[Menemukan Nyala Api Ilahi dalam Peristiwa Kelahiran Kristus dan Inspirasinya bagi Pribadi dan Kehidupan bersama dalam Legio Maria]

RP. Agustinus Maming, MSC.
Pemimpin Rohani presidium-presidium di Paroki St. Eugenius de Mazenod, Tanjung Redeb.
Pengantar
Para saudara (i) ku terkasih, apabila kita dengan cermat membolak-balik Kitab Suci, khususnya seputar kisah kelahiran Kristus, kita tidak dapat menemukan unsur api di dalamnya secara harafiah tekstual. Maka, perlu pendekatan lain bagi kita agar bisa menelusurinya. Pendekatan yang kami maksudkan adalah melihat karakter Api itu sendiri yakni: bernyala, membakar, menghanguskan, memurnikan. Di sisi lain, ada ungkapan “Kristus Cahaya Dunia” yang sering didengungkan dalam perarakan lilin Paskah. Namun, sayangnya, itu tidak berkaitan dengan perayaan kita saat ini yakni Natal, Peristiwa Kelahiran Kristus, melainkan peristiwa kebangkitan-Nya. Beruntunglah bahwa tema di atas disarikan dan disimpulkan dari Peristiwa Kelahiran Kristus dalam Kitab Suci. Dengan demikian, genaplah perkataan ini: “Injil, kabar Gembira Keselamatan” selalu bergema di sepanjang jaman. Oleh karena itu, Eskegese (tafsiran) Kitab Suci seputar Kelahiran Kristus menjadi sumber yang tepat.
Bernyala/Terang
“Dimanakah Dia, Raja Yahudi yang baru lahir itu? Kami telah melihat bintang-Nya dari Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” (Mat. 2:2). Orang majus (para ahli) mengikuti bintang itu, bersuka hati ketika melihatnya berhenti di Betlehem di Tanah Yudea. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya yaitu emas, kemanyan dan mur (Mat. 2:11). Dialah keselamatan yang disediakan bagi segala bangsa: terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat Israel” (bdk. Luk. 2:29-33).

Membakar
Pada waktu itu tampilah Yohanes pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: “Bertobatlah sebab kerajaan Sorga sudah dekat””. Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” (Mat. 3.1-3, bdk. Mrk. 1:1-8).
Selain pribadi Yohanes, para penginjil sinoptik (Matius, Markus, Lukas) juga menampilkan pribadi Yusuf yang luar biasa. Kehadiran Kristus sebagai Anak Allah membentuk sikap Yusuf yang sangat jelas untuk berjuang mempersiapkan kelahiran-Nya dan mengamankan diri-Nya dari seluruh ancaman yang datang. Kisah Yusuf menghantar Maria dan Yesus ke Betlehem dan menemani Maria mengunjungi Elisabet menggambarkan pribadi ini. Kisah penyingkiran ke Mesir (Mat. 2:13-15), satu-satunya kisah istimewa karena hanya dikisahkan oleh Matius sungguh menggambarkan bagaimana kehadiran Kristus membakar semangat Yusuf untuk menghindarkan sang Kristus dari bahaya yang mengancam. Kisah kelahiran Kristus ditutup dengan ungkapan: “Dan Yesus makin bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (Luk. 2:52). Kiranya kesimpulan penginjil ini tidak dapat terjadi jika tanpa prakarsa seorang yang terbakar api kehadiran Kristus ke dunia.
Kisah lain yang sungguh luar biasa ialah sikap Maria setelah menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Perjuangan pribadinya memantaskan diri sebagai kemah kehadiran Roh Allah yang mejadi manusia dan persiapannya berjuang melahirkan Kristus ke dunia dalam situasi yang tidak kondusif. Lebih dari pada itu, upaya mendidik Yesus, mendampinginya, memahaminya dan ada di saat suka, terlebih di saat duka sepanjang hidup Kristus (walaupun di luar konteks ini, saya spontan mengingat bagaimana figur Maria yang ditampilkan dalam Film The Passion of Christ). Maria sungguh memperlihatkan kepada kita kaulitas seorang pribadi yang sungguh-sungguh terbakar oleh kehadiran Kristus.
Figur Elisabet dan juga Zakharia, juga patut dicatat. Kisah spesial ini secara khusus hanya diceritakan oleh Lukas. Pujian Elisabet kepada Maria demikian: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk. 1:42). Nyanyian pujian Zakharia (Luk. 1:67-80) juga ditampilkan. Baik, Zakharia dan Elisabet, keduanya merupakan figur, sebagaimana dikatakan oleh penginjil Lukas, penuh dengan Roh Kudus dan memuji Kristus. ternyata, selain itu, penginjil Lukas juga masih lagi mengisahkan figur gembala-gembala. Sungguh kehadiran Kristus menyentuh sampai kepada mereka yang sederhana baik materi, terlebih hatinya.
Yang terakhir, bukan berarti tak bernilai. justru yang dikisahkan terakhir mendapatkan penekanan yang sangat penting dari sang penulis. Itulah kisah Simeon dan Hana (Luk. 2:29-32). “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dengan damai sejahtera, sesuai dengan Firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu” (Luk. 2:29-30). Kisah ini hendak menekankan api kehadiran kristus tetap menyela dan membakar sampai kepada titik akhir hidup.

Menghanguskan – Memurnikan
Proses pembakaran dapat saja menghanguskan sampai tersisa abu, jika itu materialnya adalah kayu. Namun untuk logam mulia, pembakaran (tak hanya dengan api, tapi dengan cairan keras tertentu). Tujuannya sederhana saya, yakni memurnikan: menghancurkan, membedakan, memisahkan dan mengambil bagian yang jauh lebih penting. Jika hal ini dikaitkan dengan kisah-kisah seputar kelahiran Kristus, maka proses pemurnian itu sungguh-sungguh terjadi, dan faktanya terjadi dalam diri orang-orang yang sangat dekat dengan Yesus. “Bagaimana hal itu terjadi sebab aku belum bersuami”, demikian reaksi Maria menanggapi pemberitaan Malaikat Gabriel (Lih. Pemberitaan tentang kelahiran Yesus, Luk. 1:26-38). Reaksi yang muncul dari kesadaran diri sebagai pribadi yang belum bersuami. Demikian halnya juga terjadi pada diri Yusuf. Setelah mengetahui apa yang terjadi pada Maria, tunangannya, Yusuf bernait secara diam-diam hendak menceraikan Maria. Yusuf, pribadi yang tulus hati dan tak ingin mencermarkan nama istrinya di muka umum, melakukan hal tersebut. “Yusuf, Anak Daud, janganlah Engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus” demikian kata Malaikat kepada Yusuf (Mat. 1:20). “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang kaulahirkan itu, akan disebut kudus, Anak Allah.” Demikian kata Malaikat kepada Maria.

Kegelisahan Maria dan Yusuf sirna dan pandangan mereka akan Allah dan sesama (pasangannya) dibaharui karena yang dikandung ini adalah dari Roh Kudus.
Inspirasi bagi pribadi dan kolompok kita (Input)
Mencermati kisah Kelahiran Kristus dan juga tokoh-tokoh di dalamnya, butir-butir inspirasi apakah yang dapat kusarikan sebagai input bagi kehidup pribadiku dan kebersamaanku dalam kelompok Legio?
- Sebagai pribadi (kelompok atau komunitas, Tarekat atau Gereja), khususnya di dalam Legio, kita dapat mengintegrasikan diri kita dengan lakon orang majus.
Kita ada dalam perjalanan mengikuti Kristus, Sang Bintang, bukan perjalanan menjadi bintang.
Biarlah bintang itu terus berada di langit dan cahayanya terus menyinari kita hingga berhenti di tutup usia kita di jalan panggilan (bdk. Pengalaman Simeon dan Hana) atau dengan meminjam ungkapan rasul Yohanes: “biarlah Dia semakin besar dan aku semakin kecil”.
- Kesadaran diri bahwa aku berada di jalan mengikuti Sang Bintang, masih dengan meneladan para majus, memungkinkan kita untuk memberikan yang terindah yang ada pada kita. Para majus yang mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Kesadaran diri kita mesti menggerakan kita untuk mempersembahkan seluruh diri kita bagi sang Kristus.
Seluruh diri kita mesti menjadi persembahan yang harum mewangi sepanjang hari.
Indra penciuman orang yang ada di sekitar kita membaui kita dan dari penciuman itu orang mampu merasakan begitu bermaknanya berjalan mengikuti sang bintang. Ingat, bukan perjalanan menjadi bintang.
- Ada berbagai tokoh yang terlibat dalam kisah seputar kelahiran Kristus. Mereka adalah orang Majus (mewakili penguasa dan para cerdik pandai), Zakharia dan Elisabet, Simeon dan Hana (kalangan religius), Yohanes (di padang/orang asing), para gembala (masyarakat sederhana). Fakta ini memaparkan kepada kita secara terang akan kenyataan bahwa kehadiran Kristus menyentuh seluruh pribadi manusia.
Sebuah ajakan untuk masing-masing pribadi di jalan panggilan ini, yang disatukan di dalam kebersamaan di Legio untuk membuka selebar-lebarnya pintu hati dan kelompok dengan menawarkan air yang sejuk.
Selain itu, pribadi dan kelompok kita, yang sadar akan keterpanggilannya, mampu menerangi setiap orang dalam aneka perjumpaan di setiap karya legioner kita. Semoga api cinta Kristus terus kita kobarkan dimana-mana.
- Pemurnian tokoh-tokoh penting seputar Kristus, yakni Maria dan Yosep sungguh terjadi. Hal ini juga menyadarkan kita, para legioner untuk memurnikan diri dan kelompok legio kita.
Pemurnian yang dimaksudkan yakni pembaharuan diri terus-menerus baik diri maupun kelompok, baik pikiran (pola pikir) dan perbuatan (pola tingkah laku).
Agere contra (bertindak sebaliknya dari keinginan sesaat) dan Discerment (memilah-milah) baik pribadi maupun kelompok menjadi sesuatu yang mutlak perlu agar keterpanggilan kita di legio terus terpelihara dan makin berbobot.

Semoga kita terus berjalan Mengikuti Sang Bintang, membiarkan cahayanya-Nya menyinari kita dan didapati tetap setia hingga maut mengahiri hidup kita sebagai seorang yang terpanggil di Legio.
Selamat menyambut pesta Natal !!!
Ave Maria…