Ziarah Goa Maria

Sumber berita : Dewan Komisium Ratu Pencinta Damai – Palembang

Pada tanggal 8 Desember 2020, bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Komisium Ratu Pencinta Damai Palembang mengadakan ziarah ke Gua Maria Bunda Belas Kasih, Podomoro. Walau pun sedang di masa pandemi, legioner tetap semangat untuk menumbuhkan iman, tentunya dengan konsisten menggunakan masker. Sebanyak 48 legioner dari 8 presidium dalam kota mengikuti acara tersebut, mereka berangkat dengan kendaraan masing-masing. Acara dimulai dengan Doa Rosario bersama pada pukul 15.30 WIB, lalu dilanjutkan Misa Kudus secara konselebrasi oleh RD. Makarius Samandi (Pemimpin Rohani Presidium Pintu Surga) dan RD. Vinsensius Setiawan Triadmojo (Pemimpin Rohani Komisium).

Dalam homilinya, RD Vinsensius Setiawan T. mengatakan bahwa “Maria dikandung tanpa noda dosa asal merupakan dogma yang diumumkan oleh Paus Pius IX pada tanggal 8 Desember 1854. Bunda Maria merupakan satu-satunya yang mendapat rahmat yang istimewa dari Tuhan yang Maha Besar sejak ia terbentuk sebagai janin. Dan oleh karena mengandung Kristus Penyelamat manusia, ia dibebaskan dari semua noda dosa asal”.

Lanjutnya, “Saat berdoa Rosario, kita juga mengulangi sapaan malaikat kepada Bunda Maria dan sukacita Elizabeth ketika dikunjungi Maria. Kitab Suci Peranjian Lama menyebutkan Maria sebagai ‘perempuan’ yang keturunannya akan mengalahkan ular/ iblis. Maria sebagai Hawa Baru akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menggembalakan semua bangsa, yang pada akhirnya mengalahkan iblis itu. Maria sejak semula bebas dari kekuasaan iblis”.

Setelah misa selesai, Pemimpin Rohani Komisium membagikan medali wasiat kepada seluruh legioner dan menjelaskan sejarah serta manfaatnya. Pada hari itu juga diumumkan 5 orang pemenang kuis online tentang Bunda Maria yang dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober – 30 November 2020.

Mengatasi Hambatan

Sumber berita : Presidium Bunda Penolong Abadi – Balikpapan

Di masa pandemi ketika kegiatan tatap muka sulit untuk dilakukan, salah satu presidium junior dari Paroki St. Klement I – Sepinggan, Balikpapan bekerja sama dengan tim Sekami Paroki mengadakan kegiatan Bina Iman Sekami secara online.

Awalnya teman-teman junior dari Presidium Bunda Penolong Abadi ini hanya terlibat sebagai penyanyi/ penari dalam Bina Iman Sekami. Lalu sejak bulan April 2020, mereka diminta membantu lebih banyak dalam pelaksanaan kegiatan ini secara online dengan pendampingan dari Romo, Frater, Suster, dan tim Sekami.

Bina Iman Sekami online yang diadakan secara live streaming melalui youtube San Clemens menghadirkan tema yang berbeda setiap minggunya, sehingga anak-anak tidak bosan dan bersemangat. Acara tersebut dimulai pukul 11.00 WIB dengan sapaan oleh MC, dilanjutkan dengan iringan lagu serta tarian, lalu dilanjutkan dengan doa pembuka.

Setelah doa pembuka acara dilanjutkan dengan drama atau dialog singkat yang berhubungan dengan tema yang dibawakan. Setelah drama selesai, pembicara akan menjelaskan makna tema berdasarkan kitab suci. Kemudian acara yang berlangsung sekitar 30 menit tersebut ditutup dengan doa dan nyanyian.

Legioner junior berpartisipasi sebagai MC, memimpin doa pembuka dan penutup, bernyanyi, menari, dan berdialog/ drama. Bina Iman Sekami online ini menjadi karya nyata perutusan legioner junior di masa pandemi ini, mereka menghidupi semangat keimanan khususnya bagi anak-anak dan remaja.

Kegiatan ini lagi-lagi menjadi gambaran bagi kita bahwa di tengah kondisi keterbatasan ini, karya pelayanan tetap dapat dilakukan. Bagaimana dengan karyamu?

Ditulis oleh Kevin Fernando, diedit oleh Gabriella Ideline

Keterbatasan Tidak Menghentikan Semangat

Sumber berita : Dewan Kuria Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

Di masa pandemi ini, saat rapat tatap muka tidak dapat dilakukan seperti biasa, legioner didorong untuk melakukan rapat legio online. Kali ini tim redaksi e-Bulletin meliput aktivitas rapat online legioner di Pangkalan Bun.

Menarik perhatian karena di saat legioner di kota-kota besar banyak yang enggan untuk mengikuti atau mengadakan rapat legio secara online meskipun segala fasilitas sudah memadai, saudara-saudari legioner di Pangkalan Bun dan sekitarnya justru merindukan rapat legio di tengah keterbatasan fasilitas.

Terinspirasi dari rapat online Senatus di bulan Juni yang diikuti oleh Saudari Yanti – Ketua Kuria Santa Bunda Allah, Pangkalan Bun. Pada rapat ini, beliau mendengar bahwa Legio Maria di Kalimantan Timur dan di kota lain di luar pulau Jawa berhasil mengadakan rapat legio secara online. “Lalu mengapa Kuria Pangkalan Bun tidak mencobanya? Legioner di Kuria Pangkalan Bun juga rindu koq hadir rapat legio”, ucapnya. Saudari Yanti lalu berusaha memulai rapat online di presidiumnya sampai empat kali sebelum menerapkannya dalam rapat Kuria. Dalam rapat online kuria ini, para anggota berusaha mencari wifi yang baik walaupun harus berjalan atau bekendara jauh ke pastoran.

Kuria yang terdiri dari sembilan presidium senior dan tujuh presidium junior yang tersebar di tiga paroki ini akhirnya berhasil melaksanakan rapat online perdana pada tanggal 6 September 2020 di Paroki St. Yohanes Paulus II, Pangkalan Banteng. Tentunya setelah mendapat izin ruangan dan akses wifi dari Pastor Paroki yang juga adalah Pemimpin Rohani Presidium. Beliau juga hadir dalam rapat kuria online ini. Ada 15 legioner yang hadir, mereka dengan semangat ke pastoran paroki setempat untuk mendapat jaringan wifi yang baik sehingga dapat mengikuti rapat dengan lancar. Walaupun belum semua perwira presidium dapat hadir dalam rapat online ini, setidaknya semangat ini dapat dirasakan oleh seluruh legioner di Kuria Santa Bunda Allah.

Sekilas cerita sebelum pandemi : untuk rapat Kuria, sebagian perwira presidium harus saling menyewa dan menumpang mobil, lalu bersama-sama menempuh jarak selama sekitar tiga jam dengan jalanan yang tidak mulus.

Seluruh perjuangan ini dapat terwujud, pastinya tidak lepas dari dukungan dari keluarga masing-masing. Dukungan keluarga berupa pengertian, materi, waktu, dan keluarga yang mau mengajarkan legioner senior untuk menggunakan gadget sehingga dapat mengikuti rapat. Setelah rapat online selesai, mereka tidak langsung membubarkan diri, namun menginformasikan kepada Pastor mengenai tema 100 tahun Legio Maria dan rencana mengadakan seminar online. Setiap bulan, Kuria ini berupaya untuk mengadakan rapat secara rutin.

Jadi, bagaimana dengan kamu yang ada di kota besar dengan akses internet yang lancar? Sudahkah kamu berupaya rapat online dan rutin hadir rapat mingguan presidium? Di masa pandemi ini, saling bertemu walaupun hanya secara online, sungguh dapat menguatkan satu sama lain.

Anson Santoso

Aktif Di Lingkungan RT??? Kenapa Tidak?

Sumber berita : Dewan Kuria Mater Christi

Ibu Julieta, seorang legioner yang datang dari Filipina ke Indonesia pada saat usianya yang ke 30-an tahun. Beliau yang saat ini aktif di Kuria Mater Christi – Jakarta Pusat 1 bercerita bahwa saat itu terdapat gap antar umat beragama, bahkan di antara umat Kristiani sekalipun. Sambil mengenangnya, beliau mengatakan bahwa kondisi masyarakat zaman sekarang sudah lebih baik, khususnya di RT/ RW tempat tinggalnya. Beliau bersyukur karena warga yang berbeda agama dapat membaur. “Gap pasti selalu ada, namun dengan adanya gap itulah kita jadi dituntut untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan, termasuk perbedaan agama”, ujar Ibu Julieta.

Sekarang Ibu yang sudah berumur 68 tahun tersebut beraktivitas sebagai pensiunan, ibu rumah tangga, dan juga seorang legioner aktif. Di masyarakat, sebelum pandemi Ibu juga aktif di lingkungan tetangganya (RT/RW) dengan membantu pelaksanaan bakti sosial yang diadakan oleh pemerintah untuk keluarga pra sejahtera. Bakti sosial tersebut berupa pemeriksaan kesehatan para lansia (cek gula darah, asam urat, tensi darah, batuk-pilek) dan perkembangan balita. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Rabu di minggu ke-4. Dokter-dokter Puskesmas hadir dan biaya pemeriksaan ditanggung oleh pemerintah. Ibu juga aktif dalam kegiatan arisan di lingkungan tempat tinggalnya, berupa arisan dengan WKRI dan arisan dengan warga umum/ non-Katolik. Dengan pertemuan arisan yang rutin dilakukan setiap bulan ini, warga dapat saling bersilaturahmi dan hubungan baik terjalin. Karena dalam pertemuan tersebut akan diadakan kegiatan membuat kerajinan tangan dari bahan limbah rumah tangga (bungkus sachet kopi, dll), lomba masak, dan kegiatan lainnya.

Selain Ibu Julieta, di kuria ini juga ada legioner yang aktif dalam arisan RT yang beranggotakan 20 orang bapak-bapak. Dalam pertemuan arisan, mereka sering melakukan sharing mengenai iman Katolik. Bahkan susunan acara dalam rapat arisan tersebut disusun seperti halnya susunan rapat presidium. Sama seperti halnya kegiatan Ibu Julieta, perkumpulan arisan RT ini juga melakukan kerja bakti setiap beberapa bulan dan mengumpulkan botol plastik untuk dijual. Uang hasil penjualan tersebut digunakan untuk acara kebersamaan warga RT dan sekaligus menjadi kegiatan peduli lingkungan.

Maka teman-teman legioner, kita semua diajak untuk aktif. Bukan hanya di gereja tetapi juga di lingkungan tempat tinggal, seperti yang dilakukan oleh legioner di Kuria Mater Christi ini. Berinteraksi dan memiliki hubungan harmonis dengan warga non-Katolik merupakan salah satu bentuk tugas martiria. Mari mewartakan Injil melalui perbuatan dan perkataan kita, serta meneruskan cinta kasih Tuhan kepada semua orang di tengah keadaan dunia yang sering kali menjadikan agama sebagai tameng sebuah perpecahan.

Anson Santoso

Tetap Bersatu Walaupun Hanya Lewat Udara

Sumber berita : Dewan Kuria Cermin Kekudusan – Kampus

Pandemi Covid–19 di Indonesia sudah berlangsung sejak April 2020. Selama kurang lebih tujuh bulan itu, kita membatasi berbagai kegiatan dan mengurangi intesitas bertemu banyak orang. Ada begitu banyak pula perubahan drastis yang harus kita alami dan tentu saja kita diajak beradaptasi dengan cepat. Belajar, bekerja, rapat legio, silahturahmi, bahkan misa pun dari rumah saja. Walaupun demikian, adanya kemajuan teknologi saat ini membuat pembatasan ini menjadi lebih mudah.

“Selama masa pandemi, kami para anak muda yang masih kuliah ini justru jadi merindukan kuliah dan bertemu teman–teman, termasuk teman-teman legioner di presidium”, ujar seorang legioner muda. Berangkat dari kerinduan ini, sebuah presidium yang tergabung di Kuria Cermin Kekudusan – Kampus menugaskan seluruh anggotanya untuk ‘Doa Malam Bersama’ melalui Line Calls.

Saat di-sharing-kan dalam rapat kuria, tugas ini disambut dengan sangat baik dan diterapkan ke seluruh presidium tergabung di Kuria Kampus.

Ada presidium yang melaksanakan ‘Doa Malam Bersama’ setiap dua atau tiga kali dalam seminggu, bahkan ada presidium yang melaksanakannya setiap hari. Pertemuan ini biasanya dimulai sekitar pukul 21.00 WIB dengan peserta dua sampai sepuluh orang.

Jadi.. ngapain aja sih ‘Doa Malam Bersama’ itu? “Kami berkumpul secara online, berdoa Catena, sharing tentang kegiatan/ hal baik/ masalah yang kami alami sepanjang hari itu. Lalu semua anggota yang sedang ikut doa malam ini akan mendoakan, menghibur, atau memberikan saran positif, selanjutnya diteruskan dengan doa malam. Tidak jarang pula Pemimpin Rohani dan Asisten Pemimpin Rohani kami ikut bergabung dalam ‘Doa Malam Bersama’ tersebut”, jelas seorang legioner muda.

“Dengan kegiatan ini, kami yang awalnya tidak rutin berdoa Catena alias bolong– bolong, sekarang jadi berdoa setiap hari. Dengan saling bertanya kabar, mendengarkan cerita satu sama lain, saling support dan mendoakan, kami juga menjadi semakin mengenal dan akrab satu sama lain”, lanjutnya menjelaskan.

Mungkin saja dari yang awalnya hanya menanyakan kabar, berakhir dengan saling jatuh cinta ^_^ Karena ada pepatah suku Jawa mengatakan “witing tresno jalaran soko kulino”, yang artinya “cinta itu tumbuh karena sering bertemu”.

Jadi legioner… apakah masa pandemi ini justru menghentikan kalian untuk saling bertemu? Yuuuukkk…. tetap bersatu walaupun hanya lewat udara.

Tyas Apriyanto

Masker Untuk Kau dan Aku

Sumber berita : Dewan Kuria Ratu Damai, Lampung

“Sudah melakukan apa saja selama pandemi ini?” — Mungkin kebanyakan orang akan menjawab bahwa mereka telah menemukan hobi baru untuk mengatasi rasa bosan selama di rumah saja, atau mungkin sedang meningkatkan kemampuannya, atau malah menjadi lebih dekat dengan keluarga. Yang pada intinya, kebanyakan dari mereka akan menjawab kalau mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk diri sendiri dan keluarga. Namun apa yang dilakukan oleh sekelompok orang ini berbeda dengan kebanyakan dari mereka tadi. Sekelompok orang ini berinisiatif untuk bergerak di bidang sosial dengan cara membagikan lebih dari 1000 masker untuk masyarakat di Lampung sejak bulan Maret lalu.

Orang-orang dari Paroki di bawah Keuskupan Tanjung Karang, bekerjasama dengan kelompok Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) dan devosan koronka untuk pembuatan lebih dari 1000 masker kain untuk masyarakat di Lampung. Tentu saja semua legioner di paroki-paroki tersebut juga aktif berkontribusi bukan hanya dengan doa tetapi dengan langkah nyata, yaitu terdapat 19 presidium dari tujuh paroki dengan jumlah total legioner ada 340 orang.

Bahan-bahan untuk membuat masker sudah disediakan oleh Komisi Keadilan Perdamaian (KKP) dan Pastoran Migran Perantau (PMP) Keuskupan Tanjung Karang. Bahan-bahan ini dibagikan ke beberapa paroki untuk dijahit. Masker kain ini dibuat secara khusus oleh para ibu-ibu yang memiliki pengalaman dalam menjahit dan dilakukan secara sukarela. Legioner membantu menjahit, mencuci, dan mengemas, sehingga ketika dibagikan masker sudah siap untuk digunakan. Selain masker, mereka juga berinisiatif untuk memberikan makanan siap santap untuk berbuka puasa di bulan Mei-Juni, serta ada tambahan dari hasil panen sayur dan tanaman herbal yang bisa digunakan untuk menjaga kondisi tubuh dalam situasi pandemi.

Proses pembuatan masker kain ini membutuhkan waktu kurang dari satu bulan. Setelah selesai dijahit, ketua lingkungan bersama dewan paroki yang bertugas untuk membagikan masker-masker ini ke umat Katolik maupun non-Katolik.

Masker dipilih menjadi hal utama untuk dibagikan kepada masyarakat di Lampung karena sekarang sedang pandemi dan banyak orang yang justru tidak
menggunakan masker. Alasan utama tidak menggunakan masker karena harga masker yang terbilang mahal dan kebanyakan orang memilih menggunakan uangnya untuk membeli barang pokok saja. Melihat kebutuhan ini, para legioner dan umat paroki yang lain tergerak hatinya untuk melakukan gerakan tersebut.

Winona Maria

Carlo Acutis, Beato Milenial

MEREKA AKAN MENGANTRI UNTUK MENONTON KONSER, TAPI TIDAK MAU BERDIRI SESAAT SAJA DI DEPAN TABERNAKEL.

Carlo Acutis

10 Oktober 2020 yang lalu, dunia para kudus digemparkan oleh seorang pemuda ganteng yang milenial banget. Yep, Carlo Acutis dibeatifikasi pada tanggal itu. Kita semua tahu bahwa Carlo membangun sebuah website yang berisikan katalog mukjizat Ekaristi. Tapi yang mungkin kita belom tahu adalah Carlo itu sama seperti pemuda biasa lainnya, dengan kecintaan luar biasa terhadap Ekaristi dan Rosario. Nih, simak yah

Kabarnya, serial anime favorit Carlo adalah Pokemon.

Carlo bekerja sebagai seorang relawan di sebuah dapur untuk memasak sup bagi orang miskin.

Carlo adalah seorang pencinta satwa. Ia memiliki kucing dan anjing sebagai teman bulunya.

Carlo sama seperti pemuda lainnya, yang suka dengan komputer, buku, video game, bola, mobil, dan seorang gadis.

Berdoa Rosario menjadi saat kencan yang paling romantis bagi Carlo, dan karenanya Carlo tidak pernah melewatkan janjinya untuk berdoa Rosario setiap hari.

Carlo menempatkan Ekaristi sebagai hal yang utama dalam hidupnya, hingga mencari paroki terdekat dan menemukan jadwal misa menjadi prioritasnya saat dirinya sedang pergi berlibur bersama keluarganya.

JANGAN TAKUT MENJADI KUDUS
– Gaudete et Exsultate –
Paus Fransiskus, 2018

Aduh, Deg-degan…

Sis, jawab sis,” chat Erwin Rinaldi secara personal. “Duh, pelindungnya gereja Katedral Jakarta tuh Santa Perawan Maria diangkat ke Surga bukan yah? Jawab Santa Perawan Maria aja, deh. Nggak yakin nih,” batin salah seorang peserta. Dan sekian menit kemudian, Erwin jerit-jerit di chat, “Siiisss, kurang lengkap, sis. Maknanya beda,”. Ah… baiklah, terpaksa gugur dibabak ketiga ini.

Kamis (20/8) siang itu, Komisium Maria Immaculata – Dekenat Jakarta Barat II sedang mengadakan kuis Legio Maria berkaitan dengan buku pegangan, kewarganegaraan, dan iman Katolik secara umum. Niat utamanya adalah untuk semakin mengenal Legio Maria, iman Katolik, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tapi karena ada wabah virus covid19 yang membuat kita semua mengalami masa sulit dari berbagai sisi, niatnya jadi ditambah untuk menjaga semangat kebersamaan dalam sukacita.

Nah, kuis ini dilakukan secara online melalui salah satu aplikasi chat yang pasti dikuasai oleh berbagai usia : whatsapp. Sebanyak 66 orang hadir sebagai peserta, termasuk peserta undangan dari Lampung dan bahkan Pontianak. Secara keseluruhan, kuis ini dibagi menjadi empat babak. Babak pertama dan kedua adalah 10 soal pilihan ganda, dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Babak ketiga adalah tebak gambar, dengan maksimal waktu yang dimiliki peserta sekitar 25 detik untuk mengetik jawaban. Sementara babak finalnya merupakan video call secara terpisah dengan enam finalis yang berhasil bertahan. “Deg-degan gue jawabnya. Saking nervous-nya, gue cuma bisa ketawa doank. Hahaha,” cerita Meliana Lie, salah satu finalis, seusai menyelesaikan sesi video call-nya bersama dewan juri. Gitu-gitu dia berhasil menjadi juara tiga, loh

Saat ditanya mengenai persiapannya, Enny Lestari selaku salah satu panitia pembuat soal mengatakan bahwa hal yang paling membuat khawatir adalah apakah akan ada peserta atau tidak. Bukan karena ini diadakan secara online yang butuh kuota internet dan sinyal bagus, tapi karena biasanya orang suka males ikut kuis. Takut kalah dan dipermalukan.

Padahal ini hanya permainan, yang tujuannya adalah untuk bersenang-senang namun berfaedah. Nggak percaya? Nih, cek tautan berikut di browser masing-masing yah : https://youtu.be/LamuotDq_TI.

Eiya, ada bocoran dari panitia rangkaian kegiatan 100 tahun Legio Maria. Tanggal 18 Oktober 2020 nanti, rencananya akan ada kuis Legio Maria online lagi loh, dengan peserta antar senatus. Dan di Indonesia, kita punya tiga dewan senatus. Begh… ke bayang nggak sih serunya kayak gimana nanti? Ikut gih, siapa tahu hadiahnya jalan-jalan ke Dublin, ye kan.

Tetap Berbela Rasa Selama Masa Pandemi

KOTA BARU, BANJARMASIN. Di masa pandemi, Paroki Keluarga Kudus – Kota Baru memberikan bantuan berupa 250 paket sembako kepada warga prasejahtera dan korban PHK (Katolik dan non Katolik) yang tinggal di sekitar gereja. Legioner pun berpartisipasi membantu proses distribusi paket ini.

Selama proses distribusi tersebut, legioner menyadari bahwa paket tidak disertai dengan sayur-sayuran. Padahal di masa pandemi ini, warga bukan hanya sekedar membutuhkan makan kenyang dengan beras dan indomie, namun justru membutuhkan makanan sehat.

Menyadari kondisi itu, legioner pun berinisiatif menambahkan sayur-sayuran dalam paket yang dibagikan tersebut. Dengan bermodalkan dana pribadi ditambah sumbangan dari umat lainnya, legioner dapat menyediakan 150 paket sayur (kangkung, cabai, tomat, daun singkong, dll). Dan Paroki bersedia menambahkan kekurangan 100 paket. Yang unik adalah sayur ini berasal dari kebun sayur milik legioner yang berprofesi sebagai petani.

Legioner juga membantu membuatkan kupon berisi jam pengambilan untuk dibagikan kepada keluarga prasejahtera yang sudah terdaftar, sehingga tidak menimbulkan kerumunan orang.

JAKARTA SELATAN 2. Sebuah presidium yang tergabung dalam Kuria Rosa Mystica berinisiatif membuat masker kain dan membagikannya kepada warga yang membutuhkan, termasuk supir angkot dan ojeg. Kegiatan berbagi ini disambut baik oleh warga lingkungan sekitar, sehingga pembuatan masker kain terus berlanjut untuk dibagi-bagikan.

TANGERANG. Legioner di Komisium Maria Assumpta, Tangerang bekerja sama dengan sie HAAK Paroki melakukan penyempotan disinfektan di perumahan warga dan membagikan sembako. Selain itu, legioner juga membantu membagikan masker dan APD yang berasal dari donator ke Puskesmas.

8 September, Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

Oleh : Anson Santoso


Bagi umat Katolik tentunya tidak asing lagi dengan tokoh Ibu kita Bunda Maria. Kita para legioner yang berdevosi kepada Bunda Maria, tentunya diharapkan lebih dekat dengan Ibu Tuhan kita Yesus Kristus, yakni Bunda Perawan Suci Maria. Begitu mendalam pemahaman tentang Bunda kita ini, di mana terdapat bagian teologi di ajaran Gereja kita yang disebut “Mariologi”, yang mempunyai beberapa institusi pendidikan dan penelitian di beberapa negara.

Bunda Maria dilahirkan dalam keluarga saleh oleh orang tuanya Santo Yoakim dan Santa Anna. Ia dididik dengan sangat baik oleh kedua orang tuanya, baik secara teoritis (kitab-kitab Taurat Yahudi), maupun dalam perbuatan sehari-hari.

Saya teringat katekese tentang Bunda Maria yang disampaikan oleh Pastor Andre SDB, Pastor Paroki Danau Sunter. Beliau mengajukan pertanyaan, “Apakah kita bisa menjadi seperti Bunda Maria?”. Umat yang hadir membisu seribu bahasa ketika mendengar pertanyaan yang mungkin tidak pernah dibayangkan. Muncul pertanyaan berikutnya, “Apakah kita layak menjadi seperti Bunda Maria yang teramat suci itu?”.

Mengagetkan karena jawabannya adalah kita bisa. Beliau memaparkan bahwa, “Kita bisa, asalkan iman kita benar-benar terdidik dengan sangat baik seperti Santo Yoakim dan Santa Anna mendidik Bunda Maria. Juga asalkan kita menolak segala –ya, segala- bentuk dosa dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak lupa kita pun harus mau melaksanakan kehendak-Nya saja”.

Bunda Maria yang acapkali menjadi perantara doa-doa kita kepada Tuhan melalui doa Novena Tiga Salam Maria, atau kita yang merasa dikuatkan melalui doa Rosario, mempunyai beberapa sejarah menarik. Misalnya, kemenangan pasukan Eropa/ Kristiani atas invasi pasukan Turki pada tahun 1571, atau kisah orang kudus Santo Dominic Savio yang menceritakan kepada gurunya -Santo Don Bosco- bahwa yang menolongnya pada saat ajalnya ialah Bunda Gereja kita.

Bunda Maria yang secara dogma Gereja berperan secara mediatrix (sebagai mediator antara Tuhan Yesus dan manusia) serta co-redemptrix (pendamping) dikenal sebagai Bunda para pendosa. Ada satu pengalaman unik saat saya menempuh pendidikan di Sanggau, Kalimantan Barat. Seringkali saya diminta untuk mengembalikan rantang makanan, yang perjalanannya harus melewati hutan pada saat malam hari. Di lokasi tujuan terdapat 2-3 anjing penjaga yang cukup galak. Setiap kali anjing itu berlari atau menggonggong ke arah saya, saya berdoa Salam Maria. Alhasil mereka langsung menjadi tenang, tidak lagi menggonggong, dan berbalik badan. Pengalaman ini mengingatkan saya pada sebuah lukisan Bunda Maria yang pernah saya lihat. Dalam lukisan yang berukuran besar itu, Bunda Maria dengan jubahnya melindungi orang-orang yang sedang dalam ketakutan. Manusia dari berbagai macam profesi dan kedudukan sosial di dunia berlindung dibalik jubah Bunda Maria.

Acapkali dengan perantaraan Bunda Maria, Tuhan mengabulkan doa-doa saya, khususnya di saat saya berdoa Novena Tiga Salam Maria. Begitu pula saat saya berdoa Rosario, Salam Maria, atau Catena Legionis, saya merasa hati menjadi tentram dan mampu menghadapi kesulitan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, sudah sepatutnya saya dan kita semua bersyukur atas kelahiran Bunda Maria lebih dari 2000 tahun yang lalu. Kita mendapatkan Bunda Surgawi, yang mana olehnya, Tuhan kita Yesus Kristus mustahil menolak permohonan sang Bunda yang telah mengikuti kehendak Tuhan selama hidupnya di dunia ini.

Terima kasih, Bunda Maria. Selamat ulang tahun Bunda Surgawi, Bunda Tuhan kita Yesus Kristus dan Bunda kita semua.

sumber : katolisitas-indonesia.blogspot.com