Sumber berita : Dewan Komisium Ratu Pencinta Damai – Palembang
Pada tanggal 8 Desember 2020, bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Komisium Ratu Pencinta Damai Palembang mengadakan ziarah ke Gua Maria Bunda Belas Kasih, Podomoro. Walau pun sedang di masa pandemi, legioner tetap semangat untuk menumbuhkan iman, tentunya dengan konsisten menggunakan masker. Sebanyak 48 legioner dari 8 presidium dalam kota mengikuti acara tersebut, mereka berangkat dengan kendaraan masing-masing. Acara dimulai dengan Doa Rosario bersama pada pukul 15.30 WIB, lalu dilanjutkan Misa Kudus secara konselebrasi oleh RD. Makarius Samandi (Pemimpin Rohani Presidium Pintu Surga) dan RD. Vinsensius Setiawan Triadmojo (Pemimpin Rohani Komisium).
Dalam homilinya, RD Vinsensius Setiawan T. mengatakan bahwa “Maria dikandung tanpa noda dosa asal merupakan dogma yang diumumkan oleh Paus Pius IX pada tanggal 8 Desember 1854. Bunda Maria merupakan satu-satunya yang mendapat rahmat yang istimewa dari Tuhan yang Maha Besar sejak ia terbentuk sebagai janin. Dan oleh karena mengandung Kristus Penyelamat manusia, ia dibebaskan dari semua noda dosa asal”.
Lanjutnya, “Saat berdoa Rosario, kita juga mengulangi sapaan malaikat kepada Bunda Maria dan sukacita Elizabeth ketika dikunjungi Maria. Kitab Suci Peranjian Lama menyebutkan Maria sebagai ‘perempuan’ yang keturunannya akan mengalahkan ular/ iblis. Maria sebagai Hawa Baru akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menggembalakan semua bangsa, yang pada akhirnya mengalahkan iblis itu. Maria sejak semula bebas dari kekuasaan iblis”.
Setelah misa selesai, Pemimpin Rohani Komisium membagikan medali wasiat kepada seluruh legioner dan menjelaskan sejarah serta manfaatnya. Pada hari itu juga diumumkan 5 orang pemenang kuis online tentang Bunda Maria yang dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober – 30 November 2020.
Sumber berita : Presidium Bunda Penolong Abadi – Balikpapan
Di masa pandemi ketika kegiatan tatap muka sulit untuk dilakukan, salah satu presidium junior dari Paroki St. Klement I – Sepinggan, Balikpapan bekerja sama dengan tim Sekami Paroki mengadakan kegiatan Bina Iman Sekami secara online.
Awalnya teman-teman junior dari Presidium Bunda Penolong Abadi ini hanya terlibat sebagai penyanyi/ penari dalam Bina Iman Sekami. Lalu sejak bulan April 2020, mereka diminta membantu lebih banyak dalam pelaksanaan kegiatan ini secara online dengan pendampingan dari Romo, Frater, Suster, dan tim Sekami.
Bina Iman Sekami online yang diadakan secara live streaming melalui youtube San Clemens menghadirkan tema yang berbeda setiap minggunya, sehingga anak-anak tidak bosan dan bersemangat. Acara tersebut dimulai pukul 11.00 WIB dengan sapaan oleh MC, dilanjutkan dengan iringan lagu serta tarian, lalu dilanjutkan dengan doa pembuka.
Setelah doa pembuka acara dilanjutkan dengan drama atau dialog singkat yang berhubungan dengan tema yang dibawakan. Setelah drama selesai, pembicara akan menjelaskan makna tema berdasarkan kitab suci. Kemudian acara yang berlangsung sekitar 30 menit tersebut ditutup dengan doa dan nyanyian.
Legioner junior berpartisipasi sebagai MC, memimpin doa pembuka dan penutup, bernyanyi, menari, dan berdialog/ drama. Bina Iman Sekami online ini menjadi karya nyata perutusan legioner junior di masa pandemi ini, mereka menghidupi semangat keimanan khususnya bagi anak-anak dan remaja.
Kegiatan ini lagi-lagi menjadi gambaran bagi kita bahwa di tengah kondisi keterbatasan ini, karya pelayanan tetap dapat dilakukan. Bagaimana dengan karyamu?
Ditulis oleh Kevin Fernando, diedit oleh Gabriella Ideline
Suatu hari, di suatu desa terpencil, ada seseorang (sebut saja Sukri) yang menemukan kloset duduk yang dibuang. Ia tidak pernah melihat benda itu seumur hidupnya, sehingga tidak tahu kalau itu adalah kloset (jamban). Dia bahkan mengagumi benda itu, karena dipikirnya ‘antik’. Sukri lalu membawa pulang kloset itu ke rumah dan dibersihkannya sampai kinclong. Kebetulan esok harinya Sukri berulang tahun dan dia berencana akan mengundang teman-teman satu kampungnya. Dia berpikir, alangkah uniknya jika nasi tumpeng ulang tahunnya diletakkan di dalam ‘benda’ itu (yaitu kloset).
Nah, noda dosa itu jauh lebih buruk daripada kloset, dan kemuliaan Yesus jauh mengatasi dan tidak dapat dibandingkan dengan nasi tumpeng. Nasi tumpeng tak pernah klop diletakkan di dalam kloset. Dan tentu, Yesus yang Maha Kudus, tak mungkin dapat dikandung oleh rahim seseorang yang tercemar dosa. Maka oleh kuasaNya, Allah menguduskan rahim itu, membuat Bunda Maria terbebas dari noda dosa.
Maria Dikandung Tanpa Noda adalah suatu dogma Gereja Katolik Roma kita, dimana Bunda Tuhan terbebas dari setiap noda dosa asal. Maka dari itu Bunda Maria telah terbebas dari segala dosa sejak awal hidupnya. Hal ini untuk mempersiapkan dirinya menjadi Ibu Tuhan. Kelahiran Bunda Maria memang berlangsung normal seperti manusia pada umumnya melalui kedua orang tuanya, Santa Anna dan Santo Yoakim. Namun yang membedakan adalah kemurniannya dari segala dosa yang sejak dari pembuahan.
Pada tahun 1708 Paus Klemens XI menetapkan hari raya dikandungnya Maria tanpa noda untuk seluruh Gereja Katolik.
Pada tanggal 8 Desember 1854 Paus Pius IX mengumumkan dalam Bulla Ineffabilis Deus dogma Maria Dikandung Tanpa Noda. Sebuah kelanjutan dari dogma ini menyatakan bahwa perbedaan Bunda Maria dibandingkan dengan semua manusia biasa adalah bahwa pada akhir hidupnya, Bunda Maria tidak lagi memerlukan pemurnian di api penyucian, karena pemurnian Bunda Maria sudah terjadi pada masa di kandungan ibunya melalui pembebasannya dari dosa asal dan bahwa Bunda Maria selama hidupnya tidak pernah melakukan dosa. Hal ini dinyatakan dalam dogma Maria Diangkat ke Surga, pada tahun 1950 oleh Paus Pius XII.
Di Gereja kita, dogma Maria Dikandung Tanpa Noda ini diperkuat oleh penampakan Bunda Maria di Lourdes pada tahun 1858, di mana Bunda Maria kepada Santa Bernadette Soubirous beberapa kali menampakkan dirinya dalam wujud seorang wanita yang berpakaian putih. Ia memperkenalkan dirinya kepada Santa Bernadette sebagai seorang yang dikandung tanpa noda dosa.
Dogma ini juga memiliki dasar dari Kitab Suci yang belum dijelaskan dalam artikel ini.
Ditulis oleh Anson Santoso, diedit oleh Gabriella Ideline
Buku Pegangan Bab 29 halaman 188 Alukosio oleh PR RD Antonius Didit Soepartono – Rapat Senatus ke 396-I/ Tahun ke-33
Tujuan organisasi adalah untuk mempersatukan banyak orang. Demikian pula Legio Maria, apabila memiliki semakin banyak anggota, maka tujuan ini akan semakin tercapai. Seluruh anggota akan dipersatukan dalam doa, karya, dan pelayanan bersama. Oleh karena itu, legioner seharusnya tidak memisahkan diri dan melakukan sesuatu berdasarkan kemauan sendiri.
Dasar persatuan adalah ‘kesetiaan’; kesetiaan anggota kepada presidium, kesetiaan presidium kepada kuria, dan seterusnya. Namun kesetiaan itu tidak hanya dilakukan oleh bagian yang paling rendah kepada bagian yang lebih tinggi, melainkan juga sebaliknya. Oleh karena itu, masing–masing dewan wajib memonitor dewan/ presidium di bawahnya. Selain itu, kesetiaan juga berarti setia kepada pimpinan gereja, bukan hanya kepada Pemimpin Rohani saja tetapi juga kepada Pastor Paroki setempat. Kesetiaan sejati yang sungguh dijiwai akan menghindari sikap menang sendiri/ egois. Legioner yang setia akan menunjukkan sikap Bunda Maria yang ia teladani, Bunda Maria yang taat kepada Tuhan dan firman Allah.
Buah kesetiaan adalah ‘ketaatan’ dan bukti ketaatan adalah kesiap-sediaan untuk melaksanakan tugas pelayanan dengan menerima keadaan dan keputusan yang sekalipun tidak menyenangkan dengan hati gembira. Legioner yang baik harus siap diutus ke mana pun tanpa pilih-pilih. Seorang perwira harus menjadi pemimpin yang memberikan contoh yang baik, bukan menjadi pimpinan yang hanya mau melihat hasil baik saja.
Legio Maria adalah pasukan -angkatan bersenjata- Perawan Yang Amat Rendah Hati. Bukan harus perang dengan senjata, namun di jaman sekarang ini kita diajak untuk menyangkal diri dari kedagingan kita. Walaupun dengan banyak keterbatasan kita, mari tetap mengupayakan memberikan yang terbaik dalam karya kita.
Pesan bagi semua legioner agar tidak bertindak, berkata, dan berpikir yang menimbulkan perpecahan atau pun menyebarkan isu yang tidak jelas. Bagi para perwira juga hendaknya tidak melalaikan kewajiban untuk hadir rapat dan memelihara anggotanya masing-masing. Perwira tidak hanya menjalankan tugasnya saja namun juga harus mempersiapkan regenerasi. Ingatlah kesetiaan dan ketaatan Bunda Maria yang merupakan teladan kita.
Dasar persatuan adalah ‘kesetiaan’. Buah kesetiaan adalah ‘ketaatan’. Bukti ketaatan adalah kesediaan untuk menerima keadaan dan keputusan yang tidak menyenangkan – harus menerima segalanya dengan hati gembira.
Dalam rangka menyambut 100 tahun Legio Maria, Dewan Senatus Bejana Rohani dan panitia telah mempersiapkan acara Talkshowonline sebagai salah satu rangkaian acara. Pada 21 November 2020, talkshow #3 telah berhasil dilaksanakan oleh Komisium Ratu Para Rasul – Jakarta Barat 1 dengan ditonton oleh ± 230 orang. Tema “Persekutuan Para Kudus” diangkat sesuai dengan liturgi Gereja Katolik yang memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus pada tanggal 1 November.
Talkshow dipandu oleh moderator, Sdri. Masro Intan Sinaga – legioner Presidium Cermin Kekudusan di Paroki Bunda Hati Kudus, Kemakmuran – Jakarta Barat. Dengan satu orang pembicara imam dan dua orang pembicara awam berikut ini.
Pastor Agustinus Handoko HS, MSC– Ketua Tim Pembangunan Propinsialat MSC.
Sdr. Fransiskus Junius Wijaya, OFS – APR Presidium Maria Tak Bernoda dan Presidium Pohon Sukacita di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Mangga Besar – Jakarta Barat.
Sdri. Lucia Wenehen – legioner Presidium Bunda Para Kudus di Paroki Kristus Salvator, Slipi – Jakarta Barat.
Bagi kebanyakan orang, persekutuan para kudus adalah para santo santa atau para biarawan – biarawati. Padahal persekutuan para kudus itu sebenarnya merupakan perkumpulan ‘kita’ semua yang sudah dibaptis menjadi anggota tubuh mistik Kristus dan percaya pada Yesus Kristus sebagai juru selamat.
Yesus Kristus merupakan kepala dari persekutuan ini. ‘Kita’ dalam konteks ini didefinisikan dalam tiga status berikut:
Kita semua yang masih berjuang dan hidup di dunia.
Mereka yang telah meninggal dan masih dalam proses pemurnian di api penyucian.
Mereka yang sudah berbahagia di surga.
Walaupun kita yang masih berjuang di dunia ini sudah termasuk dalam persekutuan para kudus, bukan berarti kita dapat hidup dengan tidak baik. Kita tetap harus menjaga kekudusan itu dengan tetap berusaha agar hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Yesus Kristus adalah kudus, Dia merupakan Injil yang Hidup atau kabar sukacita. Manusia dicipatakan menurut gambaran Allah, maka manusia dapat menjadi kudus apabila mampu menampakkan wajah Allah dalam setiap peran kehidupan di mana pun kita berada, baik dalam peran sebagai anak, orangtua, istri, suami, legioner, dsb. Jadi apapun peran atau profesi kita, kita sejak awal memang diajak untuk menjadi kudus. Menjadi kudus harus direalisasikan dalam hubungan yang harmonis dengan Allah dan juga dengan sesama.
Di tengah kehidupan saat ini, memang tidak mudah untuk menjadi kudus, namun itu bukan hal yang tidak mungkin. Mengusahakan kekudusan dapat dimulai dengan hal – hal sederhana dengan cinta yang besar dan tulus. Sebagai manusia biasa, apabila kita terjatuh maka coba selalu bangkit lagi untuk menjadi pribadi yang lebih baik/ kudus. Perjuangan ini tentunya dapat diperkuat dengan mengikuti komunitas di Gereja, salah satunya dengan bergabung dalam Legio Maria. Komunitas yang baik untuk kita adalah komunitas yang dapat membantu kita semakin bertumbuh dalam iman.
Selain itu, di masa kemajuan teknologi saat ini, salah satu jalan kekudusan adalah dengan bijaksana menggunakan internet. Kita dapat meneladani Beato Acutis yang memanfaatkan internet untuk menyebarkan kekudusan dengan membuat sebuah website mujizat Ekaristi dan ada banyak orang yang bertobat setelah membaca website ini. Atau dengan membuat status/ caption di media sosial yang isinya memberikan semangat/ajakan untuk melakukan hal positif.
Dalam talkshow ini, pembicara juga membahas mengenai: Mengapa umat Katolik menghormati Santo Santa atau memohon perantaraan doa dari mereka? Karya kekudusan apa yang dapat dilakukan oleh legioner selama masa pandemi ini? Mengapa umat Katolik mendoakan mereka yang berada di api penyucian? Bagaimana menyikapi umat agama lain yang ajarannya berbeda dengan Gereja Katolik dalam hal para kudus?
Selain itu, seperti hal nya dalam talkshow sebelumnya, talkshow ini juga disertai dengan live chat yang menerima berbagai pertanyaan dari para legioner. Beberapa pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: Mengapa jiwa-jiwa di api penyucian tidak bisa menolong diri mereka sendiri dan mereka butuh didoakan? Pada kehidupan manusia zaman dulu saat belum mengenal agama, apakah mereka menjadi bagian dalam persekutuan para kudus? Bisakah kita langsung menjadi para kudus yang berbahagia di surga tanpa melalui api penyucian?
Hmm…banyak pertanyaannya menarik bukan? So, kalau kamu ingin tahu semua jawaban pertanyaan di atas, jangan lupa nonton talkshow #3 di channel Youtube Senatus Bejana Rohani yaaahh… See you on talkshow #4 tanggal 19 Desember 2020 !
Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan kehidupan manusia. Namun demikian, Legio Maria di mana pun berada, tetap berusaha untuk merasul. Berikut ini beberapa cerita dari para legioner di negara maju dan berkembang. Sumber : https://www.legionofmary.ie/
INDONESIA Senatus Jakarta: Senatus telah mengusahakan keaktifan dan kehadiran para legioner secara online. Tercatat 100 orang menghadiri seminar online tentang “Laudato Si: Apa yang dapat dilakukan Legio Maria?” Misa Tahunan Senatus Jakarta juga disiarkan langsung pada 5 September dengan dihadiri oleh 500 orang pada awalnya dan kemudian dilihat oleh 2.000 orang.
Senatus Malang: Senatus telah kembali rapat tatap muka pada bulan Agustus 2020 tetapi beberapa presidium belum mulai rapat. Laporan yang diberikan menunjukkan adanya Kerasulan Legioner untuk para orang sakit. Patrisian dan rapat presidium untuk para auksilier juga diadakan. Presidium junior juga berhasil didirikan di sekolah.
Senatus Kupang: Dua anggota komisium dari Pulau Sumba Barat menghadiri rapat senatus di bulan Juli 2020 dan menyampaikan laporan dewan mereka.
SINGAPORE Wakil Ketua Senatus yang baru telah terpilih dan aktivitas Legio Maria telah terdampak serius karena pandemi ini.
HONGKONG Rapat Komisium terakhir dilaksanakan pada bulan Januari 2020. Para legioner telah bekerja sebagai penerima tamu dan dan pemeriksa suhu tubuh di gereja-gereja.
TAIWAN Koresponden konsilium menerima surat dari legioner yang ditunjuk oleh Senatus Taiwan bahwa beberapa presidium masih melakukan rapat tetapi tidak dapat melakukan karya kerasulan selama pandemi ini.
KOREA Senatus Seoul: Rapat senatus berhasil diadakan di bulan Mei, Juni dan Juli, tetapi rapat pada bulan Agustus dibatalkan, dan situasi di Korea saat ini sedang tidak pasti. Dewan Legio Maria dan presidium-presidium di bawahnya mengikuti jalan yang sama. Surat dari Ketua Senatus ke Konsilium pada bulan Juli memberikan banyak penjelasan. Kehadiran dewan-dewan di semua tingkatan terbatas hanya oleh Ketua saja. Rapat mingguan diadakan dengan menggunakan platform media sosial. Beberapa laporan tahunan termasuk dengan notulensinya menunjukkan bahwa pekerjaan kerasulan yang baik telah dilakukan. Kontak orangorang tetap dilakukan untuk menjadi seorang katekumen.
Senatus Gwangju: Rapat diadakan pada bulan Juni, Agustus, dan September. Banyak rapat mingguan yang diadakan melalui media sosial. Laporan dari dewan ke Senatus memberikan rincian karya kerasulan yang luas. Bahkan ada satu Komisium melaporkan berhasil membentuk 3 presidium selama masa pandemi.
JEPANG Senatus Osaka: Laporan Presidium menunjukkan ada berbagai karya kerasulan yang dilakukan oleh para anggota. Presidium Regina Apostolorum (Gereja Imaichi) memiliki 8 anggota dengan Pemimpin Rohani Romo Nan. Mereka mengunjungi para manula di rumah-rumah mereka dan pusat perawatan manula. Mereka telah menunjukkan komitmen besar dalam pekerjaan ini. Ada pasangan suami istri yang pernah dikunjungi oleh para Legioner ini – setelah beberapa waktu dibaptis saat Paskah. 4 orang peserta sekolah minggu yang diselenggarakan oleh Presidium Our Lady of Lourdes (Gereja Toyonaka) juga dibaptis saat Paskah. Presidium Hati Immaculata (Gereja Hirakata) yang didirikan pada tahun 1964, sekarang memiliki 7 orang anggota. Mereka menjalankan kegiatan “Udon Corner” pada Minggu pagi yang memberikan kesempatan untuk melakukan banyak kontak pribadi.
“Kamu lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan, dan oleh perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yak 2 : 22)
Terima kasih kepada bapak/ ibu/ saudara/i auksilier dan ajutorian yang senantiasa mendoakan Legio Maria. Berikut adalah buah dari doa teman-teman auksilier dan ajutorian, sekaligus karya dari teman-teman aktif dan pretorian.
BALIKPAPAN
Kuria Benteng Perdamaian – Dahor. Presidium di stasi St. Mikael ITCI memulai rapat online perdana di kuria ini. Walaupun belum semua presidium dapat mengadakan rapat online, namun pada Oktober 2020, rapat kuria online juga sudah terlaksana. Telah terbentuk 2 presidium baru di stasi St. Mikael ITCI yang akan disahkan setelah situasi pandemi usai. Legioner tetap berkarya di gereja dan Posyandu dengan pembatasan.
JAKARTA
Kuria Mater Christi – Jakarta Pusat 1. Rapat dewan dan presidium secara online sudah berhasil dilaksanakan. Namun persentase kehadiran masih rendah. Legioner di dewan ini berhasil aktif dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat, sehingga secara tidak langsung legioner menampilkan identitas seorang Katolik.
Kuria Ratu Para Kudus – Jakarta Selatan 1. Walapun tidak seluruh presidium telah mengadakan rapat online, namun dewan ini sudah melaksanakan rapat kuria secara online. Pada akhir bulan Oktober 2020, dewan ini mengadakan misa ACIES online yang dihadiri oleh ± 60 orang legioner. Proses pembentukan presidium baru di Paroki Blok Q berhenti selama masa pandemi.
Sumber berita : Dewan Kuria Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah
Di masa pandemi ini, saat rapat tatap muka tidak dapat dilakukan seperti biasa, legioner didorong untuk melakukan rapat legio online. Kali ini tim redaksi e-Bulletin meliput aktivitas rapat online legioner di Pangkalan Bun.
Menarik perhatian karena di saat legioner di kota-kota besar banyak yang enggan untuk mengikuti atau mengadakan rapat legio secara online meskipun segala fasilitas sudah memadai, saudara-saudari legioner di Pangkalan Bun dan sekitarnya justru merindukan rapat legio di tengah keterbatasan fasilitas.
Terinspirasi dari rapat online Senatus di bulan Juni yang diikuti oleh Saudari Yanti – Ketua Kuria Santa Bunda Allah, Pangkalan Bun. Pada rapat ini, beliau mendengar bahwa Legio Maria di Kalimantan Timur dan di kota lain di luar pulau Jawa berhasil mengadakan rapat legio secara online. “Lalu mengapa Kuria Pangkalan Bun tidak mencobanya? Legioner di Kuria Pangkalan Bun juga rindu koq hadir rapat legio”, ucapnya. Saudari Yanti lalu berusaha memulai rapat online di presidiumnya sampai empat kali sebelum menerapkannya dalam rapat Kuria. Dalam rapat online kuria ini, para anggota berusaha mencari wifi yang baik walaupun harus berjalan atau bekendara jauh ke pastoran.
Kuria yang terdiri dari sembilan presidium senior dan tujuh presidium junior yang tersebar di tiga paroki ini akhirnya berhasil melaksanakan rapat online perdana pada tanggal 6 September 2020 di Paroki St. Yohanes Paulus II, Pangkalan Banteng. Tentunya setelah mendapat izin ruangan dan akses wifi dari Pastor Paroki yang juga adalah Pemimpin Rohani Presidium. Beliau juga hadir dalam rapat kuria online ini. Ada 15 legioner yang hadir, mereka dengan semangat ke pastoran paroki setempat untuk mendapat jaringan wifi yang baik sehingga dapat mengikuti rapat dengan lancar. Walaupun belum semua perwira presidium dapat hadir dalam rapat online ini, setidaknya semangat ini dapat dirasakan oleh seluruh legioner di Kuria Santa Bunda Allah.
Sekilas cerita sebelum pandemi : untuk rapat Kuria, sebagian perwira presidium harus saling menyewa dan menumpang mobil, lalu bersama-sama menempuh jarak selama sekitar tiga jam dengan jalanan yang tidak mulus.
Seluruh perjuangan ini dapat terwujud, pastinya tidak lepas dari dukungan dari keluarga masing-masing. Dukungan keluarga berupa pengertian, materi, waktu, dan keluarga yang mau mengajarkan legioner senior untuk menggunakan gadget sehingga dapat mengikuti rapat. Setelah rapat online selesai, mereka tidak langsung membubarkan diri, namun menginformasikan kepada Pastor mengenai tema 100 tahun Legio Maria dan rencana mengadakan seminar online. Setiap bulan, Kuria ini berupaya untuk mengadakan rapat secara rutin.
Jadi, bagaimana dengan kamu yang ada di kota besar dengan akses internet yang lancar? Sudahkah kamu berupaya rapat online dan rutin hadir rapat mingguan presidium? Di masa pandemi ini, saling bertemu walaupun hanya secara online, sungguh dapat menguatkan satu sama lain.
Ibu Julieta, seorang legioner yang datang dari Filipina ke Indonesia pada saat usianya yang ke 30-an tahun. Beliau yang saat ini aktif di Kuria Mater Christi – Jakarta Pusat 1 bercerita bahwa saat itu terdapat gap antar umat beragama, bahkan di antara umat Kristiani sekalipun. Sambil mengenangnya, beliau mengatakan bahwa kondisi masyarakat zaman sekarang sudah lebih baik, khususnya di RT/ RW tempat tinggalnya. Beliau bersyukur karena warga yang berbeda agama dapat membaur. “Gap pasti selalu ada, namun dengan adanya gap itulah kita jadi dituntut untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan, termasuk perbedaan agama”, ujar Ibu Julieta.
Sekarang Ibu yang sudah berumur 68 tahun tersebut beraktivitas sebagai pensiunan, ibu rumah tangga, dan juga seorang legioner aktif. Di masyarakat, sebelum pandemi Ibu juga aktif di lingkungan tetangganya (RT/RW) dengan membantu pelaksanaan bakti sosial yang diadakan oleh pemerintah untuk keluarga pra sejahtera. Bakti sosial tersebut berupa pemeriksaan kesehatan para lansia (cek gula darah, asam urat, tensi darah, batuk-pilek) dan perkembangan balita. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Rabu di minggu ke-4. Dokter-dokter Puskesmas hadir dan biaya pemeriksaan ditanggung oleh pemerintah. Ibu juga aktif dalam kegiatan arisan di lingkungan tempat tinggalnya, berupa arisan dengan WKRI dan arisan dengan warga umum/ non-Katolik. Dengan pertemuan arisan yang rutin dilakukan setiap bulan ini, warga dapat saling bersilaturahmi dan hubungan baik terjalin. Karena dalam pertemuan tersebut akan diadakan kegiatan membuat kerajinan tangan dari bahan limbah rumah tangga (bungkus sachet kopi, dll), lomba masak, dan kegiatan lainnya.
Selain Ibu Julieta, di kuria ini juga ada legioner yang aktif dalam arisan RT yang beranggotakan 20 orang bapak-bapak. Dalam pertemuan arisan, mereka sering melakukan sharing mengenai iman Katolik. Bahkan susunan acara dalam rapat arisan tersebut disusun seperti halnya susunan rapat presidium. Sama seperti halnya kegiatan Ibu Julieta, perkumpulan arisan RT ini juga melakukan kerja bakti setiap beberapa bulan dan mengumpulkan botol plastik untuk dijual. Uang hasil penjualan tersebut digunakan untuk acara kebersamaan warga RT dan sekaligus menjadi kegiatan peduli lingkungan.
Maka teman-teman legioner, kita semua diajak untuk aktif. Bukan hanya di gereja tetapi juga di lingkungan tempat tinggal, seperti yang dilakukan oleh legioner di Kuria Mater Christi ini. Berinteraksi dan memiliki hubungan harmonis dengan warga non-Katolik merupakan salah satu bentuk tugas martiria. Mari mewartakan Injil melalui perbuatan dan perkataan kita, serta meneruskan cinta kasih Tuhan kepada semua orang di tengah keadaan dunia yang sering kali menjadikan agama sebagai tameng sebuah perpecahan.
Kemarin, kita memuliakan semua Orang Kudus dan berdoa memohon agar kita pun kelak bisa berbahagia bersama mereka di dalam Surga sambil memandang wajah Allah, Bapa kita.
Hari ini tepat tanggal 2 November kita mengenang saudara-saudara kita yang telah meninggal namun masih berada di Api Penyucian. Bahkan seluruh bulan November ini kita khususkan untuk berdoa memohon kerahiman Allah atas mereka.
Apa sih Api Penyucian itu?
Menurut Katekismus Gereja Katolik, Api Penyucian adalah “suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian”.
Kenapa kita mengenang arwah orang– orang yang sudah meninggal?
Bagi umat Kristiani, saat kematian sesungguhnya merupakan peristiwa puncak kehidupan. Ada kebangkitan sesudah kematian. Hidup kita tidak lenyap, melainkan hanya diubah. Kita percaya bahwa sesudah pengembaraan di dunia ini selesai, kediaman abadi di surga sudah tersedia bagi kita. Kematian merupakan saat kita mempercayakan diri secara total kepada Kristus yang merupakan pokok pengharapan kita karena Dia akan mengantar kita pulang ke rumah Bapa.
Apa tujuan kita mengenang para arwah?
Atas dasar iman itu, maka kita memohon agar saudara-saudara yang telah meninggal dunia disucikan dari segala dosanya, dibebaskan dari segala hambatan dan noda, boleh menikmati kebahagiaan kekal bersama Allah Bapa, serta boleh bersamasama para kudus di surga memandang wajah Allah yang dirindukan.
Hari kenangan dan peringatan arwah ini pun sekaligus memberi penghiburan rohani bagi kita, yaitu bahwa kelak kita pun akan meninggal dunia dan berjumpa kembali dengan saudara-saudara yang telah mendahului kita. Lalu bersama Maria akan memuji dan memuliakan Allah dalam persekutuan semua orang kudus. Hidup atau mati, kita tetap milik Kristus.
Kenapa arwah orang beriman diperingati pada bulan November? Lalu kenapa dipilih tanggal 2 November?
Umat Kristiani telah berdoa bagi para saudara/ saudari mereka yang telah wafat sejak masa awal agama Kristen. Liturgi-liturgi awal dan teks tulisan di katakomba membuktikan adanya doa-doa bagi mereka yang telah meninggal dunia, meskipun ajaran detail dan teologi yang menjelaskan praktek ini baru dikeluarkan kemudian oleh Gereja di abad berikutnya. Mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal telah tercatat dalam 2 Makabe 12 : 41- 42. Di dalam kitab Perjanjian Baru tercatat bahwa St. Paulus berdoa bagi kawannya Onesiforus (lih. 2 Tim 1 : 18) yang telah meninggal dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa jemaat Kristen perdana percaya bahwa doa- doa mereka dapat memberikan efek positif kepada jiwajiwa yang telah wafat tersebut. Kitab Perjanjian Baru secara implisit mengajarkan adanya masa pemurnian yang dialami umat beriman setelah kematian.
Secara tidak langsung Yesus mengajarkan bahwa ada dosa-dosa yang dapat diampuni setelah kehidupan di dunia ini, (lih. Mat 12 : 32) dan ini mengisyaratkan adanya tempat/ keadaan yang bukan surga karena di Surga tidak ada dosa; dan bukan pula neraka karena di neraka sudah tidak ada lagi pengampunan dosa. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita diselamatkan, “tetapi seolah melalui api” (1 Kor 3 : 15).
Pada abad awal, nama- nama jemaat yang wafat dituliskan di atas plakat. Di abad ke-6, komunitas Benediktin memperingati jiwajiwa mereka yang meninggal pada hari perayaan Pentakosta. Pada tahun 998, perayaan hari arwah menjadi peringatan universal di bawah pengaruh rahib Odilo dari Cluny. Ia menetapkan perayaan tahunan di rumah- rumah ordo Benediktin pada tanggal 2 November, yang kemudian menyebar. Sekarang Gereja Katolik merayakan Peringatan Arwah Orang Beriman pada tanggal 2 November, seperti juga gereja Anglikan dan sebagian gereja Lutheran.
Dari keterangan tersebut, tidak disebutkan mengapa dipilih bulan November dan bukan bulan- bulan yang lain. Namun jika kita melihat kalender liturgi Gereja, maka kita mengetahui bahwa bulan November merupakan akhir tahun liturgi, sebelum Gereja memasuki tahun liturgi yang baru pada masa Adven (sebelum merayakan Natal/ kelahiran Kristus).
Maka sebelum mempersiapkan kedatangan Kristus, kita diajak untuk merenungkan terlebih dahulu akan kehidupan sementara di dunia dan tentang akhir hidup kita kelak, agar pada akhirnya kita dapat bergabung dalam bilangan para kudus di Surga. Kita juga diajak untuk merenungkan makna kematian dengan mendoakan para saudara-saudari kita yang telah mendahului kita.