahun Legio Maria : Jejak Langkah Legio Maria Senatus Bejana Rohani, Indonesia Bagian Barat

Dalam tulisan sebelumnya, kita telah membaca sejarah, inspirasi dan tujuan didirikan Legio Maria sejak 7 September 1921 di Dublin, Irlandia, tempat awal terbentuknya Legio Maria di dunia. Pendiri Legio Maria, Frank Duff tak pernah berpikir bahwa pertemuan awal ini akan meluas ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Bagaimana perjalanan sejarah Legio Maria di Indonesia, khususnya di Senatus Bejana Rohani, yang meliputi wilayah Indonesia Bagian Barat? Jujur, kami belum dapat menuliskan jejak langkah secara lengkap karena keterbatasan sumber informasi. Akan tetapi kami berusaha merangkum beberapa hal penting dari catatan dan narasumber yang ada. Jika dari pembaca mempunyai info tambahan kiranya berkenan menyampaikan pada Perwira Senatus Bejana Rohani.


AWAL TERBENTUKNYA DEWAN SENATUS BEJANA ROHANI, JAKARTA

Legio Maria di Jakarta muncul pertama kali pada tahun 1972, didirikan oleh Pastor Vincenzo Salis SX di Gereja St. Maria de Fatima, Paroki Toasebio, Jakarta Barat. Presidium pertama tersebut memakai nama Paroki yaitu Presidium Maria de Fatima. Saat itu tergabung di Kuria Bogor.

Tahun 1977, Jose Tugelida, seorang envoy dari Filipina datang ke Jakarta dan melihat ladang subur yang memungkinkan perkembangan Legio Maria. Terbukti bahwa selama 1978-1979, Legio Maria tumbuh di Jakarta seperti cendawan tumbuh di musim hujan. Dari 19 presidium yang tersebar di paroki Toasebio, Kemakmuran, Pluit, Mangga Besar, Matraman, Tanah Tinggi, dan Kramat, meningkat jumlahnya menjadi 33 presidium yang semuanya bergabung kepada Dewan Kuria Bogor.

Melihat jumlah presidium yang telah cukup banyak, Sdr. Jose mengusulkan dibentuk sebuah dewan kuria di Jakarta. Prakasa ini disambut dengan baik oleh Bapa Uskup Agung Jakarta, saat itu adalah Mgr. Leo Sukoto dan juga Kuria Bogor yang saat itu mensupervisi presidium-presidium Jakarta. Akhirnya dewan kuria yang telah disiapkan dengan baik itu diresmikan oleh Dewan Komisium Bandung pada tanggal 18 Februari 1979 dengan nama Bejana Rohani – Jakarta.

Istimewa sekali dalam rapat perdana KURIA BEJANA ROHANI, karena selain dihadiri oleh utusan dari Senatus Malang, Komisium Bandung, Kuria Bogor, juga dihadiri oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo Sukoto, serta Jose Tugelida selaku envoy dan utusan resmi dari Dewan Konsilium Dublin.

Peranan utama Legio Maria adalah membantu Gereja secara nyata. Umat Katolik di KAJ saat itu sekitar 133.000 orang yang tersebar dalam 34 paroki, dan memerlukan partisipasi dari legioner untuk menjadi garam bagi Gereja.

Mgr. Leo Sukoto, Uskup Agung Jakarta – 1979

Karena pertumbuhan demikian pesat dalam kota Jakarta, dan untuk meningkatkan efisiensi pengawasan dan perluasan, maka atas persetujuan Mgr. Leo dibentuklah 2 kuria baru dalam kota Jakarta pada 19 Oktober 1980. Dengan demikian terdapat 3 dewan kuria, yaitu Kuria Bejana Rohani, Kuria Tahta Kebijaksanaan dan Kuria Ratu Para Rasul dengan total jumlah presidium di Jakarta sebanyak 31 presidium senior dan 14 presidium junior.

Dalam kurun 3 tahun , Legio Maria di Jakarta telah tumbuh menjadi 56 presidium yang tersebar di 18 dari 35 paroki yang ada saat itu. Dengan restu dari pimpinan Gereja dan pimpinan Legio Maria, pada 10 Juli 1983 Senatus Malang meningkatkan status Kuria menjadi KOMISIUM BEJANA ROHANI untuk mensupervisi dewan dan presidium di daerah Jakarta.

Keterampilan legioner dalam bertugas sungguh-sungguh diperhatikan dengan tidak melupakan kehidupan rohaninya. Diharapkan Legio Maria membantu di lingkunganlingkungan paroki dan menjadi penghubung antar umat lingkungan sehingga Legio Maria khususnya di KAJ dapat menjadi perpanjangan tangan Gereja.
Homili Mgr. Leo, 17 September 1983

Berkat karya Roh Kudus melalui penyertaan Bunda Maria, rupanya semangat umat Katolik semakin membara untuk menggabungkan diri menjadi bala tentara Maria dalam karya Kerasulan Legio Maria. Hal ini ditanggapi secara serius oleh Pimpinan Legio mulai dari Konsilium Dublin dan Senatus Malang, serta Pimpinan Gereja, sehingga setelah melalui proses penelitian yang cukup panjang, akhirnya Minggu, 29 Maret 1987 status Komisium Bejana Rohani ditingkatkan menjadi SENATUS BEJANA ROHANI dan berpusat di Jakarta.

Sumber : dok. pribadi
Surat pengesahan dari Dublin – | Sumber : dok. pribadi

Rapat perdana sebagai dewan senatus dilaksanakan di aula gereja Keluarga Kudus, Rawamangun. Saat itu Senatus Bejana Rohani terdiri dari 2 komisium, 11 kuria, 18 presidium senior dan 8 presidium junior, dengan wilayah meliputi seluruh Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan dan Jakarta. Wilayah tersebut terdiri dari Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Medan dan keuskupan-keuskupan lainnya : Bandung, Sibolga, Padang, Palembang, Tanjung Karang, Pangkal Pinang, Pontianak dan Bogor. Tentu saja keputusan dari Dewan Konsilium Dublin ini juga disetujui oleh Uskup wilayah tersebut dan Senatus Malang.

Dengan ditingkatkannya menjadi dewan senatus, yang merupakan senatus ke-2 di Indonesia, tentulah sebuah kebanggaan dan juga tanggung jawab besar untuk mengupayakan agar karya kerasulan Legio Maria menjadi bagian dari Gereja Indonesia dan dapat menjadi perpanjangan tangan Gereja untuk mewujudkan Kemuliaan Allah di dunia.

PERKEMBANGAN SENATUS BEJANA ROHANI DI ABAD KE-20

Dalam perjalanan Legio Maria di wilayah karya Senatus Bejana Rohani yaitu Indonesia bagian Barat, Senatus selalu mengupayakan agar selaras dengan perkembangan Gereja setempat baik itu arah dasar, semangat dan juga wilayah karya.

Salah satu upaya yang dilakukan pada tahun 2011-2012 adalah Senatus mencoba merapikan wilayah karya dewan legio (kuria dan komisium) agar selaras dengan wilayah karya keuskupan setempat. Tujuannya agar legio berkarya sesuai dengan bimbingan, fokus, dan kebutuhan Gereja setempat (Keuskupan/ Dekenat/ Paroki/ Stasi). Hal ini dimulai dari Keuskupan Agung Jakarta, dengan merapikan pengelompokan dewan kuria dan komisium sesuai dengan Dekenat. Walau cukup banyak hambatan dalam proses ini karena beberapa dewan/ presidium sudah saling terikat dan harus dipisahkan sesuai dengan dekenatnya, akan tetapi berkat ketaatan dan kerendahan hati legioner, serta didukung oleh para Pemimpin Rohani, akhirnya hal ini terlaksana dengan baik hingga saat ini.

Perluasan legio terus berjalan, walau harus diakui bahwa di wilayah Jakarta dan Jawa Barat pertumbuhan secara kuantitas tidak sebesar dan seagresif di tahun 90-an, akan tetapi Senatus juga harus memastikan kualitas/ semangat kerasulan legio ini terjaga dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan yang efektif dari semua tingkatan mulai dari presidium hingga senatus.

Di pertengahan tahun 2011, Senatus mensupervisi 16 dewan dalam kota Jakarta, 9 dewan luar kota dan 6 presidium tergabung langsung, dengan total 16.000-an legioner. Untuk mengefektifkan supervisi maka pada tahun 2011- 2014, Senatus meningkatkan 4 dewan kuria menjadi komisium di wilayah Keuskupan Agung Jakarta, yaitu Komisium Maria Asumpta – Tangerang (September 2011), Komisium Our Lady of the Holy Family – Jakarta Timur (Januari 2012), Komisium Maria Pengantara Segala Rahmat – Bekasi (Januari 2013) dan Komisium Ratu Para Rasul – Jakarta Barat 1 (Oktober 2014).

Perkembangan Senatus Bejana Rohani di abad ke-20-an ini tidak berhenti di seputar Jakarta, Jawa Barat dan Sumatra, tetapi juga berkembang pesat di wilayah Kalimatan. Nantikan kisah perjuangan perluasan Legio Maria di wilayah Borneo ini di edisi mendatang.

Bersambung…

Catatan : Tingkatan kelompok Legio Maria dimulai dari terkecil yaitu presidium, kuria, komisium, regia, senatus dan konsilium.

Talkshow #1 : Legioner Bergaul Akrab dengan Kitab Suci

Sumber : panitia rangkaian kegiatan 100 tahun Legio Maria

Dalam rangka menyambut 100 tahun Legio Maria, Dewan Senatus Bejana Rohani dan panitia telah mempersiapkan rangkaian acara. Salah satu acara itu adalah talkshow yang bertujuan untuk menumbuhkan iman legioner. Talkshow akan diadakan sebanyak 12 kali yaitu setiap bulan pada minggu ke empat hingga 7 September 2021 secara live streaming melalui channel youtube Legio Maria Senatus Bejana Rohani. Ada pun talkshow pertama telah terlaksana pada hari Sabtu (26/9).

Talkshow yang hanya berdurasi satu jam tersebut banyak mendapat kesan positif dari para legioner yang menontonnya. Menurut mereka, talkshow pertama ini berlangsung dengan ringkas, jelas, mudah dipahami, mengena, dan tentunya tidak membosankan. Tema yang diangkat juga disesuaikan dengan bulan September yang dalam liturgi Gereja Katolik diperingati sebagai bulan Kitab Suci.

Talkshow dipandu oleh moderator Maria Apolonia Narahawarin – Legioner Kuria Cermin Kekudusan, Kampus.

Dengan pembicara imam oleh RD Robertus Guntur Dewantoro – Pastor Rekan Paroki St. Agustinus, Halim Perdana Kusuma dan APR Senatus Bejana Rohani tahun 2015. Selain itu juga ada dua orang pembicara awam yaitu Lusiana Palayukan – Legioner Komisium Maria Immaculata, Jakarta Barat 2 dan Kornelia Agnes Juliati – Legioner Komisium Our Lady of the Holy Family, Jakarta Timur.

Dalam talkshow tersebut, kedua pembicara awam memberikan sharing pengalaman hidup, bagaimana mereka merasa diteguhkan dengan ayat Kitab Suci yang mereka baca dan renungkan, sehingga mampu melalui suka duka dan setiap permasalahan hidup yang terjadi.

“Kitab Suci sangat penting bagi kita karena bukan hanya tubuh kita yang membutuhkan makanan, tetapi juga jiwa kita. Manusia itu hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi juga dari Firman Tuhan.

Firman Tuhan adalah pelita dan makanan bagi jiwa kita”, ungkap Lusiana yang juga merupakan ketua sub seksi katekumenat di Paroki St. Kristoforus – Grogol.

“Mengapa legioner harus membaca Kitab Suci?” tanya moderator kepada Lusiana. Ia lalu menjawab bahwa dalam doa Beatifikasi Hamba Allah Frank Duff pun, jelas disebutkan Bapa Frank Duff mendirikan Legio Maria sebagai tanda cinta kasih Bunda Maria bagi dunia dan sebagai sarana untuk melibatkan semua legioner dalam tugas gereja mewartakan injil. Selain itu, maskot Legio Maria adalah Bunda Maria sendiri, ia merupakan Ibu Yesus dan Yesus adalah firman yang menjelma menjadi manusia.

Agnes yang merupakan pembicara awam muda dan sudah ikut legio sejak sekolah sasar juga memberikan tips sederhana bagaimana agar anak muda membaca Kitab Suci. Tentunya anak muda saat ini tidak lepas dari gadget.

Oleh karena itu, jangan lupa men-download aplikasi e-Katolik, lalu posisikan aplikasi itu persis di sebelah aplikasi media sosial atau game yang paling sering kita buka. Sehingga setiap kali kita membuka aplikasi favorit, kita akan diingatkan untuk membaca Kitab Suci.

Sumber : https://youtu.be/KFli_dke6Xg

Menurut Rama Guntur, hubungan antara Kitab Suci dengan legioner dibagi menjadi tiga hal. Pertama, legioner adalah bala tentara Maria yang bergerak sesuai satu komando, dalam hal ini dikomando oleh Senatus Bejana Rohani sesuai arah gereja dan tentunya dengan meneladani semangat Bunda Maria. Kitab Suci dan semangat legioner ini tidak dapat dipisahkan. Kedua, Kitab Suci ibarat surat cinta Tuhan kepada anak-anak-Nya. Kita tidak mungkin mencintai tanpa mengenal, tidak mungkin mengenal tanpa memahami, tidak mungkin memahami tanpa kita sungguh-sungguh belajar. Jadi jika kita tidak sungguh-sungguh mempelajari Kitab Suci, bagaimana bisa kita mencintai Tuhan? Ketiga, kita bisa teguh dan kuat dalam menghadapi permasalahan kehidupan karena didasari iman kepada Tuhan yang pasti tertuang dalam ayat-ayat Kitab Suci, sehingga baik bagi kita untuk menemukan ayat yang sunguh-sunguh dapat menjadi pegangan/ pedoman bagi kita dalam mengahadapi permasalahan hidup agar dapat menjalani hidup dengan penuh syukur.

Selain berbincang-bincang dengan tiga orang narasumber, dalam talkshow ini juga ada live chat yang menerima berbagai pertanyaan terkait Kitab Suci dari para legioner dan Rama Guntur pun menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Apakah membaca buku pegangan Legio Maria sudah cukup dibandingkan membaca Kitab Suci? Sebaiknya berapa kali membaca Kitab Suci dalam sehari/ berapa lama? Dimana kita sebaiknya membaca Kitab Suci? Apakah jika tidak membaca Kitab Suci merupakan dosa? Membaca dan berdoa dengan Kitab Suci, apakah merupakan dua hal yang berbeda? Lebih baik membaca Kitab Suci Perjanjian Baru atau Perjanjian Lama? Apakah membaca Kitab Suci melalui aplikasi online atau buku Ruah/Ziarah Batin sudah cukup atau harus menggunakan Kitab Suci fisik? Jika sudah mengikuti misa online setiap hari, apakah masih perlu membaca Kitab Suci lagi? Pada saat rapat legio, alukosio lebih baik diambil dari buku pegangan atau Kitab Suci? Lebih baik membaca atau mendengarkan ayat Kitab Suci?

Hmm…pertanyaannya menarik bukan? So, kalau kamu ingin tahu semua jawaban pertanyaan di atas, jangan lupa nonton talkshow #1 di channel youtube Senatus Bejana Rohani yaaahh… See you on talkshow #2!

100 Tahun Legio Maria : Sejarah dan Inspirasi Awal

Di awal tahun 1900an ketika Dublin, Irlandia merupakan satu wilayah di Eropa yang mengalami keterpurukan kondisi perekonomian karena banyak pengangguran dan kemiskinan, Serikat Santo Vincentius (SSV), menjadi sebuah organisasi/ kelompok tumbuh hadir untuk membantu pemenuhan kebutuhan jasmani.

Seorang awam, Frank Duff (24 tahun), didasari oleh keprihatinan pada sesama yang menderita dan semangat misioner yang bergelora dalam hatinya, serta keinginannya yang sederhana untuk dapat melakukan sesuatu yang berguna, untuk berjumpa dengan Kristus sendiri dalam diri sesama yang menderita, maka pada 1913 Frank Duff mendaftarkan diri menjadi anggota kelompok SSV.

Duff, sebagai seorang anggota SSV, tentulah ia memiliki devosi yang mesra kepada Maria, dalam perjalanannya Duff juga membaca dan terinspirasi dari buku “Bakti Sejati kepada Maria”, karangan St Louis Marie de Montfort. SSV terus bertumbuh dan mekar, Frank Duff menjadi ketua dan berpusat di Myra House, Dublin. Dalam setiap pertemuan bulanan selalu mengagendakan diskusi dari buku Bakti Sejati. Dalam sebuah pertemuan, anggota menceritakan kunjungan menarik saat ke rumah sakit di Dublin.

Berawal dari kunjungan tersebut, Frank Duff dan bersama beberapa orang merasakan perlunya lanjutan untuk membahas hal tersebut dan disepakati pertemuan pada 7 September 1921, yang menjadi tonggak sejarah lahirnya Legio Maria.

7 September 1921 jam 20:00 Lahirnya Legio Maria

Frank Duff, Pastor Michael Toher dan 13 orang wanita yang mayoritas gadis muda berkumpul. Tak seorang pun yang sadar bahwa hari yang mereka tentukan adalah malam menjelang Pesta Kelahiran Bunda Maria, 8 September. Frank Duff sangat terpesona dengan penataan ruang pertemuan, di atas meja ada patung Bunda Maria Tak bernoda dengan bunga dan lilin di sekitarnya, hal ini sama persis dengan penataan altar pertemuan legio saat ini (tentu saja belum ada Veksilum).

Diyakini bahwa Bunda Maria sendirilah yang hadir mendahului mereka untuk menyambut mereka yang mendaftarkan diri untuk melayani dia.

Mereka bukan saja datang untuk membentuk sebuah perkumpulan (organisasi) melainkan untuk menyediakan diri bagi suatu tugas pelayanan, untuk mencintai dan melayani seseorang. Patung itu mengingatkan mereka bahwa Maria selalu hadir di tengah mereka. Pada awalnya, perkumpulan itu dinamakan Perserikatan Maria Berbelaskasih dan kemudian menjadi LEGIO MARIAE.

Anggotanya berusaha melaksanakan dalam hidupnya seperti ajaran “Bakti Sejati kepada Bunda Maria” menurut St. Montfort yang menekankan pada pelayanan praktis, yaitu melayani Bunda Maria, bukan hanya dalam perkataan melainkan juga dalam perbuatan.

Mereka akan melayani dia dengan melayani Puteranya Yesus Kristus yang hadir dalam setiap manusia yang mereka jumpai; melayani Kristus yang menderita dalam diri para pasien di rumah sakit, menghibur Yesus yang kesepian dalam diri orang yang hidup sendirian, bertemu dengan kanak-kanak Yesus dalam diri anak-anak yang mereka jumpai, mencari Kristus yang tersalib dalam diri setiap pendosa.

Dengan memandang patung Maria di atas altar legio, mereka selalu diingatkan bahwa Bunda Kristus sendirilah yang mengutus mereka untuk suatu tugas isitimewa. Mereka selalu bergantung kepadanya dan berjuang untuk menjalani hidup yang suci dalam persatuan dengan dia. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa panggilan mereka adalah: “Melayani Bunda Maria, demi kemuliaan Allah”. Inilah inspirasi awal yang terus kita hidupi dalam perjalanan pelayanan Legio Maria.

Perluasan Legio Maria
Dalam perkembangannya, Legio Maria mulai tersebar di beberapa belahan dunia, 1929 di Skontlandia, Inggris, India, Amerika, Australia, Selandia Baru, Afrika dan Amerika Latin, China, lalu kemudian di negaranegara Eropa daratan. Legio Maria masuk Indonesia pada 1951 melalui Medan, oleh seorang envoy bernama Miss Theresia Shu (Legioner di Universitas Hongkong), lalu menyebar ke Padang, Pekanbaru, Sidikalang, Tanjung Karang dan Pangkal Pinang. Legio juga menyebar ke Pulau Kalimantan yakni Pontianak, Singkawang, Sambas dan terus ke arah timur, Pulau Flores Nusa Tenggara Timur yakni Maumere.

Pada tahun 1952, Pater Paul Janssen CM, yang baru kembali dari Filipina, tempat Legio Maria berkembang dengan pesat, mendirikan presidium pertama di Kediri, Jawa Timur, lalu meluas ke Surabaya, Malang, Blitar dan Madiun pada tahun 1953. Dengan perkembangannya, mulai dibentuklah dewan legio yaitu Kuria Malang pada 1954.

Di Jawa Barat, Legio Maria mulai masuk pada tahun 1956 menyebar dari Cirebon, Yogyakarta pada tahun 1969 dan meluas ke Semarang dan Surakarta. Sedangkan di Jakarta, mulai dengan presidium sekitar tahun 1977-1978 dan tersebar luas di Indonesia.

Saat ini Legio Maria di Indonesia telah berkembang di 33 provinsi, 35 Keuskupan, dengan jumlah legioner sebanyak 66.000 orang di dalam naungan tiga Dewan Senatus di Indonesia, yaitu Senatus Bunda Maria Karmel, Malang (5 Juli 1964), Senatus Bejana Rohani, Jakarta (29 Maret 1987) dan Senatus Maria Diangkat ke Surga, Kupang (8 September 2019). Bersambung….

100 Tahun Legio Maria : Tema, Tagline, Logo, dan Doa Syukur

Oleh : panitia rangkaian kegiatan 100 tahun Legio Maria


Sumber : panitia rangkaian kegiatan 100 tahun Legio Maria

TEMA Fiat Voluntas Tua. Aku Ini Hamba Tuhan, Terjadilah Padaku Menurut Perkataan-Mu (Luk 1:38).

Sikap hati Bunda Maria ketika menerima perutusan dari Allah dengan menyatakan kerendahan hati mentaati kehendak atau perintah Allah. Teladan dan semangat inilah yang hendaknya selalu dihidupi oleh Legio Maria dalam setiap langkahnya secara pribadi dan dalam karya kerasulannya.

TAGLINE : Aku Siap Diutus.

Memantapkan langkah Legio Maria meneruskan perjalanan 100 tahun dengan tetap teguh melaksanakan kesiapsediaan menjalakan tugas perutusan sebagai tentara Maria dengan bersatu dalam bersama dengan tugas perutusan Gereja.

ARTI LOGO : 100 tahun karya Legio Maria dalam terang Roh Kudus.

Legio Maria berkarya hingga 100 tahun dalam terang Roh Kudus.

      • Veksilum : panji Legio Maria
      • Burung merpati dan nyala api : lambang dari Roh Kudus
      • Angka 100 : 100 tahun perjalanan Legio Maria
      • Bunda Maria pengantara segala rahmat : menjadi perantara, semangat dan teladan dalam karya Legio sehingga mampu mewartakan karya Roh Kudus
      • Tangan yang berpegangan dengan rantai rosario : kesatuan dalam doa dan karya. Legio Maria merangkul semua orang, berkarya untuk saling meneguhkan dengan doa rosario sebagai salah satu kekuatan doa
      • Dasar warna merah dan putih : lambang bendera Indonesia
      • Bola dunia dengan peta Indonesia :  Legio Maria turut berperan menghadirkan karya keselamatan Allah di Indonesia.

Sumber : panitia rangkaian kegiatan 100 tahun Legio Maria

Doa ini agar disebar luaskan pada Pemimpin Rohani dan seluruh anggota Legio Maria (aktif dan auxilier) serta pada umat non legioner. Doa ini didoakan secara pribadi dan dalam pertemuan Legio.