100 Tahun Legio Maria : Jejak Langkah Legio Maria Senatus Bejana Rohani, Indonesia Bagian Barat

Dalam tulisan sebelumnya, kita telah membaca sejarah, inspirasi dan tujuan didirikan Legio Maria sejak 7 September 1921 di Dublin, Irlandia, tempat awal terbentuknya Legio Maria di dunia. Pendiri Legio Maria, Frank Duff tak pernah berpikir bahwa pertemuan awal ini akan meluas ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Bagaimana perjalanan sejarah Legio Maria di Indonesia, khususnya di Senatus Bejana Rohani, yang meliputi wilayah Indonesia Bagian Barat? Jujur, kami belum dapat menuliskan jejak langkah secara lengkap karena keterbatasan sumber informasi. Akan tetapi kami berusaha merangkum beberapa hal penting dari catatan dan narasumber yang ada. Jika dari pembaca mempunyai info tambahan kiranya berkenan menyampaikan pada Perwira Senatus Bejana Rohani.


AWAL TERBENTUKNYA DEWAN SENATUS BEJANA ROHANI, JAKARTA

Legio Maria di Jakarta muncul pertama kali pada tahun 1972, didirikan oleh Pastor Vincenzo Salis SX di Gereja St. Maria de Fatima, Paroki Toasebio, Jakarta Barat. Presidium pertama tersebut memakai nama Paroki yaitu Presidium Maria de Fatima. Saat itu tergabung di Kuria Bogor.

Tahun 1977, Jose Tugelida, seorang envoy dari Filipina datang ke Jakarta dan melihat ladang subur yang memungkinkan perkembangan Legio Maria. Terbukti bahwa selama 1978-1979, Legio Maria tumbuh di Jakarta seperti cendawan tumbuh di musim hujan. Dari 19 presidium yang tersebar di paroki Toasebio, Kemakmuran, Pluit, Mangga Besar, Matraman, Tanah Tinggi, dan Kramat, meningkat jumlahnya menjadi 33 presidium yang semuanya bergabung kepada Dewan Kuria Bogor.

Melihat jumlah presidium yang telah cukup banyak, Sdr. Jose mengusulkan dibentuk sebuah dewan kuria di Jakarta. Prakasa ini disambut dengan baik oleh Bapa Uskup Agung Jakarta, saat itu adalah Mgr. Leo Sukoto dan juga Kuria Bogor yang saat itu mensupervisi presidium-presidium Jakarta. Akhirnya dewan kuria yang telah disiapkan dengan baik itu diresmikan oleh Dewan Komisium Bandung pada tanggal 18 Februari 1979 dengan nama Bejana Rohani – Jakarta.

Istimewa sekali dalam rapat perdana KURIA BEJANA ROHANI, karena selain dihadiri oleh utusan dari Senatus Malang, Komisium Bandung, Kuria Bogor, juga dihadiri oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo Sukoto, serta Jose Tugelida selaku envoy dan utusan resmi dari Dewan Konsilium Dublin.

Peranan utama Legio Maria adalah membantu Gereja secara nyata. Umat Katolik di KAJ saat itu sekitar 133.000 orang yang tersebar dalam 34 paroki, dan memerlukan partisipasi dari legioner untuk menjadi garam bagi Gereja.

Mgr. Leo Sukoto, Uskup Agung Jakarta – 1979

Karena pertumbuhan demikian pesat dalam kota Jakarta, dan untuk meningkatkan efisiensi pengawasan dan perluasan, maka atas persetujuan Mgr. Leo dibentuklah 2 kuria baru dalam kota Jakarta pada 19 Oktober 1980. Dengan demikian terdapat 3 dewan kuria, yaitu Kuria Bejana Rohani, Kuria Tahta Kebijaksanaan dan Kuria Ratu Para Rasul dengan total jumlah presidium di Jakarta sebanyak 31 presidium senior dan 14 presidium junior.

Dalam kurun 3 tahun , Legio Maria di Jakarta telah tumbuh menjadi 56 presidium yang tersebar di 18 dari 35 paroki yang ada saat itu. Dengan restu dari pimpinan Gereja dan pimpinan Legio Maria, pada 10 Juli 1983 Senatus Malang meningkatkan status Kuria menjadi KOMISIUM BEJANA ROHANI untuk mensupervisi dewan dan presidium di daerah Jakarta.

Keterampilan legioner dalam bertugas sungguh-sungguh diperhatikan dengan tidak melupakan kehidupan rohaninya. Diharapkan Legio Maria membantu di lingkunganlingkungan paroki dan menjadi penghubung antar umat lingkungan sehingga Legio Maria khususnya di KAJ dapat menjadi perpanjangan tangan Gereja.
Homili Mgr. Leo, 17 September 1983

Berkat karya Roh Kudus melalui penyertaan Bunda Maria, rupanya semangat umat Katolik semakin membara untuk menggabungkan diri menjadi bala tentara Maria dalam karya Kerasulan Legio Maria. Hal ini ditanggapi secara serius oleh Pimpinan Legio mulai dari Konsilium Dublin dan Senatus Malang, serta Pimpinan Gereja, sehingga setelah melalui proses penelitian yang cukup panjang, akhirnya Minggu, 29 Maret 1987 status Komisium Bejana Rohani ditingkatkan menjadi SENATUS BEJANA ROHANI dan berpusat di Jakarta.

Sumber : dok. pribadi
Surat pengesahan dari Dublin – | Sumber : dok. pribadi

Rapat perdana sebagai dewan senatus dilaksanakan di aula gereja Keluarga Kudus, Rawamangun. Saat itu Senatus Bejana Rohani terdiri dari 2 komisium, 11 kuria, 18 presidium senior dan 8 presidium junior, dengan wilayah meliputi seluruh Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan dan Jakarta. Wilayah tersebut terdiri dari Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Medan dan keuskupan-keuskupan lainnya : Bandung, Sibolga, Padang, Palembang, Tanjung Karang, Pangkal Pinang, Pontianak dan Bogor. Tentu saja keputusan dari Dewan Konsilium Dublin ini juga disetujui oleh Uskup wilayah tersebut dan Senatus Malang.

Dengan ditingkatkannya menjadi dewan senatus, yang merupakan senatus ke-2 di Indonesia, tentulah sebuah kebanggaan dan juga tanggung jawab besar untuk mengupayakan agar karya kerasulan Legio Maria menjadi bagian dari Gereja Indonesia dan dapat menjadi perpanjangan tangan Gereja untuk mewujudkan Kemuliaan Allah di dunia.

PERKEMBANGAN SENATUS BEJANA ROHANI DI ABAD KE-20

Dalam perjalanan Legio Maria di wilayah karya Senatus Bejana Rohani yaitu Indonesia bagian Barat, Senatus selalu mengupayakan agar selaras dengan perkembangan Gereja setempat baik itu arah dasar, semangat dan juga wilayah karya.

Salah satu upaya yang dilakukan pada tahun 2011-2012 adalah Senatus mencoba merapikan wilayah karya dewan legio (kuria dan komisium) agar selaras dengan wilayah karya keuskupan setempat. Tujuannya agar legio berkarya sesuai dengan bimbingan, fokus, dan kebutuhan Gereja setempat (Keuskupan/ Dekenat/ Paroki/ Stasi). Hal ini dimulai dari Keuskupan Agung Jakarta, dengan merapikan pengelompokan dewan kuria dan komisium sesuai dengan Dekenat. Walau cukup banyak hambatan dalam proses ini karena beberapa dewan/ presidium sudah saling terikat dan harus dipisahkan sesuai dengan dekenatnya, akan tetapi berkat ketaatan dan kerendahan hati legioner, serta didukung oleh para Pemimpin Rohani, akhirnya hal ini terlaksana dengan baik hingga saat ini.

Perluasan legio terus berjalan, walau harus diakui bahwa di wilayah Jakarta dan Jawa Barat pertumbuhan secara kuantitas tidak sebesar dan seagresif di tahun 90-an, akan tetapi Senatus juga harus memastikan kualitas/ semangat kerasulan legio ini terjaga dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan yang efektif dari semua tingkatan mulai dari presidium hingga senatus.

Di pertengahan tahun 2011, Senatus mensupervisi 16 dewan dalam kota Jakarta, 9 dewan luar kota dan 6 presidium tergabung langsung, dengan total 16.000-an legioner. Untuk mengefektifkan supervisi maka pada tahun 2011- 2014, Senatus meningkatkan 4 dewan kuria menjadi komisium di wilayah Keuskupan Agung Jakarta, yaitu Komisium Maria Asumpta – Tangerang (September 2011), Komisium Our Lady of the Holy Family – Jakarta Timur (Januari 2012), Komisium Maria Pengantara Segala Rahmat – Bekasi (Januari 2013) dan Komisium Ratu Para Rasul – Jakarta Barat 1 (Oktober 2014).

Perkembangan Senatus Bejana Rohani di abad ke-20-an ini tidak berhenti di seputar Jakarta, Jawa Barat dan Sumatra, tetapi juga berkembang pesat di wilayah Kalimatan. Nantikan kisah perjuangan perluasan Legio Maria di wilayah Borneo ini di edisi mendatang.

Bersambung…

Catatan : Tingkatan kelompok Legio Maria dimulai dari terkecil yaitu presidium, kuria, komisium, regia, senatus dan konsilium.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *