1 November, Hari Raya Semua Orang Kudus

Sumber : www.katolisitas.org , www.imankatolik.or.id

Setiap tanggal 1 November, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Perayaan ini bertujuan untuk menghormati segenap anggota Gereja, yang oleh jemaat– jemaat perdana disebut dengan istilah “Persekutuan Para Kudus” yang berarti persekutuan semua orang yang telah mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan disucikan oleh Darah Anak Domba Allah. Secara khusus, kita juga memperingati sekumpulan besar orang yang berdiri di hadapan takhta Allah karena mereka telah memelihara imannya dengan baik sampai akhir hidupnya di dunia ini, sehingga memperoleh ganjaran besar di Surga, termasuk di antaranya adalah mereka yang telah dikanonisasikan atau diakui oleh Gereja sebagai Santo/ Santa, martir, dan orang kudus lainnya yang tidak/ belum dikenal.

Gereja Katolik mulai menghormati para Santo/ Santa dan martir sejak abad kedua melalui bukti catatan kemartiran St. Polycarpus di abad kedua yang berisikan seperti berikut : “Para Prajurit lalu,…. menempatkan jenazahnya [Polycarpus] di tengah api.

Selanjutnya, kami mengambil tulang-tulangnya, yang lebih berharga daripada permata yang paling indah dan lebih murni dari emas, dan menyimpannya di dalam tempat yang layak, sehingga setelah dikumpulkan, jika ada kesempatan, dengan suka cita dan kegembiraan, Tuhan akan memberikan kesempatan kepada kita untuk merayakan hari peringatan kemartirannya, baik untuk mengenang mereka yang telah menyelesaikan tugas mereka, maupun untuk pelatihan dan persiapan bagi mereka yang mengikuti jejak mereka.” (St. Polycarpus, Ch. XVIII, The body of Polycarp is burned, 156 AD).

Melalui peringatan Hari Raya Orang Kudus, kita diajak untuk mengenang serta meneladani cara hidup para kudus yang berbahagia di surga, mereka dengan setia mengorbankan hidupnya untuk beriman secara utuh kepada Kristus. Para kudus yang berbahagia di surga itu bersama Santa Perawan Maria mendoakan kita agar tekun dalam perjuangan. Mengenang para orang kudus dapat kita mulai dengan langkah sederhana yaitu mengenali dan menghidupi kisah hidup dari Santo/ Santa pelindung kita. Mari kita tetap setia dan beriman di dalam Kristus.

Kevin Fernando

Membawa Damai

Matius 5 : 1 – 12
Alukosio oleh PR RD Antonius Didit Soepartono – Rapat Senatus ke 396-H/ Tahun ke -33


Bacaan rohani mengenai Sabda Bahagia merupakan pelajaran cinta tertulis yang mudah disampaikan atau dibaca namun sulit untuk dilaksanakan. Satu dari sepuluh ungkapan sabda bahagia tersebut adalah “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anakanak Allah”. Membawa damai merupakan salah satu tugas kita bersama. Lalu apa yang dapat legioner lakukan untuk membawa damai terutama selama masa pandemi ini?

Yang pertama, pada 1 November, Gereja Katolik memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Mari kita meneladani kesetiaan para Santo – Santa pelindung.

Lalu yang kedua, kita menjalin hubungan baik dengan masyarakat, apalagi saat ini sering sekali timbul konflik yang menggunakan agama dan ras sebagai tameng.

Berikutnya, seluruh perwira Legio Maria mulai dari Senatus hingga Presidium diharapkan dapat semakin kreatif untuk memperkenalkan Legio Maria kepada kaum muda maupun para lansia. Kondisi pandemi saat ini memaksa kita untuk lebih banyak beraktivitas secara online. Dengan demikian, yang jauh bisa menjadi dekat. Teknologi ini jika dimanfaatkan dengan baik, maka dapat memperkaya kuantitas dan kualitas Legio Maria.

Dengan kemajuan teknologi dan kegiatan online ini, perwira harus mengupayakan seluruh informasi dapat tersampaikan secara lengkap dan jelas kepada seluruh legioner, serta seharusnya kehadiran legioner dapat meningkat.

Kemudian, sebagai legioner kita harus tetap mengupayakan kehadiran rapat dengan sungguh-sungguh walaupun hanya online dan berdoa dengan tekun.

Serta kita bisa merencanakan habitus dan kegiatan positif untuk menyambut usia ke 100 tahun Legio Maria pada September 2021. Memang tidak banyak kegiatan yang dapat dilakukan selama masa pandemi ini. Namun apabila kita fokus dan sungguh-sungguh pada beberapa hal saja, maka hasilnya akan luar biasa.

Yang terpenting adalah kita mau dengan sepenuh hati mencintai dan melihat apa yang Tuhan kehendaki selama masa pandemi dan di tengah keterbatasan ini.

Mari budayakan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjaga kesehatan, dan segala hal yang dapat kita lakukan untuk berjuang di tengah situasi pandemi ini. Mari menjadikan hal-hal ini sebagai gaya hidup, sehingga bukan hanya menjaga diri sendiri tetapi juga menjaga orang lain di sekitar kita. Tuhan memberkati. Ave Maria.

Jadilah Pelaksana, Bukan Pengatur

Sumber berita : panitia 100 tahun Legio Maria

Sabtu (24/10) malam yang lalu adalah salah satu malam minggu berfaedah bagi para legioner. Hari itu, Bapak Uskup Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap berkenan menjadi salah satu narasumber dalam sebuah acara talkshow online yang disiarkan langsung dari Medan, bersama dua orang pembicara awam Yustinus Sukisno sebagai legioner senior dan Yudith Kartini Sitohang sebagai legioner junior. Dimoderatori oleh Daniel Hutajulu, talkshow dengan tema “Fiat Voluntas Tua dalam Legio Maria” ini merupakan talkshow kedua dalam rangkaian kegiatan dari perayaan 100 tahun Legio Maria.

Fiat voluntas tua pasti sering didengar oleh mereka yang bergerak di dunia pelayanan. Bahkan kalimat ini menjadi tema perayaan 100 tahun Legio Maria di Indonesia. Terjemahan bebasnya kurang lebih berarti, “[aku ini hamba Tuhan,] terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”. Kalimat ini muncul dalam Injil Lukas, sebagai jawaban Maria atas tawaran keselamatan yang datang dari Allah
melalui kabar sukacita yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel.

Namun untuk dapat mengerti semangat dari kalimat itu, maka kita harus membaca ulang kisah kabar sukacita ini dari awal dan meresapi bagaimana respon Maria saat itu. Maria tidak bertanya “mengapa aku?”, melainkan bertanya “bagaimana hal itu dapat terjadi?”. Pertanyaan ini sesungguhnya mendahului kesediaan Maria akan kabar yang didengar Maria dari Malaikat Gabriel. Dan dengan menyatakan diri sebagai hamba Tuhan, Maria menyampaikan bahwa dirinya siap untuk melayani dan berserah penuh pada kehendak Tuhan. Lalu kemudian Maria dengan rendah hati mengharapkan agar
kebenaran itu dapat tergenapi, dengan kalimat penutup, “jadilah padaku menurut perkataanmu”.

Secara keseluruhan, Maria telah memberikan teladan kepada kita semua untuk selalu mencari kehendak Tuhan dalam doa-doa yang kita sampaikan pada Tuhan, dan bukan malah menyampaikan program-program kita pribadi untuk dikabulkan oleh Tuhan. Seorang hamba akan selalu siap sedia menerima perintah dan menjalankan tugas kendati beresiko membahayakan diri sendiri,
karena mengetahui bahwa Allah sudah mengatur semua hal.

Menjadi seorang legioner tidak melulu soal berdoa panjang-panjang seperti Rosario. Namun ada karya yang harus dilakukan, seperti kunjungan. Pada saat kunjungan inilah, kita tidak lagi menampilkan apa program kita kepada orang lain, melainkan mencari kehendak Tuhan untuk kita lakukan. Bersamaan dengan itu, kita membentuk karakter kita melalui penolakan-penolakan yang kita alami. Tidak mudah untuk menjadi seorang pelaksana yang baik, namun itulah yang harus kita lakukan.

Cara terbaik menularkan semangat adalah dengan teladan hidup. Dengan bertanya pada Tuhan apa yang Tuhan inginkan untuk saya lakukan, lalu melakukan
jawabannya dalam keseharian kita. Orang pasti akan bertanya apa yang menjadi sumber inspirasi kita, dan kita bisa menjawab Bunda Maria lah yang menjadi sumber inspirasi kita. Bunda Maria adalah teladan kita dalam hal beriman.

Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap

Sedikit bocoran, Bapak Uskup Medan juga pernah menjadi legioner. Bersama mas Yus dan Yudith, Bapak Uskup juga membagikan pengalamannya menjadi seorang legioner. So, pastikan dirimu menyimaknya melalui tautan link https://youtu.be/iaSVMXg4qxE, ya. Ave Maria.

Pecah Banget !!

Sumber berita : panitia 100 tahun Legio Maria

Yep, pecah banget!! Sebanyak 324 legioner mendaftarkan diri sebagai peserta kuis online Legio Maria, yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan perayaan 100 tahun Legio Maria. Mereka berasal dari Sabang sampai Merauke, dengan rentang usia yang beragam. Nggak cuma itu. Kuis online ini juga diikuti oleh legioner Indonesia yang berada di wilayah dewan Senatus Singapore, loh. Bedegh… pecah rekor nggak tuh?

Kuis serupa pernah diadakan bulan lalu oleh Komisium Maria Immaculata – Jakarta Barat 2 dan telah dimuat di E-Bulletin edisi September 2020. Masih sama, kuis Legio Maria ini masih mengajukan pertanyaan seputar Legio Maria, iman Katolik, dan pengetahuan kewarganegaraan secara umum. Media yang digunakan juga masih sama, aplikasi chat whatsapp. Niat panitia pun masih untuk menjaga persaudaraan di masa pandemi ini. Dan niat baik ini lah yang diberkati oleh Bunda Maria hingga bisa terlaksana dengan baik. Nih ya, kalau bukan karena berkat Bunda Maria, para peserta tuh nggak akan merasakan euphoria keseruan ini dari tempat masing-masing, padahal jelas-jelas beda waktu, beda jarak, dan beda usia. Nggak percaya? Cek halaman berikut yak. Ada titipan salam dari mereka ~

Terbagi secara acak ke dalam 16 kelompok yang berbeda, 324 legioner itu mengikuti segala tahap yang ada. Mulai dari tetiba diundang ke whatsapp grup beberapa hari sebelum hari H, hingga sabar nungguin pengumuman siapa aja yang lolos ke babak selanjutnya di hari Minggu (18/10) lalu. Meski kelihatannya nggak ada yang bertujuan untuk berkompetisi, tapi mereka mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin loh, sampe pada niat untuk bongkar catetan lama hingga buku pelajaran segala. Dan kerennya adalah, salah satu legioner dewan Senatus Singapore bahkan mencapai babak final. Begh… itu bukti bahwa berada di negri orang nggak lantas melupakan negara asalnya.

Serunya Bikin Nagih..!!

“Terima kasih atas undangan kuisnya. Lomba ini sangat bagus dan bermanfaat, karena bisa bertemu dengan peserta kuis se-Indonesia, sehingga bisa bertukar pikiran mengenai dewan legio masing-masing. Cocok banget jika setiap dewan bisa melakukan lomba begini secara berkala.” Sdr. Petrus, legioner Balikpapan – Kalimantan Timur

“Saya diingatkan untuk senantiasa memperbaharui dan membekali diri akan pengetahuan tentang Legio Maria dan kewarganegaraan. Saya juga menikmati dinamika dan antusias dari peserta lain. Semoga kegiatan ini dapat berlanjut di dewan masing-masing, sehingga legioner dirangkul untuk terus memperbaharui diri di masa seperti ini.” Sdr. Herdi, legioner Medan

Seneng, bangga gitu bisa berkenalan dengan legioner se Indonesia, bahkan hingga Singapore. Nggak nyangka banget bisa lolos ke babak dua, dan saya terharu karenanya.” Sdri. Caroline Kesya Putri Rahayu, legioner Batam

“Kuisnya bagus, ada manfaatnya. Mama saya sampe ikutan antusias untuk menjawab soal-soal yang ada. Semoga kuisnya bisa terus berlanjut dan nggak cuma kalau lagi ulang tahun legio aja.” Sdr. Antonius Cahyo Nugroho, legioner
Batam

“Biasanya membaca berkas legio ya baca saja, tetapi karena ada kuis ini jadi rajiiin banget buka-buka semua berkas yang sudah rapi tersusun di lemari. Semua bahan pelajaran bina iman pun kebaca juga. Kalau pun nggak menang, tapi saya jadi semangat membacanya.” Sdri. Irene, legioner Bekasi

“Kegiatan ini sangat luar biasa, seru, dan menegangkan karena waktu yang diberikan sangat singkat. Tapi bersyukur saya bisa ikut berpartisipasi dalam kuis online ini, walaupun apa yang sudah saya pelajari ada beberapa soal yang tidak keluar. Sungguh luar biasa.” Sdri. Prisca Renate Nadia Taek, legioner NTT

Tuh, euphoria-nya dapet banget kan? Sampe para pesertanya pada pengen diadakan lagi di dewan masing-masing. Kuy, mari kita menguduskan diri secara kreatif di masa pandemi ini.

100 Tahun Legio Maria : Jejak Langkah Legio Maria Senatus Bejana Rohani, Indonesia Bagian Barat

Dalam tulisan sebelumnya, kita telah membaca sejarah, inspirasi dan tujuan didirikan Legio Maria sejak 7 September 1921 di Dublin, Irlandia, tempat awal terbentuknya Legio Maria di dunia. Pendiri Legio Maria, Frank Duff tak pernah berpikir bahwa pertemuan awal ini akan meluas ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Bagaimana perjalanan sejarah Legio Maria di Indonesia, khususnya di Senatus Bejana Rohani, yang meliputi wilayah Indonesia Bagian Barat? Jujur, kami belum dapat menuliskan jejak langkah secara lengkap karena keterbatasan sumber informasi. Akan tetapi kami berusaha merangkum beberapa hal penting dari catatan dan narasumber yang ada. Jika dari pembaca mempunyai info tambahan kiranya berkenan menyampaikan pada Perwira Senatus Bejana Rohani.


AWAL TERBENTUKNYA DEWAN SENATUS BEJANA ROHANI, JAKARTA

Legio Maria di Jakarta muncul pertama kali pada tahun 1972, didirikan oleh Pastor Vincenzo Salis SX di Gereja St. Maria de Fatima, Paroki Toasebio, Jakarta Barat. Presidium pertama tersebut memakai nama Paroki yaitu Presidium Maria de Fatima. Saat itu tergabung di Kuria Bogor.

Tahun 1977, Jose Tugelida, seorang envoy dari Filipina datang ke Jakarta dan melihat ladang subur yang memungkinkan perkembangan Legio Maria. Terbukti bahwa selama 1978-1979, Legio Maria tumbuh di Jakarta seperti cendawan tumbuh di musim hujan. Dari 19 presidium yang tersebar di paroki Toasebio, Kemakmuran, Pluit, Mangga Besar, Matraman, Tanah Tinggi, dan Kramat, meningkat jumlahnya menjadi 33 presidium yang semuanya bergabung kepada Dewan Kuria Bogor.

Melihat jumlah presidium yang telah cukup banyak, Sdr. Jose mengusulkan dibentuk sebuah dewan kuria di Jakarta. Prakasa ini disambut dengan baik oleh Bapa Uskup Agung Jakarta, saat itu adalah Mgr. Leo Sukoto dan juga Kuria Bogor yang saat itu mensupervisi presidium-presidium Jakarta. Akhirnya dewan kuria yang telah disiapkan dengan baik itu diresmikan oleh Dewan Komisium Bandung pada tanggal 18 Februari 1979 dengan nama Bejana Rohani – Jakarta.

Istimewa sekali dalam rapat perdana KURIA BEJANA ROHANI, karena selain dihadiri oleh utusan dari Senatus Malang, Komisium Bandung, Kuria Bogor, juga dihadiri oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo Sukoto, serta Jose Tugelida selaku envoy dan utusan resmi dari Dewan Konsilium Dublin.

Peranan utama Legio Maria adalah membantu Gereja secara nyata. Umat Katolik di KAJ saat itu sekitar 133.000 orang yang tersebar dalam 34 paroki, dan memerlukan partisipasi dari legioner untuk menjadi garam bagi Gereja.

Mgr. Leo Sukoto, Uskup Agung Jakarta – 1979

Karena pertumbuhan demikian pesat dalam kota Jakarta, dan untuk meningkatkan efisiensi pengawasan dan perluasan, maka atas persetujuan Mgr. Leo dibentuklah 2 kuria baru dalam kota Jakarta pada 19 Oktober 1980. Dengan demikian terdapat 3 dewan kuria, yaitu Kuria Bejana Rohani, Kuria Tahta Kebijaksanaan dan Kuria Ratu Para Rasul dengan total jumlah presidium di Jakarta sebanyak 31 presidium senior dan 14 presidium junior.

Dalam kurun 3 tahun , Legio Maria di Jakarta telah tumbuh menjadi 56 presidium yang tersebar di 18 dari 35 paroki yang ada saat itu. Dengan restu dari pimpinan Gereja dan pimpinan Legio Maria, pada 10 Juli 1983 Senatus Malang meningkatkan status Kuria menjadi KOMISIUM BEJANA ROHANI untuk mensupervisi dewan dan presidium di daerah Jakarta.

Keterampilan legioner dalam bertugas sungguh-sungguh diperhatikan dengan tidak melupakan kehidupan rohaninya. Diharapkan Legio Maria membantu di lingkunganlingkungan paroki dan menjadi penghubung antar umat lingkungan sehingga Legio Maria khususnya di KAJ dapat menjadi perpanjangan tangan Gereja.
Homili Mgr. Leo, 17 September 1983

Berkat karya Roh Kudus melalui penyertaan Bunda Maria, rupanya semangat umat Katolik semakin membara untuk menggabungkan diri menjadi bala tentara Maria dalam karya Kerasulan Legio Maria. Hal ini ditanggapi secara serius oleh Pimpinan Legio mulai dari Konsilium Dublin dan Senatus Malang, serta Pimpinan Gereja, sehingga setelah melalui proses penelitian yang cukup panjang, akhirnya Minggu, 29 Maret 1987 status Komisium Bejana Rohani ditingkatkan menjadi SENATUS BEJANA ROHANI dan berpusat di Jakarta.

Sumber : dok. pribadi
Surat pengesahan dari Dublin – | Sumber : dok. pribadi

Rapat perdana sebagai dewan senatus dilaksanakan di aula gereja Keluarga Kudus, Rawamangun. Saat itu Senatus Bejana Rohani terdiri dari 2 komisium, 11 kuria, 18 presidium senior dan 8 presidium junior, dengan wilayah meliputi seluruh Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan dan Jakarta. Wilayah tersebut terdiri dari Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Medan dan keuskupan-keuskupan lainnya : Bandung, Sibolga, Padang, Palembang, Tanjung Karang, Pangkal Pinang, Pontianak dan Bogor. Tentu saja keputusan dari Dewan Konsilium Dublin ini juga disetujui oleh Uskup wilayah tersebut dan Senatus Malang.

Dengan ditingkatkannya menjadi dewan senatus, yang merupakan senatus ke-2 di Indonesia, tentulah sebuah kebanggaan dan juga tanggung jawab besar untuk mengupayakan agar karya kerasulan Legio Maria menjadi bagian dari Gereja Indonesia dan dapat menjadi perpanjangan tangan Gereja untuk mewujudkan Kemuliaan Allah di dunia.

PERKEMBANGAN SENATUS BEJANA ROHANI DI ABAD KE-20

Dalam perjalanan Legio Maria di wilayah karya Senatus Bejana Rohani yaitu Indonesia bagian Barat, Senatus selalu mengupayakan agar selaras dengan perkembangan Gereja setempat baik itu arah dasar, semangat dan juga wilayah karya.

Salah satu upaya yang dilakukan pada tahun 2011-2012 adalah Senatus mencoba merapikan wilayah karya dewan legio (kuria dan komisium) agar selaras dengan wilayah karya keuskupan setempat. Tujuannya agar legio berkarya sesuai dengan bimbingan, fokus, dan kebutuhan Gereja setempat (Keuskupan/ Dekenat/ Paroki/ Stasi). Hal ini dimulai dari Keuskupan Agung Jakarta, dengan merapikan pengelompokan dewan kuria dan komisium sesuai dengan Dekenat. Walau cukup banyak hambatan dalam proses ini karena beberapa dewan/ presidium sudah saling terikat dan harus dipisahkan sesuai dengan dekenatnya, akan tetapi berkat ketaatan dan kerendahan hati legioner, serta didukung oleh para Pemimpin Rohani, akhirnya hal ini terlaksana dengan baik hingga saat ini.

Perluasan legio terus berjalan, walau harus diakui bahwa di wilayah Jakarta dan Jawa Barat pertumbuhan secara kuantitas tidak sebesar dan seagresif di tahun 90-an, akan tetapi Senatus juga harus memastikan kualitas/ semangat kerasulan legio ini terjaga dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan yang efektif dari semua tingkatan mulai dari presidium hingga senatus.

Di pertengahan tahun 2011, Senatus mensupervisi 16 dewan dalam kota Jakarta, 9 dewan luar kota dan 6 presidium tergabung langsung, dengan total 16.000-an legioner. Untuk mengefektifkan supervisi maka pada tahun 2011- 2014, Senatus meningkatkan 4 dewan kuria menjadi komisium di wilayah Keuskupan Agung Jakarta, yaitu Komisium Maria Asumpta – Tangerang (September 2011), Komisium Our Lady of the Holy Family – Jakarta Timur (Januari 2012), Komisium Maria Pengantara Segala Rahmat – Bekasi (Januari 2013) dan Komisium Ratu Para Rasul – Jakarta Barat 1 (Oktober 2014).

Perkembangan Senatus Bejana Rohani di abad ke-20-an ini tidak berhenti di seputar Jakarta, Jawa Barat dan Sumatra, tetapi juga berkembang pesat di wilayah Kalimatan. Nantikan kisah perjuangan perluasan Legio Maria di wilayah Borneo ini di edisi mendatang.

Bersambung…

Catatan : Tingkatan kelompok Legio Maria dimulai dari terkecil yaitu presidium, kuria, komisium, regia, senatus dan konsilium.

Berita Konsilium September 2020

Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan kehidupan manusia. Namun demikian, Legio Maria di mana pun berada, tetap berusaha untuk merasul. Berikut ini beberapa cerita dari para legioner di negara maju dan berkembang. Sumber : https://www.legionofmary.ie/


PERANCIS

Senatus Paris: rapat ditangguhkan sejak Maret – Juni. Sebagai salah satu persiapan 100 tahun Legio Maria, Senatus meminta setiap presidium menuliskan kisah mengenai orang-orang luar biasa/ berperan penting yang mereka temui di Legio Maria, rahmat yang mereka terima melalui perantaraan Frank Duff, dan peristiwa penting seperti pertobatan. Artikel tersebut akan dikumpulkan dalam bentuk booklet untuk menandai 100 tahun Legio Maria.


Kuria Orang Vietnam: Kuria ini terdiri dari 7 presidium dengan 73 anggota aktif, 5 percobaan, 178 auksiler, 18 pretorian, dan 60 ajutorian. Sebuah presidium dengan 3 anggota rohaniwan melakukan kunjungan orang sakit dan merawat orang disabilitas. Seorang Katolik yang kurang taat memutuskan anaknya untuk dibaptis setelah dia mendapatkan medali wasiat. Dia sangat berterimakasih atas waktu dan pendampingan legioner selama ini. Selain itu, sebuah presidium yang beranggotakan 12 orang lansia menjalankan karya legio dengan membantu membagikan komuni di gereja dan mendorong pasangan yang telah hidup bersama untuk menerima Sakramen Perkawinan.


BELGIA

Kuria Namur: terdiri dari 4 presidium dengan 12 anggota aktif dan 71 auksilier. Walau jumlah anggota sedikit, tetapi tiap presidium melakukan karya kerasulan yang baik.


DUBLIN UTARA

Kuria Betlehem: terdapat laporan tahunan dari 1 presidium yang terdiri dari 5 anggota aktif dan 3 auksilier. Mereka membagikan dan menjelaskan arti medali wasiat kepada banyak orang yang lewat di jalan, mendorong banyak orang murtad untuk kembali pada iman Katolik, mendengarkan para tunawisma yang menceritakan berbagai masalah mereka. Selain itu, terdapat seorang pemuda Muslim yang menjadi Katolik, dia menerima hadiah Medali Wasiat dan mendengarkan legioner bercerita tentang Gereja Katolik. Pertemuan setiap 3 bulan untuk mempromosikan Frank Duff sudah dilaksanakan. Legioner mendampingi seorang wanita muda Filipina yang sakit dan hidup sendiri tanpa keluarga, mulai ia sakit hingga menjelang kematiannya.


INGGRIS

Regia Brentwood, London: pertemuan Legio Maria belum dapat dimulai karena banyak gereja belum dibuka. Regia terus memantau situasi. Ketua Regia mengadakan kontak dengan Kuria dan Komisium, mengirimkan refleksi rohani mingguan kepada mereka untuk dibagikan kepada presidium untuk meneguhkan hati.


THAILAND

Pemimpin Rohani terus memotivasi legioner. Legioner mengadakan kontak dengan orang yang sering tidak hadir dalam misa, mendoakan ibadat arwah, dan mengajarkan katekese pada narapidana bersama para biarawati.


VIETNAM

Komisium dan Kuria melaporkan, bahwa setiap dewan Komisium/ Kuria menyimpan catatan jumlah laporan, kapan dewan dibentuk dan wilayah yang dikelola termasuk deskripsi tentang wilayah tempat kerjanya. Semua dewan melaksanakan karya kerasulan yang sangat baik membawa banyak orang kembali ke imannya.

Terdapat 1 komisium dengan 14 presidium senior dan 4 presidium junior. Kuria memiliki 1513 anggota senior dan 337 anggota junior, 482 pretorian, 4024 auksilier, dan 496 ajutorian. Dewan ini membantu membereskan perkawinan 144 pasangan dan 16 orang dibantu untuk menghindari aborsi. Pada awal Juli 2020, ada 20% yang masih mengadakan pertemuan tetapi pada akhir Juli tidak ada pertemuan yang diizinkan.


MEKSIKO

Terdapat 2 Senatus dan 5 Regia yang tergabung langsung dengan Konsilum di negara ini. Seluruh Meksiko saat ini sedang lockdown dan hampir semua dewan dapat mengadakan rapat virtual dengan sukses. Mereka mendaraskan doa Legio, bacaan rohani, dan alukosio, serta laporan singkat dari masing-masing dewan tergabung tentang pengalaman dalam menjalankan karya kerasulan. Sebagian besar dewan mengadakan Misa atau Misa Triduum untuk memperingati 99 tahun Legio Maria. Lalu melanjutkan rencana persiapan 100 tahun Legio Maria.

Kabar Senatus Oktober 2020

“Kamu lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan, dan oleh perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yak 2 : 22)

Terima kasih kepada bapak/ ibu/ saudara/i auksilier dan ajutorian yang senantiasa mendoakan Legio Maria. Berikut adalah buah dari doa teman-teman auksilier dan ajutorian, sekaligus karya dari teman-teman aktif dan pretorian.


Kuria Ratu Damai – Bandar Lampung.

Walaupun dalam masa pandemi, kuria ini tetap berupaya melakukan perluasan, yaitu dengan rutin memantau presidium-presidium yang baru berdiri melalui telepon untuk memastikan rapat mingguan tetap terlaksana. Selain itu, sebelum Senatus menggaungkan Laudato Si, dewan ini sudah aktif melakukan berbagai kegiatan Laudato Si dan menjadi motor penggerak di lingkungan. Legioner di dewan ini juga melakukan Gerakan 1000 masker dengan menjahit, mencuci, mengemas, dan membagi-bagikan masker. Seluruh bahan yang dibutuhkan untuk membuat masker disediakan oleh Keuskupan.


Kuria Cermin Kekudusan – Kampus.

Rapat dewan dan presidium secara online sudah berhasil dilaksanakan. Saat ini memang hanya terdapat 5 presidium yang tergabung di dalam kuria ini. Kuria ini juga sedang mengupayakan pemekaran presidium di Unika Atma Jaya, BSD. Selama masa pandemi, selain rapat dewan atau presidium online, dewan ini mengupayakan doa online bersama.

Tetap Bersatu Walaupun Hanya Lewat Udara

Sumber berita : Dewan Kuria Cermin Kekudusan – Kampus

Pandemi Covid–19 di Indonesia sudah berlangsung sejak April 2020. Selama kurang lebih tujuh bulan itu, kita membatasi berbagai kegiatan dan mengurangi intesitas bertemu banyak orang. Ada begitu banyak pula perubahan drastis yang harus kita alami dan tentu saja kita diajak beradaptasi dengan cepat. Belajar, bekerja, rapat legio, silahturahmi, bahkan misa pun dari rumah saja. Walaupun demikian, adanya kemajuan teknologi saat ini membuat pembatasan ini menjadi lebih mudah.

“Selama masa pandemi, kami para anak muda yang masih kuliah ini justru jadi merindukan kuliah dan bertemu teman–teman, termasuk teman-teman legioner di presidium”, ujar seorang legioner muda. Berangkat dari kerinduan ini, sebuah presidium yang tergabung di Kuria Cermin Kekudusan – Kampus menugaskan seluruh anggotanya untuk ‘Doa Malam Bersama’ melalui Line Calls.

Saat di-sharing-kan dalam rapat kuria, tugas ini disambut dengan sangat baik dan diterapkan ke seluruh presidium tergabung di Kuria Kampus.

Ada presidium yang melaksanakan ‘Doa Malam Bersama’ setiap dua atau tiga kali dalam seminggu, bahkan ada presidium yang melaksanakannya setiap hari. Pertemuan ini biasanya dimulai sekitar pukul 21.00 WIB dengan peserta dua sampai sepuluh orang.

Jadi.. ngapain aja sih ‘Doa Malam Bersama’ itu? “Kami berkumpul secara online, berdoa Catena, sharing tentang kegiatan/ hal baik/ masalah yang kami alami sepanjang hari itu. Lalu semua anggota yang sedang ikut doa malam ini akan mendoakan, menghibur, atau memberikan saran positif, selanjutnya diteruskan dengan doa malam. Tidak jarang pula Pemimpin Rohani dan Asisten Pemimpin Rohani kami ikut bergabung dalam ‘Doa Malam Bersama’ tersebut”, jelas seorang legioner muda.

“Dengan kegiatan ini, kami yang awalnya tidak rutin berdoa Catena alias bolong– bolong, sekarang jadi berdoa setiap hari. Dengan saling bertanya kabar, mendengarkan cerita satu sama lain, saling support dan mendoakan, kami juga menjadi semakin mengenal dan akrab satu sama lain”, lanjutnya menjelaskan.

Mungkin saja dari yang awalnya hanya menanyakan kabar, berakhir dengan saling jatuh cinta ^_^ Karena ada pepatah suku Jawa mengatakan “witing tresno jalaran soko kulino”, yang artinya “cinta itu tumbuh karena sering bertemu”.

Jadi legioner… apakah masa pandemi ini justru menghentikan kalian untuk saling bertemu? Yuuuukkk…. tetap bersatu walaupun hanya lewat udara.

Tyas Apriyanto

Masker Untuk Kau dan Aku

Sumber berita : Dewan Kuria Ratu Damai, Lampung

“Sudah melakukan apa saja selama pandemi ini?” — Mungkin kebanyakan orang akan menjawab bahwa mereka telah menemukan hobi baru untuk mengatasi rasa bosan selama di rumah saja, atau mungkin sedang meningkatkan kemampuannya, atau malah menjadi lebih dekat dengan keluarga. Yang pada intinya, kebanyakan dari mereka akan menjawab kalau mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk diri sendiri dan keluarga. Namun apa yang dilakukan oleh sekelompok orang ini berbeda dengan kebanyakan dari mereka tadi. Sekelompok orang ini berinisiatif untuk bergerak di bidang sosial dengan cara membagikan lebih dari 1000 masker untuk masyarakat di Lampung sejak bulan Maret lalu.

Orang-orang dari Paroki di bawah Keuskupan Tanjung Karang, bekerjasama dengan kelompok Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) dan devosan koronka untuk pembuatan lebih dari 1000 masker kain untuk masyarakat di Lampung. Tentu saja semua legioner di paroki-paroki tersebut juga aktif berkontribusi bukan hanya dengan doa tetapi dengan langkah nyata, yaitu terdapat 19 presidium dari tujuh paroki dengan jumlah total legioner ada 340 orang.

Bahan-bahan untuk membuat masker sudah disediakan oleh Komisi Keadilan Perdamaian (KKP) dan Pastoran Migran Perantau (PMP) Keuskupan Tanjung Karang. Bahan-bahan ini dibagikan ke beberapa paroki untuk dijahit. Masker kain ini dibuat secara khusus oleh para ibu-ibu yang memiliki pengalaman dalam menjahit dan dilakukan secara sukarela. Legioner membantu menjahit, mencuci, dan mengemas, sehingga ketika dibagikan masker sudah siap untuk digunakan. Selain masker, mereka juga berinisiatif untuk memberikan makanan siap santap untuk berbuka puasa di bulan Mei-Juni, serta ada tambahan dari hasil panen sayur dan tanaman herbal yang bisa digunakan untuk menjaga kondisi tubuh dalam situasi pandemi.

Proses pembuatan masker kain ini membutuhkan waktu kurang dari satu bulan. Setelah selesai dijahit, ketua lingkungan bersama dewan paroki yang bertugas untuk membagikan masker-masker ini ke umat Katolik maupun non-Katolik.

Masker dipilih menjadi hal utama untuk dibagikan kepada masyarakat di Lampung karena sekarang sedang pandemi dan banyak orang yang justru tidak
menggunakan masker. Alasan utama tidak menggunakan masker karena harga masker yang terbilang mahal dan kebanyakan orang memilih menggunakan uangnya untuk membeli barang pokok saja. Melihat kebutuhan ini, para legioner dan umat paroki yang lain tergerak hatinya untuk melakukan gerakan tersebut.

Winona Maria

Carlo Acutis, Beato Milenial

MEREKA AKAN MENGANTRI UNTUK MENONTON KONSER, TAPI TIDAK MAU BERDIRI SESAAT SAJA DI DEPAN TABERNAKEL.

Carlo Acutis

10 Oktober 2020 yang lalu, dunia para kudus digemparkan oleh seorang pemuda ganteng yang milenial banget. Yep, Carlo Acutis dibeatifikasi pada tanggal itu. Kita semua tahu bahwa Carlo membangun sebuah website yang berisikan katalog mukjizat Ekaristi. Tapi yang mungkin kita belom tahu adalah Carlo itu sama seperti pemuda biasa lainnya, dengan kecintaan luar biasa terhadap Ekaristi dan Rosario. Nih, simak yah

Kabarnya, serial anime favorit Carlo adalah Pokemon.

Carlo bekerja sebagai seorang relawan di sebuah dapur untuk memasak sup bagi orang miskin.

Carlo adalah seorang pencinta satwa. Ia memiliki kucing dan anjing sebagai teman bulunya.

Carlo sama seperti pemuda lainnya, yang suka dengan komputer, buku, video game, bola, mobil, dan seorang gadis.

Berdoa Rosario menjadi saat kencan yang paling romantis bagi Carlo, dan karenanya Carlo tidak pernah melewatkan janjinya untuk berdoa Rosario setiap hari.

Carlo menempatkan Ekaristi sebagai hal yang utama dalam hidupnya, hingga mencari paroki terdekat dan menemukan jadwal misa menjadi prioritasnya saat dirinya sedang pergi berlibur bersama keluarganya.

JANGAN TAKUT MENJADI KUDUS
– Gaudete et Exsultate –
Paus Fransiskus, 2018