Seks & Orang Muda Katolik : Yuk Diskusi!

SEKS & ORANG MUDA KATOLIK: YUK DISKUSI!

Bicara soal seks bukanlah hal yang tabu lagi. Bukan karena ikut arus dalam dunia modern melainkan agar orang muda sadar, paham, dan mampu memilih dengan tepat. Berikut sebuah cuplikan pengalaman nyata. Apakah semudah itu hanya mengatakan ini benar dan itu salah?

***

  1. Sore itu, saya menerima sebuah pesan singkat dari seorang teman. “La, aku mau tanya. Aku punya adik sepupu… Itu merasa tidak pede gara-gara diejek belum sex. Anak tunggal. Ngomonginnya gimana ya? Tapi jangan ngomongin rohani-rohani ya, dia belum kenal Yesus…

Mari kita merefleksikan sejenak. Apa jawaban kita?

Apa opini kita tentang seks? Dari mana kita tahu tentang seks dan seputarnya? Apakah hal tersebut masih tabu dibicarakan dengan orang tua dan pembimbing kita di komunitas? J

Di satu sisi, sebagai kontras mari kita merefleksikan sebuah kisah lain yang mungkin sebagian besar dari kita sudah pernah membacanya.

  1. Bacaan dari Injil Yohanes 8:1-11.

“…tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

 

Tentu kita memiliki macam-macam perasaan, pikiran, dan reaksi terhadap bacaan Injil di atas. Banyak tokoh di sana. Ada (1) ORANG-ORANG Farisi dan (2) AHLI-AHLI Taurat, ada (3) Tuhan Yesus, ada (4) rakyat, dan ada (5) perempuan yang kedapatan berzinah. Pernahkah kita juga mendengar respon-respon seperti ini dan sejenisnya dalam kaitannya dengan nasihat terhadap orang muda dan seks?

 

  1. “Itu kan tidak baik (dosa). Kalau anak Tuhan tidak boleh berbuat begitu” atau “Nanti siapa yang mau bertanggung jawab?” atau “Ah, itu urusan mereka.”

 

Ada 1001 reaksi. Mulai dari nasihat bijak, gosip, cuek, sampai teguran keras dan tudingan. Lalu, apa yang dapat kita lakukan?

 

Dalam sebuah buku kecil, Spiritual Works of Mercy (Grogan, 2015, p.30) memberikan sebuah nasihat tentang teguran dalam kaca mata iman Katolik, “First of all with a motive of love; and secondly, with an acute awareness of our own sinfulness, which includes gratitude to the Lord for rescuing us and restoring us to Himself out of sheer mercy. And thirdly, praying first for the gift of counsel for ourselves!” Secara bebas, dapat diterjemahkan bahwa untuk membimbing seseorang, pertama-tama adalah dengan motivasi cinta kasih. Kedua, dengan kesadaran akan dosa kita sendiri, termasuk rasa syukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita dan memulihkan kita karena rahmat-Nya. Ketiga, terlebih dahulu berdoa untuk karunia Roh Nasihat untuk diri kita sendiri!” Tentu, itu semua berbeda dengan pandangan menghakimi atau sebaliknya apatis.

 

Dalam kisah nyata di atas, ada tips 3P untuk menjadi seorang sahabat dalam konteks pertobatan, yaitu:

  • Pray (doa)
  • Patience (kesabaran)
  • Persistence (kegigihan)

Contoh santa yang setia melakukan ini adalah Santa Monika yang berpuluh tahun mendoakan anak dan suaminya yang terjerumus dalam dosa berat. Akhirnya, anaknya menjadi seorang santo (Santo Agustinus) dan suaminya pun demikian (Santo Patrisius).

 

Jika demikian, bagaimana kita dapat berdiskusi mengenai seks dalam kehidupan orang muda? Berbicara mengenai seks dan seks bebas adalah dua hal yang berbeda. Seks adalah indah, mulia, dan suci. Bagaimana dengan seks bebas?

 

Pertama, pertanyaan yang fundamental. Apa yang dicari seseorang dari seks bebas? Kesenangan? Kepuasan? Jati diri? Kemerdekaan dan kebebasan?

Jika ya, kita dapat berfleksi mengenai hal yang terjadi dalam perjalanan hidup kita. Apa pengalaman kita tentang mengasihi dan dikasihi?

 

Kedua, seks bebas akan berakhir pada kehampaan. Jika kemerdekaan adalah hal yang dicari, maka dalam satu, dua, tiga atau beberapa kali hubungan mungkin ya. Selanjutnya, apa yang didapat?

 

Ketiga, tekanan dari lingkungan. Pada akhirnya, mengapa seseorang bergaul dengan lingkungannya? Mungkin karena di tempat lain, ia tidak diterima. Ia merasa ‘berbeda’ dan bahkan dianggap ‘salah, buruk, dan berdosa’. Jika kita merenungkan sikap Yesus, terhadap perempuan yang kedapatan berzinah, apakah Yesus menceramahi perempuan itu setelah “semuanya pergi”? Yesus tidak mengungkit-ungkit masa lalunya, Yesus tidak menasihati panjang lebar, Yesus tidak menuding. Yesus menegurnya dengan lembut. Yesus mengasihinya.

 

Keempat, hati nurani. Seseorang dapat merasakan bahwa ia dikasihi. Dalam lubuk hatinya, biasanya sebagian besar orang sudah mengetahui hal baik dan buruk. Apa yang mereka butuhkan? Lagi-lagi, cinta kasih dan kelembutan. Kelembutan DAN kerendahan hati. Itulah kekuatan kasih seorang ibu. Mengapa Bunda Maria begitu dicintai? Apakah kita bisa memancarkan hal itu?

***

Jadi, apakah hubungannya semua diskusi di atas dengan seks dan orang muda Katolik? Kesimpulannya singkat. Seks adalah indah dan suci. Orang muda Katolik melihat seks bukan hanya soal benar dan salah. Akan tetapi, tentang kebahagiaan dan tujuan hidup. Seks bebas tidak berujung. Justru, dengan saya berani memilih, saya bebas. Bebas mengikuti kebahagiaan sejati yang memang berhak saya dapatkan. Bebas menjadi seseorang yang berhak memiliki masa depan yang indah. Dalam kaca mata iman, saya memilih untuk mengikuti kebahagiaan dari Kristus. Mari kita saling mengasihi dan menguatkan dalam Kristus. Ave Maria. (MSCP).

 

DAFTAR PUSTAKA

Grogan, P. (2015) Spiritual Works of Mercy. Aberdeen: Catholic Truth Society Publishers