Refleksi Sdr. Junius Wijaya, OFS pada penutupan Bulan Rosario di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Mangga Besar.
Penutupan Bulan Rosario 2017 di Paroki Mangga Besar digelar dengan tema yang berbeda dari acara-acara yang pernah diadakan sebelumnya. Kali ini para Legioner berinisiatif utk menggabungkan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) dan peringatan Sumpah Pemuda dalam acara penutupan Bulan Rosario. Alhasil diselenggarakanlah Prosesi Doa Rosario Merah Putih dengan berpusat pada teladan Keluarga Kudus Nazareth.
Tema Keluarga Kudus Nazareth pun terkait erat dengan penampakan Maria Fatima yang peringatan 100 tahunnya juga berpuncak pada bulan Oktober ini. Di mana dalam penampakannya yang terakhir kepada 3 anak gembala, Bunda Maria juga mengikutsertakan St. Yosef dan kanak-kanak Yesus yang turut memberkati dunia.
Tema keluarga juga sangat dekat dengan HPS. Diharapkan keluarga-keluarga Kristiani juga selalu menyediakan pangan sehat untuk anak-anak dan generasi muda. Oleh sebab itu dengan maksud ini, makan tandu patung Keluarga Kudus yang dibawa dalam prosesi juga dihiasi dengan aneka buah dan sayur mayur.
Akhirnya kesatuan dalam Keluarga Kudus Nazareth diharapkan juga menjadi inspirasi bagi kesatuan bangsa Indonesia, sebagaimana yang diikrarkan pada Sumpah Pemuda 89 tahun yang lalu. Untuk mengungkapkan tekad ini, maka umat mempersembahkan bunga mawar merah dan putih untuk ikut menghiasi tandu Keluarga Kudus Nazareth.
St. Teresa dari Kalkuta pernah berkata “Apa yang dapat Anda lakukan untuk mempromosikan perdamaian bagi dunia? Pulanglah dan cintailah keluarga Anda.” Perdamaian selalu dimulai dari keluarga. Maka semoga keluarga-keluarga Kristiani meneladani Keluarga Kudus Nazareth dalam hal kesatian, kesetiaan, keharmonisan, dan saling peduli agar menjadi berkat bagi kesatuan dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju kemakmuran dan kesejahteraan yang semakin merata.
Terpujilah Keluarga Kudus.. Yesus, Maria, Yosef.. sekarang dan selama-lamanya.
Sdr. Junius Wijaya, OFS adalah seorang anggota Ordo Fransiskan Sekular yang juga menjadi Asisten Pemimpin Rohani Presidium Pohon Suka Cita dan Presidium Maria Tak Bernoda, paroki Santo Petrus Paulus Mangga Besar.
Sepenggal Catatan dari Rapat Perdana Komisium Ratu Segala Hati Palangka Raya, 17 September 2017
Ave Maria, Proficiat dan Puji Tuhan! Atas penyertaan Bunda Maria dan restu dari Allah Roh Kudus, maka pada Minggu, 17 September 2017, telah terlaksana Rapat Perdana Dewan Komisium Ratu Segala Hati Keuskupan Palangka Raya. Momen ini adalah tonggak sejarah karena inilah rapat perdana setelah Dewan Kuria Ratu Segala Hati dinaikkan statusnya menjadi Dewan Komisium. Komisium ini mensupervisi Dewan Kuria Bunda Pemersatu- Sampit, calon Kuria Bunda Pengantara Segala Rahmat – Barito dan 13 Presidium tergabung.
Tiga orang perwakilan dari Senatus Bejana Rohani, yaitu Sdr. Petrus Suriutomo (koresponden Komisium Ratu Segala Hati), Sdri. Audrey Isabella (Wakil Ketua Senatus) dan Sdri. Laurensia Jeny T. Dewi (Ketua Senatus) berkesempatan hadir dalam rangkaian rapat perdana Komisium, 16-17 September 2017 di kota Palangka Raya.
Senatus Bejana Rohani sebelumnya telah mengesahkan peningkatan status Dewan Kuria Ratu Segala Hati menjadi Komisium pada Rapat Senatus ke 365 tahun ke-30, 10 September 2017 setelah mengadakan peninjauan selama kurang lebih 2 hingga 3 tahun. Pengesahan ini telah mendapatkan ijin resmi dari Mgr. Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, MSF selaku Uskup Keuskupan Palangkaraya, serta dari Dewan Konsilium Morning Star, Dublin Irlandia.
Audiensi dengan Mgr. AM. Sutrisnaatmaka MSF – Uskup Keuskupan Palangkaraya
Dalam setiap kunjungan Legio Maria Senatus ke Palangka Raya, kami biasanya memberikan informasi jadwal kunjungan kami kepada Bapa Uskup beberapa hari sebelumnya dan kami selalu meminta waktu untuk sowan dengan beliau. Luar biasanya adalah, selama beliau ada di rumah (keuskupan), beliau tak pernah menolak berjumpa dengan kami. Demikian pula pada 16 September lalu, di tengah suasana hujan, kami diterima dengan penuh kehangatan, keramahan dan canda.
Kami menyampaikan tujuan kehadiran kami dan beliau sangat mendukung dengan penuh sukacita karena telah diberikan kepercayaan lebih besar dengan keberadaan Dewan Komisium di Keuskupan Palangka Raya. Beliau sangat mensyukuri dan mengapresiasi kehadiran dan peranan Legio Maria dalam karya kerasulan di Palangka Raya, khususnya semangat siap sedia bertugas dan membantu pastor paroki setempat, misalnya dalam melayani memimpin ibadat di stasi-stasi jika Pastor tidak dapat hadir; memimpin ibadat Rosario, dan lain-lain. Selain itu Mgr. Sutrisnaatmaka dengan bangga mengatakan bahwa
“Legio Maria, khususnya di keuskupan Palangka Raya, adalah penguat identitas Gereja Katolik.”
Oleh karena itu, Legio Maria dirasa sangat penting untuk hadir dan berkembang di tengah-tengah umat.
Beliau berjanji untuk terus mendukung perkembangan Legio Maria dan terus mengingatkan kepada para pastor untuk ikut serta mempromosikan Legio Maria sehingga bisa tersebar di semua paroki di Keuskupan Palangka Raya dan menjadi sarana mewujudkan kemuliaan Allah di atas dunia.
Rekoleksi presidia tergabung di Komisium dan calon Kuria Bunda Pengantara Segala Rahmat – Barito
Setelah beraudiensi dengan Bapa Uskup, kami bertiga menuju ke Gereja Maria Diangkat ke Surga (Katedral) untuk mengikuti agenda berikutnya, yakni Rekoleksi dalam rangka HUT Legio Maria ke-96 yang dibawakan oleh Pastor Anton Rosari, SVD dengan mengangkat tema “Bersyukur dan melayani bersama Maria”.
Rekoleksi ini dihadiri oleh sekitar 100 legioner. Meskipun cuaca hujan, namun tak menyurutkan legioner untuk mengikuti rekoleksi, khususnya para legioner dari Barito dan sekitarnya, yang harus menempuh perjalanan 4-5 jam. Dari wilayah dalam kota Palangka Raya, terdapat sekitar 30 orang legioner muda yang hadir dan Pastor Anton pun tidak mengira banyak orang muda yang ikut Legio Maria.
Rekoleksi ini mengajak kita untuk melihat tiga fase perjalanan Legio Maria : Sejarah Legio Maria pada awal berdirinya di tahun 1921, Legio Maria masa kini, dan Menatap Masa Depan. Tuhan telah membimbing Legio Maria selama 96 tahun dan ini adalah suatu anugerah yang luar biasa. Bagaimana kita mampu melanjutkan karya ini di tengah berbagai macam tantangan? Salah satunya adalah dengan setia pada misi atau tujuan awal Legio Maria, yaitu untuk mewujudkan Kerajaan Allah, menguduskan diri dan pelayanan.
Akhirnya kita diajak menyadari bahwa Pelayanan itu adalah semata-mata Karya dan Pekerjaan Allah. Kita sebagai manusia sebetulnya tidak pantas, namun dibenarkan, dipanggil dan dipilih untuk melayani Gereja dan Umat-Nya.
Perayaan Ekaristi di Gereja Katedral
Minggu pagi kami awali dengan Perayaan Ekaristi di Katedral. Tanpa diduga, Perayaan Ekaristi itu bertepatan dengan Pelantikan Pengurus PDKK sehingga dirayakan secara Konselebrasi dengan Mgr. AM. Sutrisnaatmaka, MSF sebagai konselebran utama, dan didampingi oleh RD. Patrisius Alu Tampu, dan RP. Yohanes Doni SVD. Dalam Perayaan Ekaristi ini juga disampaikan intensi syukur atas HUT Legio Maria sedunia ke-96, juga 10 tahun kehadiran Legio Maria di Keuskupan Palangka Raya.
Legioner bersama Bapa Uskup
Dalam homilinya Mgr Sutrisna mensyukuri atas bertumbuhnya komunitas yang mewarnai Gereja Katolik dan beliau mengundang umat untuk ikut aktif dalam komunitas gereja.
Sebelum memberikan berkat penutup, lagi-lagi kami menerima shock therapy, karena Mgr. Sutrisna menyampaikan kepada seluruh umat bahwa ada kehadiran utusan Legio Maria Senatus Jakarta, lalu kemudian memperkenalkan kami di tengah-tengah umat yang hadir. Kami sungguh merasakan apresiasi dari Bapa Uskup untuk karya legioner di Kalimantan Tengah ini.
Dari kiri ke kanan : Sdr. Petrus (Koresponden) – Sdri. Jeny (Ketua Senatus) – Sdr. Wilhelmus (Ketua Komisium) – Mgr. A. M. Sutrisnaatmaka, MSF – Sdri. Audrey (Wakil Ketua Senatus)
Rapat Perdana Komisium Ratu Segala Hati
Akhirnya kami sampai pada kegiatan puncak yaitu Rapat Perdana Komisium Ratu Segala Hati. Rapat dihadiri oleh Pemimpin Rohani Pastor Lucius Sari Uran, SVD, APR – Sr. Wilfrida KSSY, serta lima perwira komisium, yakni Sdr. Wilhemus Y. Ndoa (Ketua), Sdr. Aloysius Pati (Wakil Ketua), Sdri. C. Wiwik Handayani (Sekretaris 1), Sdri. Yohana Sarbini (Sekretaris 2), Sdri. Eligia Rahail (Bendahara 1), sedangkan Sdr. Aston Pakpahan (Bendahara 2) berhalangan hadir.
Perwira Komisium Ratu Segala Hati
Para Perwira Kuria Bunda Pemersatu – Sampit dan calon Kuria Bunda Pengantara Segala Rahmat – Barito juga hadir dalam Rapat Perdana ini. Mereka menempuh perjalanan sekitar 4-5 jam dari Sampit dan sekitar 5-6 jam dari Barito ke Palangka Raya. Kami sungguh salut melihat semangat para legioner yang mau berjerih lelah dan bersemangat dalam mengikuti Rapat Komisium. Tercatat 13 presidium hadir dalam rapat perdana ini, dan total legioner yang hadir adalah sebanyak 80 orang.
Pada saat laporan dewan, kami membacakan SK Pengesahan Peningkatan Dewan Komisium, menyerahkan dokumen asli dan Vandel atas nama Komisium Ratu Segala Hati kepada Perwira Komisium.
Penyerahan Vandel dan Dokumen Pengesahan
Hal yang menarik dari komisium ini adalah semangat yang besar dan karya perluasan sangat luar biasa di hampir seluruh wilayah keuskupan. Di wilayah kerja Kuria Sampit, mereka sangat bersemangat merintis dan mengembangkan sekitar 13 presidium junior. Di wilayah kerja calon Kuria Barito, selain perluasan yang terus berjalan, mereka juga sedang berkonsolidasi untuk sungguh-sungguh siap disahkan menjadi Kuria.
Berpose bersama usai rapat komisium
Secara umum, rapat perdana komisium berjalan dengan lancar dan terstruktur dengan baik, semua agenda telah disusun rapi. Para legioner menjaga suasana rapat dengan sangat khidmat.
“Dalam kunjungan kali ini saya tidak bisa memberi apa-apa, namun saya terinspirasi dari kegigihan dan semangat para legioner dalam berkarya. Karya-karya kita memang sederhana namun ternyata berbuah banyak bagi umat yang kita layani. Semoga kita selalu bisa mensyukuri dan bangga akan panggilan kita sebagai legioner. Ave Maria !”(Sdri. Audrey)
Hanya ucapan syukur dan terima kasih sebesar-besarnya atas semua peran, doa dan karya dari Bapa Uskup Mgr. Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka MSF, Para Pastor, Suster, Frater, Bruder, para legioner, dan seluruh umat yang sungguh tak kenal lelah, setia, dan penuh iman dalam berkarya untuk memuliakan Allah lewat kerasulan Legio Maria.
Semoga penyertaan Bunda Maria dan berkat Tuhan memampukan kita untuk sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah dengan rendah hati, semangat dan penuh cinta dalam karya kita sebagai Legioner Maria. Ave Maria !
Laporan kunjungan ini disusun oleh Sdr. Petrus Suriutomo (koresponden Senatus Bejana Rohani untuk Komisium Ratu Segala Hati Palangka Raya), Sdri. Audrey Isabella (Wakil Ketua Senatus) dan Sdri. Laurensia Jeny T. Dewi (Ketua Senatus).
Demikianlah lagu ciptaan Pdt. D. Surbakti yang dinyanyikan oleh Romo Andreas Yudhi Wiyadi O Carm, Pemimpin Rohani Kuria Ratu Para Saksi Iman (RPSI) – Tomang, dalam homilinya pada Perayaan Ekaristi yang diadakan di Gua Maria Bukit Kanada (KAmpung NArimbang DAlam) –Rangkasbitung, Banten.
Perayaan Ekaristi ini adalah bagian dari rangkaian acara ziarah rekreasi yang diselenggarakan oleh Kuria Ratu Para Saksi Iman pada Sabtu, 23 September 2017, dan diikuti oleh 63 orang peserta (terdiri dari perwira, anggota aktif,auksilier dan simpatisan) dari dua paroki yang tergabung dalam Kuria RPSI, yakni Paroki Tomang dan Paroki Kedoya.
Peserta tiba pada pukul 09.00 WIB setelah menempuh tiga jam perjalanan dari Tomang. Setelah rehat dan berfoto bersama, acara dilanjutkan dengan prosesi jalan salib versi Bunda Maria. Peserta, yang dibagi menjadi dua kelompok dan mayoritas berusia lanjut, bersemangat sekali untuk mengikuti jalan salib.
Bersyukur pada hari tersebut tampaknya hanya rombongan kami yang memenuhi lokasi sehingga prosesi jalan salib dapat berjalan hikmat. Walaupun kadang medan yang dihadapi para lansia tampak menanjak atau curam menurun, sehingga membuat mereka agak tertatih dan naik turun memegang besi di tangga, namun mereka tetap semangat sampai akhir perhentian. Peluh dan lelah yang dirasakan, direfleksikan dengan kedukaan dan Iman Bunda Maria dalam mengikuti Jalan Salib PuteraNya.
Usai Jalan Salib, acara dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi. Dalam homilinya, Romo terkesan dengan peserta yang saling tolong menolong selama prosesi Jalan Salib. Romo juga mengingatkan melalui lagu yang dinyanyikannya, bahwa hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini hanya sementara seperti halnya perhentian-perhentian kita di Jalan salib tadi. Mari kita melayani Tuhan selagi masih kuat. Andai pun kita sudah tidak berdaya, kita masih bisa memanjatkan doa-doa kita kepada Tuhan sebagai bentuk kerinduan pelayanan kita. Acara berikutnya adalah makan siang di halaman seberang Gua Maria. Menu lauk ayam goreng, ikan asin, tahu tempe, sambal, dan sayur asem dirasakan begitu nikmat karena kondisi perut sudah lapar, lelah, serta ditambah semilir angin di pendopo pinggir kolam. Setelah perut kenyang dan beristirahat sejenak, acara dilanjutkan dengan rapat kuria. Setelah menikmati snack sore berupa singkong goreng, peserta pun bersiap pulang dan akhirnya kembali ke Jakarta dengan selamat.
Semoga kebersamaan ini dapat semakin menjalin keakraban serta semoga semangat pelayanan legioner semakin menjadi berkat seperti lagu yang Romo nyanyikan dalam homilinya. Amin.
Febriani Aipon Gedo adalah legioner dari Kuria Ratu Para Saksi Iman – Tomang, yang tergabung ke Komisium Maria Immaculata – Jakarta Barat 2
Dalam rangka merayakan Bulan Rosario di bulan Oktober 2017, Kuria Teladan Kaum Beriman Grogol didukung oleh komunitas Pro Diakon membuka Bulan Rosario tanggal 1 Oktober 2017 jam 18:30 dengan Perayaan Ekaristi Kudus dengan Perarakan Tandu Bunda Maria diiringi Doa Rosario Suci.
Hal yang menarik adalah Doa Rosario Suci didoakan dalam 5 bahasa, dimulai dengan Bahasa Toraja (Sulawesi Selatan), Bahasa Jawa, Bahasa Kei (Maluku), Bahasa Batak Toba (Sumatera Utara), dan Bahasa Manggarai (Flores). Sementara Tandu Bunda Maria dilakukan oleh para bapak-bapak dari ProDiakon dengan pakaian adat Minang, Betawi, Sunda, dan Papua. Sungguh Bhinneka banget, Sungguh Indonesia banget, dan Sungguh Pancasila banget.
Sungguh meriah dan sungguh kebhinnekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia terlihat nyata dalam doa Rosario Suci di gereja St. Kristoforus Grogol malam itu. Segenap umat juga terlihat sangat menikmati suasana malam bhinneka itu dengan juga berdoa sungguh-sungguh.
Legioner dari Presidium Tabut Perjanjian merayakan Ekaristi dengan pakaian adat
Semoga dengan Doa Rosario 5 bahasa ini, semakin banyak umat yang menghargai perbedaan antar sesama anak bangsa. Semakin banyak orang menghargai perbedaan bahwa perbedaan itu adalah kekayaan dan identitas Bangsa Indonesia. Semakin banyak sesama anak bangsa yang yakin bahwa perbedaan akan membuat bangsa kita semakin kuat, bukan semakin lemah.
Salam Maria Bahasa Batak TobaSalam Maria Bahasa Jawa
Semoga Rosario Suci 5 bahasa juga semakin menguatkan semangat Sumpah Pemuda kita bahwa kita adalah bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu, INDONESIA.
Salam Maria Bahasa TorajaSalam Maria Bahasa KeiSalam Maria Bahasa Manggarai
Kami 100% Katolik,
100% Legioner,
100% Indonesia !
Sdr. Petrus Kanisius Erwin Rinaldi adalah ketua Kuria Teladan Kaum Beriman, Grogol. Saat ini ia juga menjabat sebagai bendahara 2 Komisium Maria Immaculata Jakarta Barat 2 dan koresponden Senatus Bejana Rohani untuk Konsilium Morning Star.
Pada hari Jumat, 14 Agustus 2017, seluruh perwira Kuria Bejana Kerahiman – Keuskupan Tanjung Selor, didampingi oleh RD. Stephanus Sumardi (Pemimpin Rohani Kuria), dan Br . Albertus Sigit Pramana (Asisten Pemimpin Rohani Kuria) melakukan kunjungan untuk pertama kalinya ke presidium-presidium di Tanjung Redeb.
Kuria yang disahkan pada 6 November 2016 ini memiliki area tugas yang mencakup seluruh paroki di Keuskupan Tanjung Selor. Akan tetapi hingga saat ini baru tiga paroki yang sudah memiliki presidium, yakni Paroki Santo Eugenius de Mazenod Tanjung Redeb, Paroki Santa Maria Assumpta (Katedral) Tanjung Selor, dan Paroki Santa Maria Imakulata Tarakan.
Kuria ini patut dibanggakan karena perkembangannya yang sangat pesat dan semangatnya yang selalu on fire. Di paroki Tanjung Redeb sendiri dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, telah terlahir lima presidium senior dan tiga presidium junior yang tersebar di pusat paroki dan stasi-stasi sekitarnya.
Kiri ke Kanan : RD Agustinus Maming, MSC-Sdr. Irwanus Kewa Tukan (wakil ketua)-Sdri. Katarina Lazar (bendahara)-Sdri. Marina (sekretaris 1 Senatus)-Sdr. Patrisius Patal Wutun (sekretaris)-Sdr. Bene Lazar (ketua)
Meskipun harus menempuh perjalanan yang jauh dan berkelok-kelok dari Tanjung Selor menuju Tanjung Redeb, bahkan hingga isi perut terkuras karena mabuk perjalanan, namun semangat para perwira Kuria tak padam. Semangat para tentara Maria di Tanjung Redeb pun tak kalah besarnya. Mereka menerjang teriknya siang dan dengan sabar menanti kehadiran para perwira Kuria di gedung serba guna paroki. Inilah semangat legioner yang rela berjerih lelah dan bekerja keras. Total sekitar delapan puluh legioner yang hadir dan mengikuti pertemuan gabungan presidium.
Dalam kesempatan yang istimewa ini hadir pula RP Yoseph, MSC (Pastor Kepala Paroki), RP Agustinus Maming (PR presidium-presidium se-Tanjung Redeb) serta anggota dewan paroki St. Eugenius de Mazenod.
Dalam sambutannya Pastor Yoseph berpesan kepada seluruh legioner agar menjadi “Legioner yang Militan”, yang selalu siap sedia membawa dan menularkan Kasih Kristus dimana saja berada.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian sejarah Legio Maria oleh Sdr. Patris, struktur organisasi Legio Maria oleh Br. Sigit, dan ditutup oleh tanya jawab dan diskusi.
Presentasi Sejarah Legio Maria oleh Sdr. Patrisius Patal Wutun.
Tepat pada pukul 15.00 WITA pertemuan gabungan presidium se-Tanjung Redeb resmi dimulai. Dalam pertemuan ini dilakukan pengesahan atas seluruh presidium di Paroki St. Eugenius de Mazenod Tanjung Redeb, beserta para perwiranya. Pengesahan resmi bagi presidium dan perwira akan dilaksanakan pada rapat kuria hari Sabtu, 22 Juli 2017.
Pengesahan secara simbolik atas presidium se-Paroki St. Eugenius de Mazenod, beserta para perwiranya
Semoga momen kunjungan dan pengesahan secara simbolis ini semakin menambah semangat dan mempererat rasa persaudaraan para legioner di Kuria Bejana Kerahiman, khususnya di Tanjung Redeb.
Proficiat!!
AVE MARIA.
Kontributor : Sdr. Patrisius Patal Wutun dan Br. Albertus Sigit Pramana, MSF.
Pada tanggal 08 – 10 Januari 2016 dilaksanakan Temu Kaum Muda Leadership Training. Acara training dilaksankan di Santa Monica Resort Cikretek Sukabumi – Jawa Barat. Acara ini merupakan bentuk tanggungjawab Legio Maria untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin Gereja dan masyarakat masa depan. Jumlah peserta (dalam konteks hadir dan turut sebagai trainee) semua berjumlah 83 orang.
Sebagian besar anggota panitia yang terdiri dari legioner muda – terutama dari Kuria Cermin Kekudusan, Kampus KAJ – juga diperlakukan sebagai peserta (trainee) di mana mereka bukan hanya menjadi penyelenggara namun juga turut terlibat aktif dalam pembelajaran kecakapan kepemimpinan ini.
Namun demikian dari Sumatera tak mengirimkan peserta sama sekali; Sedangkan dari Kalimantan hanya mengirimkan 3 peserta, yakni dari Kuria Bunda Pemersatu – Sampit. Kendala utama keadaan ini adalah karena waktu kegiatan yang bersamaan dengan mulainya pelajaran sekolah/kuliah. Di beberapa daerah di Kalimantan dan Sumatera legioner juga masih berjuang dengan sisa-sisa bencana asap kebakaran hutan. Hal ini menjadi alasan mengapa target mencapai 100 orang tidak terpenuhi.
Dinamika Training
Tujuan khusus training ini adalah memberikan kesadaran panggilan kepemimpinan Katolik pada peserta, sekaligus menunjukkan kekuatan karakter kepemimpinan para peserta secara individu. Untuk mencapai tujuan ini maka training menggunakan metoda asessment dan observasi perilaku secara mendetail kepada peserta. Observasi dan asessment dilakukan selama tiga hari training dan dikerjakan setiap saat secara intensif.
Sifat kegiatan ini adalah: dinamis, aktif, kompetitif, reflektif, dan rekreatif. Kegiatan dirancang secara indoor dan outdoor, serta mencakup pengembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor.
Materi Konsep:
Materi konsep mencakup panggilan kepemimpinan dan karakteristik DISC pribadi peserta. Pada tahap ini peserta dibuka kesadarannya tentang panggilan kepemimpinan Katolik dan kekuatan karakter kepemimpinan dirinya. Peserta dilatih oleh tim dari Senatus Bejana Rohani dan trainer/ psikolog profesional (Ms. Roosdiana, MPHed, Dr. Octavian Elang MSi).
Games dan Outbound
Games dan outbound bukanlah sekedar sebuah acara bersenang-senang, namun dimaksudkan sebagai media untuk melihat perilaku individu peserta ketika bekerja dalam kelompok. Perilaku yang diamati ini meliputi: semangat rela berkorban, kegigihan berusaha, kreatifitas, dan kecakapan komunikasi. Perilaku diamati secara cermat oleh tim khusus yang sudah dilatih sebelumnya. Hasil pengamatan kemudian dituangkan dalam bentuk skor dalam lembar tertulis yang sifatnya rahasia.
Refleksi dan Pembatinan Pribadi
Refleksi dan pembatinan nilai-nilai kepemimpinan dilakukan sebagai bagian dari liturgi doa malam kreatif yang dinamakan pesta cahaya. Refleksi dan pembatinan ini merupakan wadah bagi peserta untuk membatinkan nilai-nilai kepemimpinan yang dipelajari dari dinamika sepanjang hari itu. Refleksi dan pembatinan dituntun dengan mengambil model kepemimpinan Yesus Kristus (teologi salib) yang memimpin umat manusia menuju Allah Bapa melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Refleksi dan pembatinan ini menggunakan media Rosario Kepemimpinan (peristiwa sedih) dimana di setiap awal perpuluhan peserta diajak merenungkan bagaimana Yesus Kristus menunjukkan tindakan karakter kepemimpinan kerendahan hati dan semangat berjerih lelah – bekerja berat. Visualisasi melalui video inspiratif juga digunakan untuk membantu proses pembatinan ini.
Hasil Observasi dan Assessment
Hasil observasi dan assessment kepada para peserta selama 3 hari dinamika menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
Secara umum peserta belum menunjukkan kualitas kepemimpinan yang menonjol (76%)
Beberapa peserta berperilaku sangat ambisius dan terlalu percaya diri (5%)
Beberapa peserta berperilaku rendah diri (10%)
Beberapa peserta menunjukkan potensi karakteristik kepemimpinan yang baik (9%)
Kepada peserta dengan karakteristik kepemimpinan terbaik (diberikan gelar King and Queen) diberikan sertifikat dari Senatus Bejana Rohani dan hadiah hiburan.
Apa Kata Mereka:
Berikut ini komentar beberapa orang peserta dan pengamat yang disampaikan secara spontan, mereka mewakili dewan masing-masing:
Kuria Bunda Pemersatu – Sampit: “Acaranya mengasyikkan, walau saya kedinginan.”
Komisium Maria Assumpta – Tangerang: “Menyenangkan, memberikan pencerahan, kami jadi tahu kekuatan kepemimpinan dalam diri kami.”
Kuria Cermin Kekudusan – Kampus KAJ: “Acaranya seru. Kapan ada lagi??”
Komisium Ratu Para Rasul – Jakarta: “Game-game sangat mendidik, saya akan copy paste di tempat saya. Boleh kan??”
Komisium Bunda Rahmat Ilahi – Bandung: “Tidak sangka acaranya akan seindah ini.Kami sangat menyukainya. Panitia sangat mantap!”
Komisium Bintang Timur – Bogor: “Oke banget! Materi semua sangat bermanfaat!”
Komisium Our Lady of The Holy Family – Jakarta: “Educated! Kami jadi tahu siapa diri kami!”
Komisium Maria Imaculatta Jakarta: “Sangat mengena! Top markotop!”
Bapak Yustinus Ruslim (Ketua Kuria Bunda Pemersatu, pengamat kegiatan): “Acara kalian sangat menyenangkan. Buat juga acara serupa bagi yang dewasa!”
Misa Syukur Komisium Santa Maria Perawan Yang Setia, Pontianak
Tahun ini, tepatnya tgl 19 Januari, Komisium Santa Maria Perawan Yang Setia Pontianak genap berusia 37 tahun, peringatannya kita adakan pada tanggal 24 Januari 2016 di biara Kapusin Saint Lorenzo, jl Budi Utomo Pontianak bersama Pastor APR Komisium, Pastor Yoseph Adji, para Frater Kapusin beserta Legioner se-Komisium Pontianak.
Misa dipimpin oleh Pastor Adji pada pk 10.30 Wib dan berlangsung dengan khusuk dan khidmat. Dalam khotbahnya Pastor Adji menekankan tentang pentingnya para Legioner membaca Firman Tuhan setiap hari, merenungkan dan menjadikan Sabda Tuhan sebagai pegangan hidupnya. Firman yg dibaca tersebut harus diresapi, dan mendarah daging dan di praktek kan dalam kehidupan para Legioner terutama dalam hal kasih. Pelayanan para Legioner harus mencerminkan kasih Tuhan itu sendiri, terutama kepada mereka yang membutuhkan yaitu mereka yang sakit, yang jompo dan tidak berdaya serta yang terpenjara.
Setelah misa selesai dilanjutkan dengan acara tiup lilin kue ulang tahun bersama dan keakraban makan siang bersama.
Dalam acara tersebut dikenalkan juga ketua Komisium yang baru Sdr. Simon Petrus Deni sebagai pengganti Ketua Komisium yang lama, Sdr. Ignatius Gunawan karena pindah tugas ke semarang. Atas nama seluruh perwira, koresponden dan para Legioner kami ucapkan profisiat dan selamat bertugas. Semoga ke depannya Komisium Pontianak lebih maju dalam program-program kerja.
Awan tebal masih menyelimuti kota Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, ketika pesawat kami mendarat di Bandara Internasional Supadio. Namun suasana mendung itu tak mengurangi keceriaan kami ketika berjumpa dengan Sdr. Gunawan (Ketua Komisium Pontianak) dan Sdr. Rudy yang menjemput kami di luar area kedatangan. Kami juga berjumpa dengan Sdri. Dahlia, seorang legioner dari Sintang yang “terpaksa” menunggu kami di bandara selama sekitar 2 jam karena terbatasnya tim penjemput.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari bandara, akhirnya kami tiba di susteran KFS, lokasi pelaksanaan Reuni Tahunan Komisium Pontianak 2015. Disana kami berjumpa dan berbagi cerita dengan para legioner dari Sintang dan Nanga Pinoh yang menempuh sekian jam perjalanan dari daerah mereka dan tiba di Pontianak sejak matahari belum muncul di ufuk timur. Tak ada ekspresi lelah di wajah mereka, yang ada hanya semangat dan sapaan hangat menyambut kami yang baru saja datang.
Sebelum rangkaian acara dimulai, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke Suster Johanna, SFIC di kawasan Merdeka Barat. Suster Johanna adalah mantan Asisten Pemimpin Rohani Komisium Pontianak. Stroke yang menyerangnya sekitar empat tahun lalu memaksanya untuk hidup dalam keterbatasan. Ia sempat sulit berbicara meski kini bicaranya sudah lancar. Ia pun sulit untuk berjalan dan harus menggunakan kursi roda. Ia tak bisa menggunakan anggota gerak bagian kanan, namun ia belajar untuk bisa menulis dengan tangan kiri. Ia tak bisa membaca dalam waktu lama, karena matanya akan berair dan terasa lelah. Namun dalam segala keterbatasannya itu, ia masih bisa mengingat nama-nama para legioner dan momen-momen yang pernah ia lalui bersama mereka. Bahkan pada tahun 2013 Suster Johanna mengirimkan sebuah surat kepada Redaksi Majalah Bejana, yang saat itu dikelola oleh Komisium Bogor. Ia mengungkapkan apresiasi dan rasa rindunya terhadap tulisan dan kabar Legio Maria. Pada Natal 2014, ia mengirimkan kartu natal buatan tangannya sendiri.
Saat kami kembali ke susteran KFS, suasana sudah ramai karena para legioner sudah mulai berdatangan. Tepat pukul 17.00 rangkaian acara reuni tahunan 2015 resmi dibuka oleh Sdr. Ignatius Gunawan, diawali dengan doa Tessera yang dibawakan oleh Sdri. Sondang (mantan koresponden Komisium Pontianak di Senatus Jakarta) dan Sdri. Marina (koresponden Komisium Pontianak di Senatus Jakarta sekarang). Acara kemudian dilanjutkan dengan perkenalan dari masing-masing presidium. Ketika itu ada beberapa presidium dari Medang, Sarangan, dan Sebandut yang belum hadir karena terkena macet akibat adanya perbaikan jalan. Perjalanan yang biasanya ditempuh dalam 3 jam, kini terpaksa ditempuh selama 7 jam. Hebatnya, mereka menggunakan mobil bak terbuka milik Yanmas (Pelayanan Masyarakat). Mereka akhirnya baru tiba setelah rangkaian acara hari pertama selesai.
Ternyata perjuangan para legioner sungguh amat luar biasa! Mereka yang dari Ketapang harus menempuh perjalanan sekitar 20 jam menggunakan sepeda motor. Para legioner dari Serawai menempuh perjalanan lewat sungai dan darat selama sekitar 15 jam. Tak ketinggalan mereka yang dari Sanggau, Sekadau, Pusat Damai, Sintang, dan Sambas. Para legioner dari dalam kota pun kebanyakan masih harus bekerja hingga pukul 15.00, dan sepulang kerja mereka harus bergegas ke lokasi acara. Tercatat sebanyak 230 legioner hadir dalam reuni ini, sedikit menurun dari jumlah peserta tahun 2014 sebanyak 270 orang. Hal ini karena hari Senin setelah reuni adalah hari pertama pekan ujian akhir sekolah. Para legioner yang sebagian besar berprofesi sebagai guru (khususnya di daerah) sedang sibuk mempersiapkan UAS sehingga tidak bisa hadir ke Pontianak, disamping waktu perjalanan yang amat panjang membuat mereka mungkin tak bisa kembali tepat waktu untuk menjalankan tugas mereka di sekolah. Selain itu, banyak legioner daerah yang tak bisa hadir dalam reuni ini karena mahalnya biaya transportasi. Bayangkan saja, biaya transportasi dari daerah Serawai ke Pontianak lebih mahal daripada biaya penerbangan PP Jakarta-Pontianak.
Seusai makan malam, kami mengikuti sesi pertama mengenai Semangat Maria yang dibawakan oleh Pastor Petrus Rostandy, OFM Cap. Pastor Petrus mengajak kita untuk selalu bersemangat dan setia, karena kita adalah barisan tentara Maria. Kita berbeda dengan kelompok-kelompok lain karena kita mengikuti semangat Bunda Maria. Maria dipilih menjadi Bunda Penebus meskipun ia tidak terkenal, tidak punya kedudukan, dan tidak punya harta kekayaan.
Dalam Buku Pegangan bab 3, kita dapat melihat apa saja yang menjadi semangat Bunda Maria, antara lain kerendahan hati, ketaatan, dan imannya. Ketaatan Maria tampak ketika ia berkata, “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Ini juga harus diucapkan oleh setiap legioner. Apapun tugas yang diberikan pada saya, meskipun sulit dan tidak enak, tetap akan saya laksanakan. Sepanjang hidupnya, iman Maria selalu diuji dalam berbagai kejadian sulit dan menyedihkan yang dihadapinya, namun Bunda Maria menyimpan semua itu dalam hatinya meskipun banyak hal yang ia tidak mengerti. Maria adalah teladan untuk bertahan dalam pergumulan iman meskipun menderita. Maka jika kita menghadapi tantangan dan kesulitan, ingatlah Bunda Maria yang mengikuti seluruh perjalanan salib Yesus.
Bunda Maria adalah teladan dalam pengantara, seperti yang kita lihat dalam peristiwa Perkawinan di Kana. Maria hadir sebagai Ibu yang memperhatikan kekurangan, membantu, dan menyampaikannya kepada Yesus. Mujizat yang pertama terjadi karena perantaraan Maria, dan melalui Maria pula, Allah sampai kepada manusia. Itulah sebabnya mengapa kita berdoa melalui perantaraan Maria. Pada akhir sesi ini, Pastor Petrus mengajak kita semua untuk berdoa rosario setiap hari, dan persembahkan satu peristiwa untuk para imam. Promosikan doa rosario kepada setiap umat!
Pastor Petrus juga berpesan agar kita sebagai legioner senantiasa mendoakan semua orang, baik orang Katolik maupun non Katolik, terutama bagi mereka yang miskin. Jangan lupa pula, sebelum mendoakan orang lain, kitapun harus bertekun dalam doa pribadi kita. Selain itu, seorang legioner juga hendaknya menghadiri misa harian agar dengan menyambut sakramen ekaristi kita mendapatkan sumber kehidupan rohani.
Kami lalu menikmati acara hiburan yang dibawakan oleh beberapa presidium, ada yang berjoget, berdansa, main drama, dan melantunkan lagu-lagu pujian. Rangkaian acara hari pertama ditutup dengan ibadat malam yang dibawakan oleh presidium Maria Bunda Pemersatu Sekadau.
Hari kedua diawali dengan Ibadat pagi yang dibawakan oleh Sdri. Rufina dari Begori dan doa rosario yang dipimpin oleh Sdri. Sondang membuka rangkaian acara hari kedua, disusul dengan sesi kedua mengenai “Mengapa Aku Harus Melayani” yang dibawakan oleh Pastor Damianus Juin, CP.
Maria adalah teladan dalam pelayanan, maka kita sebagai legioner harus seperti Bunda Maria dalam melayani dengan sabar, rendah hati, dan tidak banyak omong. Sebagai legioner kita harus lebih beriman, lebih berupaya untuk menjadi contoh dan teladan. Berdoalah 24 jam dalam sehari karena hidup orang beriman ditandai dengan berdoa! Bagaimana mungkin berdoa 24 jam dalam sehari sedangkan kita punya pekerjaan dan aktifitas? Doa adalah ungkapan iman, dimana kita berbicara dengan Tuhan. Bicara tidak harus dengan mulut, tapi juga dengan hati dan pikiran, dimana saja dan kapan saja. Doa adalah mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Dalam doa kita memuji Tuhan, bersyukur, dan juga memohon, jadi doa tidak semata-mata hanya untuk memohon saja. Jika kita melihat kekurangan dalam diri sesama, doakanlah dan jangan dibicarakan. Jika kita hendak marah, berdoalah, maka kadar marah kita akan berkurang. Semakin lama kita akan terbiasa mengisi hari kita dengan doa.
Mengapa kita harus melayani? Karena Tuhan Yesus sendiri datang ke dunia bukan untuk dilayani, namun untuk melayani. Pada masa itu, Orang Yunani dan Romawi memiliki konsep bahwa pelayan adalah orang yang tidak berarti dan tidak berharga. Yesus mendobrak pandangan itu dan seluruh hidupnya diisi dengan melayani Allah dan sesama.
Ketika kita melayani, kita harus memiliki hal-hal berikut : Prinsip bahwa yang kita layani adalah Tuhan Yesus sendiri, hidup mesra dengan Yesus dengan cara sering berkomunikasi dalam doa, rendah hati seperti Yesus dan Maria, hubungan yang akrab dengan Kristus dalam iman, harapan, dan kasih, tanpa pamrih dan tak minta pujian, serta pelayanan kita harus bertujuan untuk mendekatkan orang dengan Tuhan dalam persekutuan dengan Gereja.
Sebagai penutup sesi ini, kami mendengarkan kesaksian dari Sdri. Fabiana dari Presidium Ratu Pencinta Damai Nanga Pinoh, mengenai kehidupannya sebagai satu-satunya umat Katolik di Nanga Kebebo, bagaimana ia mempertahankan imannya dan mampu menjelaskan tentang iman Katolik kepada tetangga-tetangganya yang mayoritas muslim.
Seusai sesi kedua, kami mengikuti perayaan Ekaristi Adven pertama yang dipimpin oleh Pastor Pius Berces, CP (sekretaris Keuskupan Agung Pontianak), Pastor Lukas Dirman, SMM (Pemimpin Rohani Pres. Maria Ratu Para Rasul, Sintang), dan Pastor Adi Wiratma (Paroki Santa Maria Tanpa Noda, Sintang). Dalam homilinya Pastor Pius mengatakan bahwa Legio Maria adalah salah satu lembaga yang “serius” dalam Gereja, karena Legio memiliki buku pegangan juga tugas dan tanggung jawab yang jelas. Para legioner adalah martir putih yang memberikan kesaksian iman melalui tugas-tugas mereka. Tidak mudah menjadi legioner, kita sendiri kadang terpaksa dalam menjalankan tugas sebagai legioner hingga tak ada kegembiraan yang dapat kita tunjukkan pada orang lain. Inilah salah satu alasan mengapa jumlah anggota Legio sulit untuk bertambah.
Sesi ketiga diisi oleh Pastor Joanes Yandhi Buntoro, CDD dengan tema Kesetiaan Maria. Pastor Yandhi menceritakan kisah hidup Maria yang selama ini tak pernah kami ketahui. Bunda Maria sejak kecil tak ingin menikah dan ingin mempersembahkan hidupnya hanya untuk Allah. Allah telah mempersiapkan Maria untuk mengandung Sang Kudus dengan menjadikannya terlahir tanpa dosa asal. Di dalam jiwa Maria, rahmat Allah begitu penuh hingga meluap dan tak ada ruang lain dalam jiwanya untuk berbuat dosa. Maria menganggap dirinya berbahagia karena mampu melaksanakan seluruh rencana Tuhan. Dalam berbagai perisitiwa hidupnya yang penuh kesulitan dan dukacita, Maria tidak berontak. Ia tetap taat pada Tuhan. Maria adalah makhluk Tuhan yang paling setia, bahkan hingga Yesus telah bangkit, ia tetap tinggal bersama para rasul dan berdoa.
Pastor Yandhi kemudian mengajak kami untuk menyanyikan sebuah lagu gubahannya :
Maria,
Banyak orang tak mengertimu
Bahkan mereka menghujatmu
O sungguh terlalu.
O Maria,
Kalau saja kau tak di surga
Apalagi kami yang hina
Pintupun tak ada
Sadarilah kini
Sbab dunia tak kan abadi
Selamat bahagia Bunda Tuhanku
Smoga kau doakan aku slalu
Ketaatanmu membawa keselamatan bagi dunia
Berbahagialah orang percaya
Menuruti teladan Maria
Sebab tersedialah tempat
Bagi mreka di dalam surga.
Lagu itu dinyanyikan sesuai dengan nada lagu Sephia karya Sheila on 7 yang pernah menjadi hits beberapa tahun yang lalu. Kami yang sudah agak mengantuk dan lapar jadi bersemangat lagi setelah menyanyikan lagu itu.
Akhirnya reuni tahunan ditutup dengan sesi evaluasi. Dewan Kuria Maria Bunda Segala Bangsa Serawai dan Kuria Bunda Rahmat Ilahi Keuskupan Sanggau menyampaikan laporan singkat dewan mereka selama satu tahun ini, diikuti beberapa pertanyaan dari para peserta mengenai pencarian dana dan hal-hal terkait sistem Legio. Pada akhir sesi, Sdr. Gunawan menyampaikan rencana program kerja Komisium Pontianak tahun 2016, antara lain HUT Komisium, Acies di Singkawang, Serawai, Sanggau, Nanga Pinoh dan Sintang, serta di Pontianak. Komisium juga merencanakan kunjungan ke presidium-presidium di Singkawang dan presidium yang vakum di Pakumbang. Pada bulan September akan diadakan perayaan HUT Legio Maria sedunia dan lokakarya buku pegangan. Reuni tahunan 2016 akan diadakan di Bodok, Pusat Damai. Semoga seluruh program kerja tahun 2016 dapat berjalan dengan lancar. Sdr. Ignatius Gunawan juga mohon pamit kepada para legioner karena akan berpindah tugas ke Semarang mulai tanggal 15 Desember 2015. Oleh karena itu pada rapat komisium bulan Desember akan diadakan pemilihan ketua komisium yang baru. Terima kasih banyak atas kesetiaan dan pengabdian Sdr. Gunawan sebagai legioner dan perwira Komisium Santa Maria Perawan yang Setia Pontianak. Semoga sukses melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang baru.
Kami selaku koresponden untuk Komisium Santa Maria Perawan yang Setia Pontianak mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk dewan senatus, komisium, kuria, presidium, dan pribadi-pribadi (dari wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi) yang telah bermurah hati mengumpulkan dan menyumbangkan rosario, buku pegangan, Tessera, Alkitab dan buku-buku rohani. Selama empat minggu telah terkumpul 1473 pcs rosario, 50 exemplar buku pegangan, 200 lembar Tessera sedang, 480 exemplar buku Tessera kecil, 6 exemplar Alkitab, dan begitu banyak buku-buku rohani. Kami sampaikan sumbangan itu kepada presidium di Begori (Serawai) bagi anak-anak di asrama yang baru saja dibuka, junior kuria Keuskupan Sanggau, umat di pedalaman Ketapang, umat di Putussibau, bakal presidium di Katedral dan Paroki Belimbing Sintang. Sisanya kami serahkan kepada Komisium Pontianak untuk membantu presidium yang perlu disubsidi dan umat yang membutuhkan.
Acara reuni tahunan ini membuat kami semakin bangga dan menyegarkan semangat kami sebagai tentara Maria. Kami juga berkenalan dengan sahabat-sahabat baru yang telah menyambut dan menerima kami dengan hangat bahkan begitu peduli dengan kami. Kisah-kisah mereka mengingatkan dan menegur kami dengan halus. Selama ini kami sering malas-malasan untuk melaksanakan tugas, padahal kami tinggal di kota dengan berbagai fasilitas yang baik dan mendukung. Sementara mereka di daerah begitu penuh semangat meskipun tinggal dalam kondisi yang sulit dan sangat terbatas. Mereka tidak mengeluh meskipun harus menyeberangi sungai, melalui jalan yang rusak penuh lumpur, bahkan menempuh perjalanan yang lama dan melelahkan untuk tetap setia melaksanakan karya sebagai tentara Maria. Proficiat, para legioner Komisium Pontianak. Sampai jumpa lagi pada acara lainnya. AVE MARIA.
Penulis : Ignatia Marina Sudiarta, koresponden Komisium Pontianak
Sdri. Sondang dan Sdri. Marina kunjungan ke Suster Johanna, SFICLegioner seminari menengah St. Paulus Nyarumkopnarsis sejenak bersama Pastor Adi Wiratma (paling kanan)legioner Presidium Ratu Pencinta Damai, Nanga PinohSesi 1 : Semangat Maria oleh Pastor Petrus Rostandy, OFM CapPersembahan pujian dari legioner Seminari Menengah St. Paulus NyarumkopPastor Lukas Dirman, SMM menerima kenang-kenangan buku dr Pastor Petrus Rostandy, OFM. CapDrama dari legioner Pres. Bintang Timur Rasau Jayalegioner Pres. Maria Bunda Pemersatu, Selalong-SekadauSesi II : Mengapa aku harus melayani? oleh Pastor Damianus Juin, CPPerayaan Ekaristi oleh Pastor Pius Berces, Pastor Adi Wiratma, dan Pastor Lukas DirmanMarina dan Ibu Yuliana dari SintangSdri Sondang dan Bu Yuliana dari SintangBerfoto usai Sesi III bersama Pastor Yandhi, CDD
Kunjungan ini dilakukan oleh Presidium Regina Coelorum, Paroki Santo Thomas Rasul, Bojong Indah, Jakarta Barat (Komisium Maria Immaculate-Barat 2). Berawal dari cerita salah satu anggota mengenai kondisi sekolah dan anak-anak yang memiliki cacat ganda yaitu fisik dan mental, maka kami pun tergerak untuk datang berkunjung.Terletak di JL RE Martadinata 50B, Ciputat,Tangerang, sekolah yang juga memiliki Panti Asuhan ini cukup luas dan suasananya sangatlah asri.
Di lobi sekolah terpajang hasil mewarnai anak-anak akan Bunda Maria, Rosario, dan St Vincentius A Paulo serta prakarya mereka dalam memperingati Bulan Kitab Suci Nasional yang lalu dan juga jejeran piala atas hasil prestasi para murid. Terasa sekali bahwa mereka didik dengan baik secara spiritual maupun akademis.
Ketika tiba kami langsung menemui Sr Caecilia yang merupakan pimpinan di tempat ini. Kami dibagi berpasang-pasangan datang ke kelas-kelas dan mengikuti proses belajar di sana. Di kelas yang saya ikuti, ada 6 orang anak. 2 di antara mereka belajar mewarnai, ada yang membaca komik, dan ada yang menyusun peralatan sekolahnya. Mereka dibagi menurut hasil tes IQ dalam kelas tersebut ada 2 anak yang hanya mampu mengenal angka 1, namun gurunya bilang “Jika itu kemampuan mereka, ya sudah tidak perlu dipaksa”. Belajar menerima kekurangan orang lain dan tidak memaksakan kehendak kita, itulah pesan moral yang saya petik ketika mengikuti kelas ini.
Sesudah itu anak-anak dan kami yang berkunjung dikumpulkan di Aula, ternyata ada juga Umat Lingkungan Santa Katarina dari Paroki St Andreas yang datang berkunjung. Di Aula, anak-anak mempersembahkan lagu buat kami yang berkunjung. Di situ saya melihat bahwa Tuhan Maha Adil, anak-anak yang secara fisik dan mental memiliki keterbatasan, ada yang tdak bisa melihat namun bisa bermain keyboard dan drum dengan sangat baik serta ada juga yang bisa menyanyikan lagu Mandarin dengan lafal yang baik. Selain itu, mereka memiliki kemampuan lain yang luar biasa, yaitu kemampuan untuk bersyukur. Ketika ditanya, Siapa yang luar biasa baik?Mereka pun serempak menjawab: Tuhan Yesus!
Kami yang awalnya datang berkunjung dengan maksud menghibur mereka malah kami yang terhibur dan kami yang diteguhkan. Kami merasa sungguh bersyukur bisa diberi kesempatan berkunjung, bisa belajar dari mereka yang dengan segala keterbatasannya namun dapat merasakan berkat Tuhan yang begitu melimpah atas diri mereka. Semoga kami yang datang berkunjung tidak hanya berhenti sampai pada kunjungan ini namun juga bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk dapat membagikan kunjungan ini kepada yang lain sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung dan berbagi kasih dengan mereka.