Persekutuan Para Kudus

Sumber berita : panitia 100 tahun Legio Maria

Dalam rangka menyambut 100 tahun Legio Maria, Dewan Senatus Bejana Rohani dan panitia telah mempersiapkan acara Talkshow online sebagai salah satu rangkaian acara. Pada 21 November 2020, talkshow #3 telah berhasil dilaksanakan oleh Komisium Ratu Para Rasul – Jakarta Barat 1 dengan ditonton oleh ± 230 orang. Tema “Persekutuan Para Kudus” diangkat sesuai dengan liturgi Gereja Katolik yang memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus pada tanggal 1 November.

Talkshow dipandu oleh moderator, Sdri. Masro Intan Sinaga – legioner Presidium Cermin Kekudusan di Paroki Bunda Hati Kudus, Kemakmuran – Jakarta Barat. Dengan satu orang pembicara imam dan dua orang pembicara awam berikut ini.

  1. Pastor Agustinus Handoko HS, MSC– Ketua Tim Pembangunan Propinsialat MSC.
  2. Sdr. Fransiskus Junius Wijaya, OFS – APR Presidium Maria Tak Bernoda dan Presidium Pohon Sukacita di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Mangga Besar – Jakarta Barat.
  3. Sdri. Lucia Wenehen – legioner Presidium Bunda Para Kudus di Paroki Kristus Salvator, Slipi – Jakarta Barat.

Bagi kebanyakan orang, persekutuan para kudus adalah para santo santa atau para biarawan – biarawati. Padahal persekutuan para kudus itu sebenarnya merupakan perkumpulan ‘kita’ semua yang sudah dibaptis menjadi anggota tubuh mistik Kristus dan percaya pada Yesus Kristus sebagai juru selamat.

Yesus Kristus merupakan kepala dari persekutuan ini. ‘Kita’ dalam konteks ini didefinisikan dalam tiga status berikut:

  1. Kita semua yang masih berjuang dan hidup di dunia.
  2. Mereka yang telah meninggal dan masih dalam proses pemurnian di api penyucian.
  3. Mereka yang sudah berbahagia di surga.

Walaupun kita yang masih berjuang di dunia ini sudah termasuk dalam persekutuan para kudus, bukan berarti kita dapat hidup dengan tidak baik. Kita tetap harus menjaga kekudusan itu dengan tetap berusaha agar hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Yesus Kristus adalah kudus, Dia merupakan Injil yang Hidup atau kabar sukacita. Manusia dicipatakan menurut gambaran Allah, maka manusia dapat menjadi kudus apabila mampu menampakkan wajah Allah dalam setiap peran kehidupan di mana pun kita berada, baik dalam peran sebagai anak, orangtua, istri, suami, legioner, dsb. Jadi apapun peran atau profesi kita, kita sejak awal memang diajak untuk menjadi kudus. Menjadi kudus harus direalisasikan dalam hubungan yang harmonis dengan Allah dan juga dengan sesama.

Di tengah kehidupan saat ini, memang tidak mudah untuk menjadi kudus, namun itu bukan hal yang tidak mungkin. Mengusahakan kekudusan dapat dimulai dengan hal – hal sederhana dengan cinta yang besar dan tulus. Sebagai manusia biasa, apabila kita terjatuh maka coba selalu bangkit lagi untuk menjadi pribadi yang lebih baik/ kudus. Perjuangan ini tentunya dapat diperkuat dengan mengikuti komunitas di Gereja, salah satunya dengan bergabung dalam Legio Maria. Komunitas yang baik untuk kita adalah komunitas yang dapat membantu kita semakin bertumbuh dalam iman.

Selain itu, di masa kemajuan teknologi saat ini, salah satu jalan kekudusan adalah dengan bijaksana menggunakan internet. Kita dapat meneladani Beato Acutis yang memanfaatkan internet untuk menyebarkan kekudusan dengan membuat sebuah website mujizat Ekaristi dan ada banyak orang yang bertobat setelah membaca website ini. Atau dengan membuat status/ caption di media sosial yang isinya memberikan semangat/ajakan untuk melakukan hal positif.

Dalam talkshow ini, pembicara juga membahas mengenai: Mengapa umat Katolik menghormati Santo Santa atau memohon perantaraan doa dari mereka? Karya kekudusan apa yang dapat dilakukan oleh legioner selama masa pandemi ini? Mengapa umat Katolik mendoakan mereka yang berada di api penyucian? Bagaimana menyikapi umat agama lain yang ajarannya berbeda dengan Gereja Katolik dalam hal para kudus?

Selain itu, seperti hal nya dalam talkshow sebelumnya, talkshow ini juga disertai dengan live chat yang menerima berbagai pertanyaan dari para legioner. Beberapa pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: Mengapa jiwa-jiwa di api penyucian tidak bisa menolong diri mereka sendiri dan mereka butuh didoakan? Pada kehidupan manusia zaman dulu saat belum mengenal agama, apakah mereka menjadi bagian dalam persekutuan para kudus? Bisakah kita langsung menjadi para kudus yang berbahagia di surga tanpa melalui api penyucian?

Hmm…banyak pertanyaannya menarik bukan? So, kalau kamu ingin tahu semua jawaban pertanyaan di atas, jangan lupa nonton talkshow #3 di channel Youtube Senatus Bejana Rohani yaaahh… See you on talkshow #4 tanggal 19 Desember 2020 !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *