Tugas Kunjungan Anti Mainstream

Oleh : Tyas Apriyanto


Selama ini, apa sih yang terbayang di benak kita kalau kita denger tugas kunjungan? Mungkin banyak di antara kita yang langsung mikir antara kunjungan ke orang sakit, lansia, atau penjara. Tapi sebenernya tugas kunjungan nggak cuma terbatas itu doank, loh. Kunjungan ke museum rohani adalah salah satu bentuk tugas kunjungan yang bisa dibilang anti mainstream. Nih, simak lebih lanjut yah

Terdorong oleh rasa haus untuk bisa mengenal iman Katolik dengan lebih baik, Dewan Komisium Bekasi dan Dewan Komisium Jakarta Timur melakukan tugas kunjungan ke museum rohani. Dewan Komisium Bekasi memilih kunjungan ke museum Alkitab dari Lembaga Alkitab Indonesia, sementara Dewan Komisium Jakarta Timur memilih ke museum Yerushalayim dan museum sejarah gereja Katolik. Hayo, gugling sana kalau nggak tahu tempatnya di mana…

MUSEUM ALKITAB

Museum ini memiliki beberapa ruangan, antara lain ruang perpustakaan tempat Alkitab dalam berbagai bahasa asing maupun bahasa daerah disimpan,

ruangan yang jenis peralatan musik maupun jenis biji-bijian pepohonan yang banyak disebutkan di dalam Alkitab, serta maket miniatur Bait Allah. Selain itu ada toko buku yang menjual Alkitab berbagai ukuran huruf, serta banyak buku-buku rohani, dan bahan-bahan pelajaran sekolah minggu.

Pada Alkitab umat Katolik terdapat kitab-kitab tambahan yang disebut Deuterokanonika. Dari hasil tanya jawab pada saat kunjungan dengan saudara presentator yang beragama Protestan, ternyata banyak ‘saudara muda’ kita yang sekarang membaca dan mempelajari kitab-kitab Deuterokanonika. Begh, bangga nggak sih?

MUSEUM YERUSHALAYIM

Museum ini berisi bentuk fisik benda-benda rohani yang disebutkan di dalam Alkitab, seperti buah ara kering, pohon ara, biji sesawi, sesawi, kacang merah Yakub, sangkakala, nafiri, tabernakel, Bait Suci,

mahkota duri, paku penyaliban, kirbat air mata, bahtera Nuh, jumbai jubah, tali sembahyang, alat penampi, tanaman Israel, model Bait Allah, pakaian Firaun beserta Ratu, dan sebagainya.

MUSEUM SEJARAH GEREJA KATOLIK

Pembuatan museum yang lebih dikenal sebagai museum Katedral ini diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Pater Rudolf Kurris. Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap sejarah dan benda-benda bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu dapat membangkitkan rasa kagum manusia terhadap masa lampau dan keinginannya menyalurkan pengetahuan dari generasi ke generasi. Pada tanggal 28 April 1991, Mgr. Julius Darmaatmadja telah meresmikan museum ini.

Di museum ini, kita akan menemui koleksi benda sejarah khas Katolik yang menjelaskan perkembangan gereja Katolik di Nusantara, misalnya kursi romo jaman dulu besar dan berukir, patung Maria berkonde dari kayu, jubah-jubah romo dan perubahannya, sulaman-sulamannya, dan lukisan dari batang pohon karya Kusni Kasdut.

Ada kalimat bijak yang mengatakan begini,“untuk mencari tahu di mana kita berada sekarang dan akan kemana kita nanti, kita harus mengetahui di mana kita pernah berada sebelumnya”. Dan karena itu lah, kunjungan ke museum bisa menjadi sebuah tugas yang menarik untuk lebih mengenal siapa kita sebagai seorang Katolik. So, siapa bilang kunjungan ke museum itu nggak greget? Tapiii… setelah pandemi selesai yah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *